Agama dan Pendidikan Perobatan Peradilan dan Sanksi

Panai, menjadikan pelabuhan Labuhan Bilik itu menjadi sangat penting bagi kegitaan ekspor- impor, serta keterhubungan dengan dunia luar.

2.4. Perbudakan

Wilayah Kesulatanan Panai dikenal sebagai penghasil budak. Perbudakan di sini selain untuk dipekerjakan juga untuk dijual ke daerah lain. Jumlah budak mencapai 1500- 3000 orang. Sistem perbudakan sangat kejam dan menindas. Budak dipekerjakan untuk pekerjaan rumah dan lapangan. Pemilik atau tuan budak 24 Pendidikan lebih bersifat pendidikan agama yaitu pendidikan membaca dan menulis Al-Qur’an dan pendidikan agama kemasyarakatan seperti pendidikan membaca doa dan memiliki hak istimewa atas budaknya secara mutlak sampai mati. Asal budak adalah dari tawanan perang dan orang yang tidak sanggup membayar hutang. Tingginya intensitas peperangan antara kerajaan-kerajaan menyebabkan jumlah perbudakan meningkat dan juga kelas sosial yang berbeda ikut menjadi faktor peningkatan jumlah budak tersebut.

2.5. Agama dan Pendidikan

Agama yang dianut oleh penduduk Kerajaan Panai adalah mayoritas Agama Islam dan tidak ditemukan adanya agama lain untuk penduduk asli pribumi. Pengaturan akan hukum-hukum agama diserahkan kepada malim agama berbagai kelas yang berdasarkan Al- Qur’an. Jumlah imam dan jemaah haji cukup besar dengan biaya sebesar 7 sampai 10 dolar untuk setiap orang untuk melaksanakan ibadah haji tersebut. Para imam dan haji juga banyak yang membuka pendidikan agama sederhana dan juga menyediakan perawatan pengobatan. 24 J. C. F. Vigelius, op. cit. hlm. 442 Universitas Sumatera Utara pelaksanaan ibadah-ibadah dalam agama Islam. Pendidikan membaca dan menulis aksara melayu dilakukan oleh orang-orang pendatang yaitu orang-orang mandailing. Masjid dan surau banyak ditemukan bahkan hampir di tiap-tiap kampung. Fanatisme akan agama sangat tinggi tetapi tidak membatasi mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain terutama dalam hal perdagangan. Hubungan perdagangan banyak dilakukan oleh para haji terutama hubungan dengan orang-orang Tionghoa.

2.6. Perobatan

Sistem perobatan masih sangat sederhana dan lebih banyak dalam bentuk doa-doa dan sebagainya. Seruan akan roh dan sejenisnya hampir menjadi suatu keharusan dalam mengobati berbagai penyakit. Penduduk belum mengenal penggunaan vaksinasi. Pengobatan-pengobatan untuk mengusir wabah penyakit dilakukan dengan jamuan-jamuan kampung yang melibatkan seluruh penduduk kampung itu. Untuk jenis penyakit, sfilis merupakan penyakit yang sering ditemukan yang menandakan keganasan penduduk orang- orang melayu itu dalam berhubungan seksual dengan lawan jenis.

2.7. Peradilan dan Sanksi

Peradilan dilakukan di Desa atau kedatuan oleh Orang Kaya kepala suku baik itu peradilan perdata ataupun pidana. Jika kasus yang diadili adalah kasus yang besar dan sulit atau berbelit-belit, maka peradilan diserahkan kepada Dewan Raja Muda. Pelaksanaan peradilan tidak dikenakan bayaran atau biaya, namun hadiah diterima dengan senang hati. Hal ini menyebabkan korupsi kemungkinan besar terjadi. Universitas Sumatera Utara Hukuman mati berlaku bagi kejahatan-kejahatan berat walaupun hal ini ditentang oleh beberapa haji, namun tidak dihiraukan. Hukuman mati dilaksanakan dalam bentuk pemenggalan kepala. Denda berupa pembayaran sejumlah uang juga ditemukan bahkan sering memberatkan bagi kaum kalangan bawah. Kekejaman-kekejaman para hakim terlihat dari ketimpangan pemberian hukuman antara kaum bangsawan, kalangan menengah dan bawah. Kalangan bawah sering menerima hukuman yang berat dan tidak setimpal jika dibandingkan dengan hukuman yang diberikan kepada kaum kalangan menengah dan kaum bangsawan. Hal ini menyebabkan banyaknya kasus melarikan diri. Pemburuan buronan itu dilakukan bahkan diiringi dengan iming-iming hadiah. Sementara itu, sumpah hanya dianggap sebagai permainan belaka dan bukan merupakan suatu kekuatan untuk pembenaran.

2.8. Pajak