Pertanian Transportasi Sarana Pendukung 1. Perdagangan

2.3. Sarana Pendukung 2.3.1. Perdagangan Sulit dan sedikitnya catatan yang menggambarkan kondisi Labuhan Bilik pada era sebelum kedatangan Kolonial Belanda menyebabkan gambaran mengenai Labuhan Bilik berikut hanya sekedar gambaran umum. Hal ini dapat dimaklumi mengingat budaya menulis dan mencatat untuk orang Melayu pesisir Timur Sumatera sangat minim sekali. Catatan tentang kondisi Labuhan Bilik semata-mata catatan dari orang luar yang berkunjung ke daerah ini. Perdagangan dilakukan melalui jalur laut dengan menggunakan kapal-kapal. Jenis barang yang diperdagangkan berupa hasil industri kecil dan hasil hutan. Produk kayu yang kaya dari segala jenis merupakan barang perdagangan yang utama. Produk kayu seperti getah, rotan, damar, semambu, kayu garu, kayu celup, balak dan juga kayu untuk industri perkapalan. Selain produksi kayu juga ada diperdagangkan produk pertanian, terutama padi dan kelapa. Selain itu juga garam, linen, alat-alat besi, opium, tembakau, minyak kelapa dan gula asli. Perdagangan akan cula badak dan gading gajah juga ditemukan.

2.3.2. Pertanian

Pertanian utama adalah budidaya padi. Pertanian padi masih dalam bentuk yang sederhana yaitu berupa sawah dengan tadah hujan dan tidak ditemukan adanya sistem irigasi. Namun keberhasilan dari pertanian padi sangat tinggi karena sering hujan dan banyak tanah yang digenangi oleh air yang cocok untuk tanaman padi. Keberhasilan tanaman padi luar biasa dengan hitungan rata-rata satu kali panen seratus bahkan sampai seratus lima puluh kali lipat. Tanaman sayur-sayuran juga banyak ditemukan berupa kacang, terong, mentimun, Universitas Sumatera Utara peria, cabai dan lain-lain. Tanaman perkebunan berupa manggis, mangga, nangka, durian, rambe, langsat dan budidaya kelapa. Kacang putih, kacang hijau dan tembakau lebih bersifat untuk dikonsumsi secara sendiri. Tanaman kapas juga ada untuk keperluan pakaian. Peternakan hampir tidak ada. Sapi dan kerbau hanya sedikit dan kambing lebih umum. Untuk keperluan hari-hari besar dan pesta, sapi dan kerbau biasanya di datangkan dari daerah Kota Pinang dan Padang Lawas. Demikian juga halnya dengan kuda. Sementara itu, budidaya unggas tidak ditemukan dan hanya ada untuk keperluan diri sendiri berupa ayam biasa atau ayam kampung. Budidaya ikan tidak ditemukan. Keperluan ikan hanya bersal dari penangkapan ikan di sungai dan dilaut dengan menggunakan jaring, perangkap dan lain-lain. Dikenalnya sistem jermal yang berada di mulut sungai ke laut atau di tengah laut merupakan awal kedatangan orang tionghoa yang khusus untuk keperluan itu.

2.3.3. Transportasi

Untuk memperlancar perdagangan dan hubungan ke daerah luar serta transformasi sosial, maka sarana transportasi memegang peranan yang sangat penting. Sesuai dengan kondisi alam, sarana hubungan yang lebih tepat dan efisien adalah sarana transportasi air. Untuk itu, pihak kerajaan mendirikan sebuah pelabuhan sederhana sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal di Labuhan Bilik. Dibangunnya sebuah tempat berlabuh di Labuhan Bilik itu, yang merupakan sekaligus sebagai pusat pemerintahan dari Kerajaan Panai dan juga sebagai pusat perekonomian, maka Labuhan Bilik menjadi sebuah Kota Tradisonal di wilayah Sumatera Timur. Sarana transportasi darat yang masih sangat sederhana dan tidak dapat menghubungkan wilayah yang berada di luar yurisdiksi Kerajaan Universitas Sumatera Utara Panai, menjadikan pelabuhan Labuhan Bilik itu menjadi sangat penting bagi kegitaan ekspor- impor, serta keterhubungan dengan dunia luar.

2.4. Perbudakan