karet kering oleh negara-negara pengekspor karet Belanda-Inggris-Francis
45
Pemerintah Kolonial kemudian memberlakukan Politik Etis yang secara umum berisikan tiga hal yaitu Pendidikan, Irigasi dan Transmigrasi. Sejak dijalankannya Politk Etis,
Pemerintahan Kolonial Belanda kemudian mulai membangun sarana tersebut. Di Labuhan . Sementara itu,
ekspor kelapa sawit sudah dalam bentuk minyak sawit palm-olie sejak pertengahan 1920. Ini dibuktikan dengan adanya ekspor minyak kelapa sawit palm-olie dari Labuhan Bilik
sejak 1924. Untuk industri kecil masih tetap ada berupa industri rumah tangga dan indsutri
kerajinan. Namun hasil industri ini bukanlah komoditi ekspor melainkan komoditi yang diperdagangakan secara lokal di wilayah sendiri. Demikian juga halnya dengan industri
pengolahan besi, perikanan, perkapalan dan lainnya yang diperuntukkan untuk konsumsi wilayah itu sendiri.
3.3.5. Infrastruktur Lain
Selain dari pembangunan infrastruktur yang telah dibahas di atas, Pemerintah Kolonial Belanda juga membangun infrastruktur yang lain di Kota Labuhan Bilik yaitu,
sebuah Rumah Sakit, sebuah Penjara, sebuah Pengadilan Negeri, sebuah Pasar Permanen, sebuah Kantor Polisi, sebuah Kantor Bea Cukai, sebuah Rumah Gadai, sebuah Kantor Pos
dan Telegraf, sebuah Sumur Bor dan sebuah kantor urusan Listrik serta rumah-rumah untuk para Pamongpraja.
3.4. Pendidikan
45
Thee Kian Wie, Plantation Agriculture and Export Growth : An Economic History of East Sumatra 1863-1942, Jakarta : LEKNAS-LIPI, 1977, hlm. 26-27
Universitas Sumatera Utara
Bilik Belanda hanya membangun sarana pendidikan. Irigasi dan transmigrasi tidak dilaksanakan di Labuhan Bilik. Pendidikan berupa pendidikan umum dasar Sekolah Rakyat
yang difungsikan untuk memberikan pengetahun yang berupa sekedar pengetahuan membaca dan menulis aksara latin.
Hal serupa juga dilakukan oleh Belanda di daerah lain di wilayah Labuhan Batu. Pada tahun 1931 tercatat ada 42 buah sekolah dengan jumlah siswa 2.871 orang untuk seluruh
wilayah Labuhan Batu. Berikut adalah tabel jumlah sekolah dan siswa di wilayah Labuhan Batu secara keseluruhan.
Tabel 4 Jumlah Sekolah Belanda dan Siswa di Labuhan Batu pada tahun 1931
No. Tempat
Jumlah Sekolah
Jumlah Siswa
No Tempat
Jumlah Sekolah
Jumlah Siswa
I PANEI
13 Aer Merah 1
64 1
Laboean Bilik I 2
210 14 Soemoet
1 60
2 Laboean Bilik II
4 227
15 Simatahari 1
54 3
Titi Pajoeng 2
79 16 Rasaoe
1 94
4 Soengai Brombang
3 217
17 Hoeta Godang 2
144
Total Sub I 11
733 18 Langga Pajoeng
2 130
II BILAH
Total Sub III 11
722
5 Negeri Lama 3
177 IV KOEALOEH
6 Djawi-Djawi 1
52 19 Sialang Ampat
1 99
7 Pangkatan 1
86 20 Goenting Saga
1 72
8 Rantaoeprapat 2
139 21 Bandar Doerian
1 51
9 Marbouw 2
128 22
Tandjoeng Mangedar
1 56
10 Poelaoe Hopoer 1
43 23 Teloek Poelai
1 78
11 Tandjoeng Medan 1
65 24 Kwala Bangka
1 114
Total Sub II 11
690 25
Kampung Masjid
3 206
III KOTA PINANG
Total Sub IV 9
676
12 Kota Pinang 3
226 Total Keseluruhan
42 2.871
Sumber: MvO Controleur Labuhan Batu H. H. Morison, 1933, Bijlangen V
Universitas Sumatera Utara
Dari data di atas dapat terlihat bahwa jumlah sekolah untuk tiap daerah yang terbanyak adalah daerah Labuhan Bilik I dan II dengan jumlah sekolah 6 buah. Sementara
itu untuk jumlah siswa, daerah yang terbanyak adalah juga Labuhan Bilik dengan jumlah 437 siswa dan yang paling sedikit adalah Pulau Hopur dengan jumlah 43 siswa. Untuk masing-
masing landschap jumlah sekolah lebih berimbang di mana tiga landschap yaitu Panai, Bilah dan Kota Pinang masing-masing terdapat 11 buah sekolah sedangkan Kualuh lebih sedikit
dengan jumlah 9 sekolah. Untuk jumlah siswa per landschap, Panai adalah yang terbanyak dengan 733 siswa dan Kualuh adalah yang paling sedikit dengan 676 siswa.
Jika dibandingkan dengan data penduduk pada tahun yang sama, jumlah sekolah dan siswa sebenarnya tidak berimbang dan bahkan berbanding terbalik. Jumlah penduduk
Landschap Panai adalah yang paling sedikit disusul Kota Pinang kemudian Bilah serta Landschap Kualuh adalah yang paling banyak. Jadi, untuk Landschap Panai terdapat 1
sekolah untuk 1.160 penduduk, untuk Kota Pinang 1:1350, untuk Bilah 1:2.335 dan untuk Kualuh 1:3355. Sementara itu, persentase penduduk yang mengecap pendidikan untuk
masing-masing Landschap adalah: Panai 5,75 ; Kota Pinang 4,85 ; Bilah 2,68 ; dan Kualuh 2,24 . Alasan yang jelas untuk perbedaan yang mencolok tersebut lebih disebabkan
bahwa Labuhan Bilik pada saat itu merupakan sudah menjadi sebuah kota dan penyebaran penduduk yang lebih terpusat dengan lebih sedikit kampung yang ada di Landschap Panai
dibanding dengan Landschap yang lain. Alasan kedua adalah kemungkinan besar siswa yang bersekolah di Labuhan Bilik berasal dari Landschap lain terutama Landschap Bilah yaitu
daerah Sungai Nirih, Pulau Sebatang dan Selat Beting yang lebih dekat dengan Labuhan Bilik dan daerah Sungai Timah, Sungai Bunga dan Sungai Pinang yang lebih dekat dengan
Sungai Berombang dibanding dengan Djawi-djawi.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Kesehatan