2.1. Geografi dan Penduduk
Posisi dan letak Labuhan Bilik berada di pinggiran aliran Sungai Panai yang merupakan pertemuan antara dua sungai yaitu Sungai Barumun dan Sungai Bilah. Sungai
Panai ini berhilir muara ke Selat Malaka. Labuhan Bilik berbatasan dengan sebelah Utara dengan Sei Lumut, sebelah Selatan dengan Kampung Cabang Dua, sebelah Barat dengan
Kampung Sungai Pejudian dan sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Panai. Tofografi wilayah Labuhan Bilik berada pada ketinggian 0-6 m dari permukaan laut
dengan bentuk wilayah dataran rendah sampai bergelombang. Curah hujan rata-rata 35 hari dengan intensitas 506 mm per tahun. Labuhan Bilik beriklim tropis dengan dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terdapat pada bulan September sd Desember dan musim Kemarau terdapat pada bulan Januari sd Juli, sedangkan Bulan
Agustus adalah masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau di mana pada bulan ini iklim kurang stabil. Labuhan Bilik mempunyai tiga jenis tanah yaitu Lempung Liat,
Organosol dan Laterit Air Tanah. Catatan jumlah penduduk untuk wilayah Labuhan Bilik secara khusus tidak
ditemukan. Labuhan Bilik merupakan pusat dari Kerajaan Panai, maka dalam hal ini data yang dipaparkan adalah data penduduk untuk wilayah Kerajaan Panai secara keseluruhan.
Berdasarkan catatan John Anderson dalam perjalanannya ke Sumatera Timur pada tahun 1823 menyebutkan bahwa jumlah penduduk untuk Kerajaan panai berkisar 1.000 orang
10
10
John Anderson, Mission to the East Cost of Sumatra in 1823, New York: Oxford University, 1971, hlm. 389-390.
.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pemerintahan 2.2.1. Sejarah Singkat Kerajaan Panai
Pada awal abad ke-16 berangkatlah rombongan dari Pagaruyung
11
melalui Tapanuli Selatan menuju arah pesisir Sumatera Timur. Rombongan ini dipimpin oleh Batara Sinomba
dan adiknya Batara Guru Pinayung
12
. Bersama rombongan juga ikut adik perempuan mereka Puteri Lenggani
13
. Di dekat Gunung Malea
14
, Batara Guru Pinayung memisahkan diri karena menikah di Mandailing dan diangkat menjadi Raja di sana yang serta merta bermarga
Nasution
15
. Rombongan B. G. Sinomba melanjutkan perjalanan sampai di Otang Momok atau Kuala Teritis yang oleh marga Tambak Dasopang yang berada di situ, B. G. Sinomba
diangkat menjadi raja. Puteranya sekaligus penggantinya hanya disebut “Marhom Mangkat Di Jambu”
16
11
Sebab keberangkatan rombongan ini tidak diketahui secara pasti. Dari beberapa kisah diceritakan bahwa sebab keberangkatan adalah pertentangan antara mereka bertiga dengan orang tua mereka sendiri.
Karena kecantikan adik perempuan mereka yaitu Puteri Lenggani membuat ayah mereka ingin mempersuntingnya sebagai isteri. Kedua kakak dari Puteri Lenggani menentang hal itu yang kemudian
melarikan diri dengan membawa sekaligus adik mereka.
12
Menurut teromba Kota Pinang, Batara Guru Pinayung bernama Sutan Kumala Yang Dipertuan. Tuanku Luckman Sinar Basarsyah II, Bangun Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: tanpa
penerbit, tanpa tahun, hlm. 143
13
Menurut teromba Kota Pinang, Puteri Lenggani bernama Puteri Legen. Lihat juga Ibid
14
Menurut teromba Panai, gunung ini berada didekat Si Longganan. Lihart juga Ibid
15
Dalam catatan lain dikatakan Batara Guru Pianyung bermarga Lubis. Lihat, J. B. Neumann, Schets Der Afdeeling Laboean Batoe, Residentie Sumatra’s Ooskust, 1878, hlm. 50
16
Nama asli dari “Marhom Mangkat Di Jambu” tidak diketahui dan alasan ia digelar demikian karena ia meninggal tepat di bawah sebuah pohon jambu.
yang mendirikan Kampung Aer Merah dan dimakamkan di Pinang Awan. Marhom Mangkat Di Jambu menurut teromba Panai mempunyai tujuh orang anak yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Raja Indar Alam
17
2. Raja Segar Alam nama Suman, turunannya ke Kampong Raja bergelar “Marhom
Mangkat di Sungai Toras”. nama asli Kain, menurut Teromba Bilah bernama Tohir
Marhom Mangkat Di Kumbul dan dia inilah cikal bakal raja-raja di Bilah dan Panai.
3. Maharaja Awan bergelar “Marhom Mangkat di Tasik”, turunannya menjadi Raja-raja
Kota Pinang. 4.
Siti Onggu alias Siti Meja pr dibawa oleh rombongan Aceh dan menikah dengan raja Aceh.
5. Siti Kuning pr, menikah dengan Raja Muda Pidie.
6. Maharaja Hulubalang, menjadi raja di Rantau Binuang Rokan-riau.
7. Siti Putih pr, menikah dengan Yang Dipertuan Tambusai
18
Raja Indar Alam atau Raja Tohir menikah dengan boru Dalimunthe Poldung dan membuka Kampung Sungai Abal. Puteranya sekaligus penggantinya Raja Yunus Marhom
Mangkat di Gunung Suasa memiliki empat orang putera yaitu: .
1. Raja Nulong Marhom Mangkat di Si Pege.
2. Raja Laut, tinggal di Bandar Kudoh.
3. Raja Mashor, tinggal di Air Bilah.
4. Raja Jumahat gelar Sutan Bidar Alam, pendiri Kampung Negeri Lama dan Tanjung
Pagus, setelah meninggal digelar “Marhom Mangkat di Aloban”
19
17
Dalam catatan lain ada tercatat namanya Raja Indra Alam. Lihat, J. C. F. Vigelius, “Memorie van Overgave van het Bestuur over Afdeeling Panei en Bila”, dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en
Volkenkunde van Bataviasch Genootschap, jilid XVII, 1866.
18
Tuanku Luckman Sinar Basarsyah II, op. cit., hlm. 145.
19
Ibid
.
Universitas Sumatera Utara
Ke empat anak Raja Yunus, masing-masing mempunyai wilayah kekusaan. Demikianlah Raja Nulong mempunyai kekuasaan di daerah Si Pege yang kemudian menjadi
penguasa dan mendirikan Kerajaan Panai sekaligus menjadi raja pertama dari kerajaan itu. Raja Laut mempunyai kekuasaan di Bandar Kudoh, Raja Mashor mempunyai kekuasaan di
Air Bilah dan Raja Jumahat mempunyai kekuasaan di Negeri Lama. Menurut teromba Bilah terjadi perang saudara antara 3 bersaudara yang di Bilah.
Raja Jumahat menyerang adiknya Raja Laut hingga lari ke Somut dan mengalahkan Raja Mashor sehingga jadilah ia penguasa tunggal di Bilah sampai keturunannya. Selanjutnya
Kerajaan Bilah dikuasai penuh oleh Raja Jumahat dan penggantinya adalah puteranya dan terus secara turun temurun. Berikut adalah silsilah dari raja-raja Bilah.
1. Raja Tohir Marhom Mangkat di Gunung Suasa………………………1630-1700
2. Raja Jumahat gelar Sutan Bidar Alam Marhom Mangkat di Aloban…1720-1760
3. Marhom Sakti……………………………………………………………1760-1800
4. Sutan Indar Alam Marhom Mangkat di Sei Abal……………………...1800-1835
5. Tengku Musa Sutan Bidar Alam Marhom Mangkat di Kota…………..1835-1865
6. Sutan Adil Bidar Alamsyah Marhom Mangkat di Negeri Lama……….1865-
20
Sementara itu, Raja Nulong tetap berkuasa dan menjadi Raja di Kerajaan Panai dan digantikan oleh keturunannya secara turun temurun. Berikut adalah silsilah raja-raja dari
kerajaan Panai. 1.
Raja Nulong Marhom Mangkat di Si Pege I…………………………….1670-1700 2.
Marhom Mangkat di Si Pege II…………………………………………...1700-1720 3.
Marhom Mangkat di Mesigit……………………………………………...1720-1775
20
Ibid.,hlm. 143-147, lihat juga J. C. F. Vigelius, loc. cit., ; J. B. Neumann, op. cit., hlm. 54-56
Universitas Sumatera Utara
4. Marhom Saleh……………………………………………………………..1775-1790
5. Marhom Sati Marhom Mangkat di Negri Baru………………………….1790-1813
6. Marhom Mangkat di Labuhan Bilik………………………………………1813-1856
7. Sutan Gagar Alam Marhom Sakti……………………………………….1856- ?
21
2.2.2. Pusat Kerajaan Panai
Dari silsilah raja-raja kerajaan Panai dapat diperkirakan bahwa pada awalnya pusat Kerajaan Panai adalah di Si Pege. Ini terbukti bahwa raja pertama dan kedua dari kerajaan ini
mangkat di situ. Sementara itu raja ketiga mangkat di Mesigit. Besar kemungkinan pusat pemerintahan dipindahkan ke Mesigit setelah mangkatnya raja kedua. Raja kelima diketahui
mangkat di Negeri Baru. Di mana letak dari Negeri Baru ini tidak diketahui dan baru raja ke enam 1813-1856 mangkat di Labuhan Bilik. Jadi, pusat kerajaan Panai dipindahkan ke
Labuhan Bilik diperkirakan pada 1810-an. Berdasarkan catatan John Anderson dalam ekspedisinya ke Sumatera Timur pada tahun 1823, Kerajaan Panai sudah berpusat di
Labuhan Bilik
22
Berpindah-pindahnya pusat kerajaan dapat dimaklumi karena berdasarkan kepercayaan pada zaman itu apabila raja mangkat di suatu daerah dan disemayamkan di situ
dan selama pusat pemerintahan di daerah tersebut tidak memberikan suatu hal yang menguntungkan bagi kerajaan, maka daerah itu dianggap sial dan pusat kerajaan
dipindahkan. Bertahannya Labuhan Bilik sebagai pusat Kerajaan Panai sampai penetrasi .
21
Ibid
22
John Anderson, loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
Raja
OK Muda OK Muda Bendahara
OK Panai Datuk Paduka
Seundoro
Raja Muda Bendahara
Rakyat Suku Panai Raja Rakyat Suku Panai
Rakyat Suku Melayu Rakyat Suku Haru
Belanda, lebih disebabkan oleh strategisnya Labuhan Bilik terutama dalam hal perdagangan sebagai pendapatan utama dari Kerajaan Panai.
2.2.3. Sistem Pemerintahan Di Kerajaan Panai
Adapun sistem Pemerintahan di Kerajaan Panai adalah penguasa tertinggi yang menjalankan roda pemerintahan mempunyai keputusan mutlak, membuat dan atau
mensahkan undang-undang atau suatu peraturan dan yang memutuskan untuk berdamai atau berperang adalah Raja. Dibawahnya sebagai pembantu ada Bendahara Paman Raja dan
Raja Muda Adik Raja yang diangkat oleh Raja. Kemudian di bawahnya lagi ada kepala suku yang lebih dikenal Orang Besar Empat yaitu: Orang Kaya O.K. Muda yang
mengepalai Suku Panai Raja, O.K. Muda Bendahara yang mengepalai Suku Panai, O.K. Panai yang mengepalai Suku Melayu dan Datuk Paduka Seundoro yang mengepalai Suku
Haru. Masing-masing dari mereka mempunya bendera. Manakala raja mangkat, pemerintahan peralihan dipegang oleh O.K. Muda Bendahara dan Datuk Paduka Seundoro
memimipin upacara adat pengankatan raja yang baru
23
Bagan I : Bagan Sistem Pemerintahan Kerajaan Panai
. Berikut adalah bagan sistem pemerintahan kerajaan Panai:
23
T. Lucman Sinar, op. cit., hlm. 147
Universitas Sumatera Utara
2.3. Sarana Pendukung 2.3.1. Perdagangan
Sulit dan sedikitnya catatan yang menggambarkan kondisi Labuhan Bilik pada era sebelum kedatangan Kolonial Belanda menyebabkan gambaran mengenai Labuhan Bilik
berikut hanya sekedar gambaran umum. Hal ini dapat dimaklumi mengingat budaya menulis dan mencatat untuk orang Melayu pesisir Timur Sumatera sangat minim sekali. Catatan
tentang kondisi Labuhan Bilik semata-mata catatan dari orang luar yang berkunjung ke daerah ini.
Perdagangan dilakukan melalui jalur laut dengan menggunakan kapal-kapal. Jenis barang yang diperdagangkan berupa hasil industri kecil dan hasil hutan. Produk kayu yang
kaya dari segala jenis merupakan barang perdagangan yang utama. Produk kayu seperti getah, rotan, damar, semambu, kayu garu, kayu celup, balak dan juga kayu untuk industri
perkapalan. Selain produksi kayu juga ada diperdagangkan produk pertanian, terutama padi dan kelapa. Selain itu juga garam, linen, alat-alat besi, opium, tembakau, minyak kelapa dan
gula asli. Perdagangan akan cula badak dan gading gajah juga ditemukan.
2.3.2. Pertanian
Pertanian utama adalah budidaya padi. Pertanian padi masih dalam bentuk yang sederhana yaitu berupa sawah dengan tadah hujan dan tidak ditemukan adanya sistem irigasi.
Namun keberhasilan dari pertanian padi sangat tinggi karena sering hujan dan banyak tanah yang digenangi oleh air yang cocok untuk tanaman padi. Keberhasilan tanaman padi luar
biasa dengan hitungan rata-rata satu kali panen seratus bahkan sampai seratus lima puluh kali lipat. Tanaman sayur-sayuran juga banyak ditemukan berupa kacang, terong, mentimun,
Universitas Sumatera Utara
peria, cabai dan lain-lain. Tanaman perkebunan berupa manggis, mangga, nangka, durian, rambe, langsat dan budidaya kelapa. Kacang putih, kacang hijau dan tembakau lebih bersifat
untuk dikonsumsi secara sendiri. Tanaman kapas juga ada untuk keperluan pakaian. Peternakan hampir tidak ada. Sapi dan kerbau hanya sedikit dan kambing lebih
umum. Untuk keperluan hari-hari besar dan pesta, sapi dan kerbau biasanya di datangkan dari daerah Kota Pinang dan Padang Lawas. Demikian juga halnya dengan kuda. Sementara
itu, budidaya unggas tidak ditemukan dan hanya ada untuk keperluan diri sendiri berupa ayam biasa atau ayam kampung.
Budidaya ikan tidak ditemukan. Keperluan ikan hanya bersal dari penangkapan ikan di sungai dan dilaut dengan menggunakan jaring, perangkap dan lain-lain. Dikenalnya sistem
jermal yang berada di mulut sungai ke laut atau di tengah laut merupakan awal kedatangan orang tionghoa yang khusus untuk keperluan itu.
2.3.3. Transportasi
Untuk memperlancar perdagangan dan hubungan ke daerah luar serta transformasi sosial, maka sarana transportasi memegang peranan yang sangat penting. Sesuai dengan
kondisi alam, sarana hubungan yang lebih tepat dan efisien adalah sarana transportasi air. Untuk itu, pihak kerajaan mendirikan sebuah pelabuhan sederhana sebagai tempat
berlabuhnya kapal-kapal di Labuhan Bilik. Dibangunnya sebuah tempat berlabuh di Labuhan Bilik itu, yang merupakan sekaligus sebagai pusat pemerintahan dari Kerajaan
Panai dan juga sebagai pusat perekonomian, maka Labuhan Bilik menjadi sebuah Kota Tradisonal di wilayah Sumatera Timur. Sarana transportasi darat yang masih sangat
sederhana dan tidak dapat menghubungkan wilayah yang berada di luar yurisdiksi Kerajaan
Universitas Sumatera Utara
Panai, menjadikan pelabuhan Labuhan Bilik itu menjadi sangat penting bagi kegitaan ekspor- impor, serta keterhubungan dengan dunia luar.
2.4. Perbudakan
Wilayah Kesulatanan Panai dikenal sebagai penghasil budak. Perbudakan di sini selain untuk dipekerjakan juga untuk dijual ke daerah lain. Jumlah budak mencapai 1500-
3000 orang. Sistem perbudakan sangat kejam dan menindas. Budak dipekerjakan untuk pekerjaan rumah dan lapangan. Pemilik atau tuan budak
24
Pendidikan lebih bersifat pendidikan agama yaitu pendidikan membaca dan menulis Al-Qur’an dan pendidikan agama kemasyarakatan seperti pendidikan membaca doa dan
memiliki hak istimewa atas budaknya secara mutlak sampai mati. Asal budak adalah dari tawanan perang dan orang yang
tidak sanggup membayar hutang. Tingginya intensitas peperangan antara kerajaan-kerajaan menyebabkan jumlah perbudakan meningkat dan juga kelas sosial yang berbeda ikut menjadi
faktor peningkatan jumlah budak tersebut.
2.5. Agama dan Pendidikan