Pajak dan Pendapatan Negara

tertuduhterdakwa bersama-sama dengan orang yang takluk kepada kuasa hukum gubernemen. Pengaturan atau pembatasan antara yang mana disebut sebagai rakyat kerajaan dan rakyat gubernemen diatur dalam pasal 7 Kekuasaan Pemerintahan Kerajaan dalam Zelfbestuursregelen 1938.

3.8. Pajak dan Pendapatan Negara

Belanda pertama kali mengikat perjanjian terhadap kerajaan di Sumatera Timur yaitu dengan kerajaan Siak yang dikenal dengan istilah Traktat Siak. Traktat ini ditandatangani pada tanggal 1 Februari 1858 49 Kontrak pada tanggal 21 Nopember 1875 itu ditandatangani oleh Residen Sumatera Timur yang berisi 39 pasal. Pada pasal 26-28 diatur masalah pemungutan pajak bagi negeri Siak dan negeri taklukannya. Setelah Belanda menaklukkan Siak, kerajaan Panai setelah itu kemudian mengikat perjanjian dalam bentuk surat perjanjian yang berisi pernyataan takluk dan tunduk kepada Belanda yang ditandatangani pada tanggal 11 Agustus 1862. Di dalam surat perjanjian ini belum diatur masalah pemungutan pajak. Pengaturan pemungutan pajak di Kerajaan Panai kemudian diatur secara luas dan jelas dalam sebuah kontrak yang ditandatangani pada 21 Nopember 1875. Dengan kata lain, kontrak ini dibuat 13 tahun setelah pengakuan tunduk dan patuh Kerajaan Panai. 50 49 Kontrakt met Siak Srie Indrapoera Sumatra, 1 February 1858, Koleksi ANRI 50 Dalam kontrak ini, Residen Sumatera Timur disebut dengan Residen Pantai Timur Pulau Perca. Kontrakt met Panei21 Nopember 1875, Bt 10 Maart 1876 No. 46, Overname van heffnijen en belastingen, Koleksi ANRI. sebagai wakil gubernemen Hindia Belanda dan dari pihak Kerajaan Panai adalah Raja Panai yaitu Tengku Sutan Gegar Alam, Raja Muda Panai, Orang Kaya Muda Suku Panai, Orang Kaya Panai Suku Panai dan Uan Alang Suku Aru. Kontrak ini berisikan lima Universitas Sumatera Utara pasal yang secara khusus membahas permasalahan pemungutan pajak. Dalam kontrak ini dinyatakan bahwa pemungutan pajak diserahkan sepenuhnya kepada Gubernemen Hindia Belanda. Kepada pihak kerajaan Panai kemudian diberi ganti rugi setiap tahunnya sejumlah f 7.750 dengan perincian sebagai berikut: 1. Raja Panai f 4.850 2. Raja Muda panai f 2.000 3. Orang Kaya Muda Suku Panai f 300 4. Orang Kaya Panai Suku Panai f 300 5. Uan Alang Suku Aru f 300 51 Kontrak ini dibuat dengan pertimbangan atas beberapa perjanjian dan kontrak yang terlebih dahulu telah dibuat. Pertimbangan itu mengingat kepada: pertama, pasal 26 Traktat Siak 1 Februari 1858, yang memuat tentang masalah pemungutan pajak atas Siak dan daerah jajahannya yang harus diserahkan kepada Belanda. Kedua, Pasal 2 Traktat Siak 1 Februari 1858, yang berisi pernyataan bahwa Panai merupakan bahagian dari kerajaan Siak. Ketiga, Pasal 1 Surat perjanjian dengan Panai 11 Agustus 1862, yang berisi pernyataan bahwa Panai mengaku tunduk kepada Siak di bawah pertuan Gubernemen Hindia Belanda. Keempat, Pasal 27 Traktat Siak 1 Februari 1858, yang berisi bahwa setiap kerajaan harus membantu pihak Gubernemen Hindia Belanda melalui wakilnya dalam hal pemungutan pajak. Berdasarkan kontrak itu, maka permasalahan pajak untuk kerajaan Panai diatur dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Belanda lewat pegawai yang ditetapkan olehnya. Raja Panai dan orang-orang besarnya tidak lagi mempunyai hak dalam pemungutan pajak seperti sebelum kontrak ini dibuat. Demikian juga halnya dalam urusan pelabuhan yang kemudian 51 Ibid Universitas Sumatera Utara diserahkan oleh Kerajaan Panai kepada Belanda lewat kontrak yang ditandatangani oleh Raja Panai Sutan Mangedar Alamsyah dengan Belanda pada tanggal 24 Juni 1889 52 52 Kontrakt met Panei24 Juni 1889, Koleksi Kontrak Kolonial Belanda dengan Kerajaan pribumi Sumatra, ANRI. . Urusan pembukaan tambang atau lahan perkebunan juga diserahkan kepada Belanda lewat kontrak yang ditandatangani pada tanggal 8 Nopember 1890. Akhirnya kekuasaan Kerajaan Panai semakin terbatas setelah ditandatanganinya Korte Velklaring Perjanjian Pendek pada tahun 1904. Untuk permasalahan pendapatan dan pengeluaran kerajaan, Belanda membentuk sebuah kas bersama dengan menggabungkan tiga buah kerajaan yaitu Panai, Bilah dan kota Pinang. Segala penghasilan dari ketiga kerajaan ini, di antaranya hasil dari izin dan konsesi, hasil pajak yang dibayar oleh gubernemen karena hak-hak yang diambilnya dahulu, digabungkan menjadi sebuah pendapatan bersama. Kemudian masing-masing kerajaan membuat anggaran belanja masing-masing sesuai dengan kebutuhan yang harus disyahkan oleh Residen Sumatera Timur. Anggaran belanja diperoleh dari kas bersama itu. Selain dari anggaran belanja masing-masing kerajaan, ada juga pengeluaran yang wajib dibayarkan jika ada belanja yang dikeluarkan Gubernemen untuk kepentingan kerajaan. Setiap akhir tahun, masing-masing kerajaan membuat laporan uang keluar masuk kepada Gubernemen. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KEBERADAAN PELABUHAN LABUHAN BILIK DAN WILAYAH CAKUPANNYA

4.1. Letak dan Posisi Pelabuhan Labuhan Bilik Pelabuhan Labuhan Bilik terletak di pinggiran Sungai Panai yang merupakan pertemuan antara dua sungai yaitu Sungai Barumun dan Sungai Bilah. Sungai Panai ini bermuara ke Selat Malaka. Sungai Panai mempunyai mulut sungai yang besar dengan ukuran lebih kurang 4,85 mil laut. Posisi pelabuhan itu kurang lebih 11 mil laut dari Selat Malaka. Pelabuhan ini terletak antara Sungai Durhaka dan Sungai perdamaian anak Sungai Panai. Titik kordinat posisi Pelabuhan Labuhan Bilik adalah 100º 3’ 54” Bujur Timur dan 2º 30’36” Lintang Utara 53 Tepat berada di Labuhan Bilik, Sungai Panai ini lebih menjorok ke dalam. Keberadaan pelabuhan itu diapit oleh tiga buah tanjung yaitu dua buah di bagian hilir dan satu buah di bagian hulu. Masing-masing dengan jarak 1,09 mil laut ke arah hilir di sebelah kiri sungai terdapat Tanjung Kopiah dan sebelah kanan terdapat Tanjung Lumba-lumba. Sementara itu, ke arah hulu dengan jarak yang sama 1,09 Mil laut di sebelah kanan sungai terdapat Tanjung Sarang Elang . 54 Kondisi alam seperti sungai yang menjorok ke dalam dan diapit oleh tanjung menjadikan pelabuhan itu terhindar dari terjangan ombak yang besar sehingga tidak diperlukan lagi tanggul pemecah ombak seperti pelabuhan yang berada langsung di pinggiran pantai laut atau samudera. Keadaan alam yang lain yang ikut mendukung keberadaan . 53 Peta Labuhan Bilik tahun 1927, repro Koleksi ANRI. 54 Ibid Universitas Sumatera Utara