17
orang yang berada dalam situasi-situai tertentu Moleong, 2008, sehingga tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik populasi atau menarik
generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih terfokus kepada representasi terhadap fenomena sosial di lingkungan penelitian
Bungin, 2003. Peneliti juga menginterpretasikan atau menterjemahkan informasi dilapangan dengan bahasa peneliti sebagai wacana untuk mendapatkan penjelasan
tentang kondisi yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan pendekatan diskriptif. Pendekatan deskriptif diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan, penyajian dan meringkas berbagai karakteristik dari data dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai Santoso, 2003.
1.9.2. Kerangka Analisis
Kerangka analisis yang akan dilakukan pada penelitian Peran Kawasan Bahari Terpadu terhadap ekonomi lokal, khususnya sebagi penyerap tenaga kerja
dan pendorong peningkatan pendapatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
.
Bagaimana peran Kawasan Bahari Terpadu terhadap
Ekonomi Lokal, khususnya sebagai Penyerap Tenaga
Kerja dan Pendorong Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
Kajian Teori: a.
Pembangunan Ekonomi b.
Pengembangan Ekonomi Lokal
c. KBT sebagai pendorong
Pengembangan Ekonomi Lokal
d. Rantai Nilai dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal
Input Output
Proses
Pendekatan Kualitatif
Analisis: 1. Analisis Rantai Nilai
2. Analisis Kualitatif Penyerapan Tenaga Kerja.
3. Analisis Kualitatif Peningkatan Pendapatan
Masyarakat. Pengolahan
Kisi-kisi penelitian Survei Lapangan
Metode Kualitatif dan Metode Diskriptif
Kebutuhan Data
Kesimpulan dan Rekomendasi Temuan lapangan
GAMBAR 1.3. Diagram Kerangka Analisis
Sumber: Penulis, 2008
19
1.9.3. Pemilihan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan karena pertimbangan waktu, biaya dan kemudahan dalam penelitian, sehingga keberhasilan suatu penelitian tidak lepas
dari bagaimana pengambian sampel dilakukan. Pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pusposive sampling, dengan alasan:
a. Mempermudah dalam mencari responden yang representatif pada populasinya atau dianggap mengerti dalam lingkup penelitian yang
diangkat, sehingga akan menghemat waktu dan biaya. b. Diperoleh responden yang benar-benar mengerti dan menggeluti
kegiatan di Kawasan Bahari Terpadu, sehingga akan didapat data dengan validitas yang diinginkan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Bungin, 2003:
a. Pemilihan sampel awal atau informan kunci, apakah itu informan untuk diwawancarai atau situasi sosial untuk diobservasi yang terkait dengan
fokus penelitian ini. b. Pemilihan sampel lanjutan guna memperluas diskripsi informasi dan
melacak variasi informasi yang mungkin ada. c. Menghentikan pemilihan pemilihan sampel lanjutan bilamana dianggap
sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi sudah terjadi replikasi perolehan informasi.
20
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Tasikagung yang peneliti anggap mengerti situasi dan kondisi masyarakat di Desa Tasikagung.
Disamping itu informan kunci adalah seorang yang terlibat dalam aktivitas di Tempat Pelelangan Ikan. Dan pertimbangan lainnya adalah:
a. Kepala Desa Tasikagung merupakan penduduk asli, yang lahir dan besar di desa tersebut, sehingga sangat mengerti kondisi sosial ekonomi di
wilayah tersebut. b. Merupakan orang yang terbuka dan mau meluangkan banyak waktu
untuk diajak wawancara, dan memiliki pandangan mengenai fenomena yang terjadi di Desa Tasikagung.
Langkah selanjutnya adalah mencari target group, yaitu informan yang tinggal di wilayah studi dan terlibat dalam kegiatan Kawasan Bahari Terpadu,
yang antara lain terdiri dari nelayan, pedagang ikan, padagang warung makan, kuli panggul, pemilik persewaan basket, atau mereka-mereka yang ditengarai
memiliki informasi yang dibutuhkan dalam studi ini. Agar informasi yang diperoleh sesuai dengan harapan peneliti, peneliti membatasi informan dengan
beberapa kriteria, antara lain: a. Laki-laki atau perempuan dewasa umur 17 tahun.
b. Berpendidikan minimal SD. c. Bertempat tinggal atau bekerja di wilayah studi.
d. Terlibat langsung dalam kegiatan Kawasan Bahari Terpadu atau kegiatan ikutannya.
21
1.9.4. Pengumpulan Data
Data untuk mendukung penelitian ini didapat dari dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber pertama adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung di lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
a. Wawancara mendalam, yaitu untuk memperoleh informasi sebanyak- banyaknya mengenai peran Kawasan Bahari Terpadu terhadap
masyarakat setempat, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur, dengan alasan bahwa peneliti ingin menggali semua informasi dari responden sebanyak mungkin, mendalam
dan ingin menggali motivasi dan keinginan dari responden mengenai fenomena yang terjadi di wilayah penelitian. Langkah pertama, peneliti
melakukan wawancara dengan informan kunci, sebab dengan melakukan wawancara dengan informan kunci terlebih dahulu, peneliti akan lebih
mudah mendapatkan informan berikutnya. Proses wawancara diciptakan dalam situasi non formal, dilakukan mengalir seperti percakapan sehari-
hari, sehingga akan dapat membangun suatu kepercayaan dan agar tidak ada jarak antara peneliti dan subyek yang diteliti. Waktu melakukan
wawancara, peneliti berusaha menjadi pendengar yang baik atau tidak menyela pada saat informan menceritakan pengalamannya. Selain itu
22
peneliti tidak membatasi waktu pelaksanaan wawancara, dan memberikan kesediaan informan untuk diwawancarai.
b. Observasi visual, yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai lingkungan di wilayah penelitian, kondisi sosial ekonomi masyarakat
masyarkat pesisir, dan terhadap fenomena-fenomena lainnya yang ada di wilayah penelitian.
Setelah informasi dipenuhi, baik dari observasi maupun wawancara mendalam, peneliti akan menyusun dalam bentuk catatan lapangan untuk
mencatat informasi yang didapat agar tidak lupa. Teknik seperti ini dipakai agar memperoleh kedalaman, kekayaan serta kompleksitas mengenai peran Kawasan
Bahari Terpadu terhadap ekonomi masyarakat setempat. Sumber kedua adalah data sekunder, yaitu data yang bukan dari usaha
sendiri dalam pengumpulannya, tetapi diperoleh dari narasumber lain yang terkait dalam penelitian, yaitu dengan memanfaatkan dokumen, rekaman maupun laporan
kegiatan, surat kabar, laporan penelitian terdahulu, dan website, karena semua data ini akan memperkuat didalam menarik kesimpulan didalam penelitian.
Berkaitan dengan kedua sumber data diatas, data yang dibutuhkan sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
23
TABEL I.2. DATA YANG DIGUNAKAN
No Sasaran Kebutuhan
Data Metode
Pengumpulan Data
Sumber data sekunder
1 2 3
4 5
1
2
3
4 Pengembangan
Ekonomi Lokal
Pembangunan ekonomi
Suntikan Dana Investasi kepada
Wilayah Pengaruh
Investasi terpilih Rantai Nilai value
chain dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal 1. Perkembangan sektor-
sektor unggulan KBT. 2. Multiplier effect kegiatan
utama KBT terhadap kegiatan ekonomi lain
3. Jumlah kegiatan ekonomi dan tenaga kerja yang
terserap setelah adanya KBT
4. Perubahan Pendapatan masyarakat
1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah
studi 2. Gambaran mata
pencaharian masyarakat di wilayah studi
1. Besarnya investasi 2. Bentuk investasi
Rantai Nilai sektor-sektor unggulan KBT
Observasi, wawancara dan
data sekunder.
Observasi dan data sekunder
Observasi, wawancara dan
data sekunder.
Wawancara Observasi,
wawancara dan data sekunder
Observasi, wawancara dan
data sekunder.
Data sekunder
Observasi, wawancara,
data sekunder BPS, Kantor
Desa
BPS, Kantor Desa
BPS, Kantor Desa
BPS, Kantor Desa
BPS, Kantor Desa
Bappeda
Bappeda
Sumber: penulis, 2008
24
1.9.5. Analisis Data
Teknik analis data dimulai dari menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang telah terkumpul. Setelah dipelajari dan ditelaah, maka
setelah itu peneliti akan melakukan pengreduksian data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi itu sendiri merupakan rangkuman inti dari
gambaran yang diperoleh dari subjek penelitian, sehingga analisis data akan dilakukan dengan cara Moleong, 2008:
1. Reduksi Data, yang terdiri atas: a. Identifikasi satuan unit, yaitu mengidentifikasi bagian terkecil yang
ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan masalah penelitian.
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah salanjutnya adalah membuat koding, yaitu memberi kode pada setiap satuan agar supaya tetap
dapat ditelusuri data atau satuannya berasal dari sumber mana. 2. Kategorisasi, terdiri atas
a. Menyusun kategori, yaitu upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
b. Setiap kategori diberi nama yang disebut label Proses diatas disajikan dalam bentuk cuplikan kartu sikap, yang
berisi informasi terkecil yang dapat berdiri sendiri. Setiap cuplikan kartu sikap tadi kemudian diberi kode untuk menandai kategori data,
25
cara pengumpulan data, nomor responden dan alinea pada catatan lapangan. Misalkan saja kode tersebut : PM.W.01.01, hal ini berarti
bahwa kategori data adalah PM Pendapatan Masyarakat, yaitu pendapatan masyarakat pesisir di wilayah studi , W Wawancara,
yaitu cara pengumpulan datanya, 01 Responden nomor satu dan 01 berikutnya adalah alinea pada catatan lapangan. Demikian
seterusnya, setiap informasi yang kita peroleh dilapangan diperlakukan dengan cara diatas.
3. Sintesis a. Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan
kategori lainnya. b. Kaitan satu kategori dangan kategori lainnya diberi namalabel lagi.
4. Penarikan Kesimpulan Setelah tahapan-tahapan 1 sampai 3, tahapan terakhir adalah
menginterpretasikan data untuk dapat menarik kesimpulan.
1.9.6. Validitas dan Realibilitas Penelitian
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian
data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Ada dua
macam standar validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal mempertanyakan sampai seberapa jauh suatu alat ukur berhasil
mencerminkan objek yang akan diukur pada suatu setting tertentu. Sementara itu,
26
validitas eksternal lebih terkait dengan keberhasilan suatu alat ukur untuk diaplikasikan pada setting berbeda, artinya alat ukur yang cukup valid mengukur
objek pada suatu setting tertentu, apakah juga valid untuk mengukur objek yang sama pada setting yang lain. Berbeda dengan validitas, standar reabilitas
menunjukkan pada keterandalan alat ukur atau instrumen penelitian, secara sederhana standar reabilitas mencakup tiga aspek, yaitu kemantapan, ketepatan
dan homogenitas Bungin,.ed, 2003. Standar validitas dan realibilitas dalam penelitian kualitatif memiliki
spesifikasi sebagai berikut Lincoln dan Guba, 1981 dalam Bungin,..ed, 2003: a. Standar Kredibilitas, identik dengan validitas internal dalam penelitian
kuantitatif, yaitu mempertanyakan sampai seberapa jauh suatu alat ukur berhasil mencerminkan objek yang akan diukur pada suatu setting
tertentu. b. Standar Transferabilitas, merupakan modifikasi validitas eksternal pada
penelitian kuntitatif. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana pembaca laporan penelitian
memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
c. Standar Dependabilitas, bisa dikatakan mirip dengan standar realibilitas. Salah satu upaya untuk menilai standar dependabilitas adalah dengan
melakukan audit, yaitu dengan melakukan review terhadap seluruh isi penelitian.
27
d. Standar Konfirmabilitas, yang lebih terfokus pada pemerikasaan kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar berasa dari pengumpulan data
di lapangan.
1.10. Sistematika Pembahasan
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, maka sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :
BAB I - PENDAHULUAN, Merupakan uraian tentang latar belakang perlunya dilakukan
penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasarannya, ruang lingkup materi dan wilayah, kerangka pemikiran, pendekatan studi, keaslian
penelitian, posisi penelitian dalam bidang PWK, dan sistematika pembahasan.
BAB II - KAJIAN LITERATUR PERAN PUSAT KEGIATAN EKONOMI TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
Dalam bab ini diuraikan tentang tinjauan teori yang terkait dengan permasalahan yang diangkat seperti konsep pembangunan ekonomi,
pengembangan ekonomi lokal, rantai nilai dalam pengembangan ekonomi lokal.
BAB III - POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DESA TASIKAGUNG
Berisi tentang gambaran umum kawasan penelitian, potensi kawasan pesisir Desa Tasikagung, penyediaan sarana prasarana pengembangan,
sebaran kegiatan ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu.
28
BAB IV - ANALISIS PERAN KAWASAN BAHARI TERPADU TERHADAP EKONOMI LOKAL.
Bab ini menguraikan, mengkaji dan menganalisa rantai nilai kegiatan utama pengembangan kawasan, peran kawasan terhadap penyerapan
tenaga kerja, dan peran kawasan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
BAB V - KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II PERAN PUSAT KEGIATAN EKONOMI
TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
Hakekat pembangunan adalah ingin mewujudkan adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur, dengan tercukupinya akan kebutuhan dasar
seperti sandang, pangan dan papan serta terjadi pemerataan pendapatan dan hasil- hasil pembangunan. Untuk mewujudkan hakekat pembangunan tersebut dapat
dilakukan melalui suatu konsep pengembangan wilayah, yaitu suatu pola pembangunan yang bersifat terpadu, dengan mempertimbangkan aspek sosial,
ekonomi, lingkungan, kelembagaan, dan unsur-unsur lokasi. Ketika pengembangan wilayah mendayagunakan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, institusional dan fisik setempat yang berorientasi dan fokus untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi
bagi kepentingan penduduk lokal, bisa dikatakan sebagai pengembangan ekonomi lokal. Membangun ekonomi lokal juga dapat berarti membangun sebuah daya
saing ekonomi suatu wilayah.
2.1. Investasi sebagai Modal Pembangunan
Pembangunan memiliki arti ganda, pertama adalah pembangunan yang lebih memberikan perhatian pada pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan
pembangunan dari perspektif ini dilihat dari tingginya angka Produk Domestik Bruto. Makna kedua, adalah pembangunan yang lebih memusatkan perhatian
kepada perubahan dalam distribusi barang-barang dalam esensi hubungan sosial. Dalam perspektif ini fokus perhatian adalah pada pembangunan sosial,
30
fokusnya pada perubahan distribusi kualitatif dalam struktur masyarakat melalui penghapusan diskriminasi, eksploitasi dan penciptaan dan jaminan untuk
memperoleh kesempatan yang sama dan distribusi yang adil dari manfaat pertumbuhan ekonomi diantara masyarakat Hadi, 2005.
Tujuan dari pembangunan adalah untuk penghapusan kemiskinan, dan menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia
dan terpenuhi kebutuhannya Gant, 1971 dalam Sirojuzilam, 2005. Sehingga pembangunan merupakan suatu upaya perbaikan, adanya suatu rangkaian
kegiatanaktivitas yang dilakukan, didasarkan pada suatu rencana, dan bermuara pada suatu tujuan. Sejarah perkembangan pembangunan bermula dari situasi
lingkaran setan kemiskinan Vicious Circle of Poverty, kemudian dengan adanya inovasi dari para entrepreneur wiraswasta, pembangunan di segala bidang
dimungkinkan 1911, walaupun akhirnya timbul depresi hebat pada tahun 1928 karena munculnya eksternalitas awal ekonomi berupa pasar yang tak sempurna
akibat informasi yang tak lengkap, biaya transaksi yang tinggi, serta persaingan tidak sempurna termasuk monopoli dan oligopoli, kemudian muncul campur
tangan pemerintah. Banyaknya campur tangan pemerintah yang berupa regulasi berakibat pula pada gagalnya pemerintah. Sehingga muncul pandangan bahwa
pembangunan seyogyanya merupakan campuran yaitu ada kebebasan yang diperankan oleh pihak swasta dan ada pula pengaturan yang dibuat oleh
pemerintah, sehingga diharapkan dengan pola tersebut tercapai kesejahteraan masyarakat Reksohadiprodjo, 2001.
31
Ketika pembangunan bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi, pembangunan didefinisikan juga sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil perkapita masyarakat dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaanya. Dari pengertian ini, pembangunan
mempunyai beberapa hal yang mendasar Arsyad, 1999: 1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus.
2. Usaha untuk menaikan pendapatan per kapita. 3. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka
panjang. 4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang. Dimana sistem
kelembagaan bisa ditinjau dari dua aspek, aspek perbaikan dibidang organisasi dan aspek perbaikan di bidang regulasi.
Dalam pembangunan, investasi merupakan hal yang sangat penting. Investasi dapat diwujudkan dalam bentuk pembangunan infrastrutur yang
digunakan dalam mendorong pengembangan sektor-sektor yang potensial, penyediaan sarana dan prasarana produksi, dan pelatihan guna meningkatkan
keterampilan sumberdaya manusianya. Investasi fisik pada sektor unggulan, akan berdampak pada pertumbuhan sektor-sektor lainnya yang terkait dengan sektor
unggulan tersebut, sehingga akan terjadi petumbuhan ekonomi secara luas di suatu wilayah akibat adanya saling keterkaitan antar kegiatan ekonomi.
Investasi sebaiknya dilakukan pada sektor yang terpilih daripada berinvestasi secara menyeluruh di semua sektor ekonomi, karena pertimbangan
keterbatasan modal dan sumber lain dalam kuantitas yang sedemikian besar untuk
32
melakukan investasi secara serentak pada semua sektor ekonomi Jhingan, 1996. Dan dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian, sesuai dengan strategi
yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai pertumbuhan pada suatu negara terbelakang. Investasi pada sektor-sektor
perekonomian yang strategis akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut Hirschman, 1980 dalam
Jhingan, 1996.
2.2. Pengembangan Kawasan Pesisir
Beberapa era yang lalu, pembangunan wilayah pesisir dan lautan kurang begitu mendapat perhatian dibandingkan dengan wilayah daratan pada umumnya.
Hal ini berdampak pada perbedaan tingkat kesejahteraan antara masyarakat pesisir dan masyarakat non pesisir. Masyarakat pesisir rata-rata memiliki tingkat
kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan masyarakat non pesisir. Padahal sebenarnya wilayah pesisir memiliki potensi pengembangan yang tidak kalah
dengan wilayah non pesisir, mulai dari sektor perikanan dan kelautan, sektor perhubungan, sektor pariwisata, dan masih banyak lagi, sehingga apabila sektor-
sektor tersebut bisa dikembangkan secara optimal, tidak mustahil akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut. Untuk mencapai
tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir, dibutuhkan adanya pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
Peningkatan pendapatan dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja yang bisa menyerap tenaga kerja maupun meningkatan nilai tambah value added dari
suatu produk melalui suatu proses pengolahan, misalkan produk ikan bisa