Investasi sebagai Modal Pembangunan

32 melakukan investasi secara serentak pada semua sektor ekonomi Jhingan, 1996. Dan dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian, sesuai dengan strategi yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai pertumbuhan pada suatu negara terbelakang. Investasi pada sektor-sektor perekonomian yang strategis akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut Hirschman, 1980 dalam Jhingan, 1996.

2.2. Pengembangan Kawasan Pesisir

Beberapa era yang lalu, pembangunan wilayah pesisir dan lautan kurang begitu mendapat perhatian dibandingkan dengan wilayah daratan pada umumnya. Hal ini berdampak pada perbedaan tingkat kesejahteraan antara masyarakat pesisir dan masyarakat non pesisir. Masyarakat pesisir rata-rata memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan masyarakat non pesisir. Padahal sebenarnya wilayah pesisir memiliki potensi pengembangan yang tidak kalah dengan wilayah non pesisir, mulai dari sektor perikanan dan kelautan, sektor perhubungan, sektor pariwisata, dan masih banyak lagi, sehingga apabila sektor- sektor tersebut bisa dikembangkan secara optimal, tidak mustahil akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut. Untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir, dibutuhkan adanya pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Peningkatan pendapatan dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja yang bisa menyerap tenaga kerja maupun meningkatan nilai tambah value added dari suatu produk melalui suatu proses pengolahan, misalkan produk ikan bisa 33 ditingkatkan nilai tambahnya dengan cara mengolahnya menjadi ikan asin, ikan pindang, ikan beku dan lain sebagainya, sedangkan lapangan kerja yang bisa dikembangkan di kawasan pesisir, antara lain adalah lapangan kerja pada kegiatan perikanan, perdagangan, industri perikanan maupun kegiatan disektor pariwisata. Sektor-sektor tersebut bisa dijadikan sebagai sektor basis yang dapat mendiversifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, sehingga dengan berkembangnya sektor basis tersebut, akan berkembang kegiatan-kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat setempat. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang dapat digunakan oleh wilayah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor wilayah yang bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dari wilayah-wilayah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan berkembangnya kegiatan-kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi wilayah lebih lanjut Sirojuzilam, 2005.

2.3. Pengembangan Ekonomi Lokal

Pembangunan ekonomi lokal pada saat ini bukan lagi sebuah retorika baru, tetapi lebih mencerminkan suatu pergeseran fundamental peranan pelaku- pelaku pembangunan, demikian pula sebagai aktivitas yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Secara esensial, peranan-peranan pemerintah lokal dan atau kelompok-kelompok berbasis masyarakat community based group dalam mengelola sumberdaya berupaya untuk mengembangkan usaha kemitraan 34 baru dengan pihak swasta, atau dengan pihak lain, untuk menciptakan pekerjaan baru dan mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu daerah wilayah ekonomi, dimana ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah menitik beratkan pada kebijakan pembangunan pribumi endogenous development, mendayagunakan potensi sumber daya manusia, institusional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarah kepada fokus dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi secara luas Blakely, 1994. Pengembangan ekonomi lokal pada hakekatnya merupakan kemitraan antara pemerintah daerah dengan para stakeholder termasuk sektor swasta dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja baru LGSP-USAID dalam Munir Fitanto, 2005. Mengembangkan ekonomi lokal berarti membangun sebuah daya saing ekonomi economi competitiveness suatu wilayah. Dimana untuk mengukur daya saing, setidaknya ada empat kategori penilaian yang digunakan Munir Fitanto, 2005: a. Struktur ekonomi: komposisi ekonomi, produktifitas, output dan nilai tambah, serta investasi asing atau domestik. b. Potensi wilayah: lokasi, prasarana, sumberdaya alam, biaya hidup dan bisnis, citra daerah. c. Sumberdaya manusia: kualitas sumber daya manusia yang mendukung kegiatan ekonomi. 35 d. Kelembagaan: konsistensi kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat yang pro pengembangan ekonomi lokal, serta budaya yang mendukung produktifitas. Dalam konteks pengembangan ekonomi lokal, yang dapat berlanjut pada pertumbuhan ekonomi yang luas broad-base suatu daerah minimal harus memiliki dua kondisi sebagai berikut, yaitu Arifin, 2001 dalam Wiranto, 2002: pertama, daerah tersebut harus mampu dan berhasil dalam memasarkan produk barang dan jasa ke wilayah lain. Kedua, penerimaan ekspor itu harus menghasilkan dampak ganda multiplier effect atau perputaran tambahan pendapatan dalam perekonomian lokal, minimal melalui pembelian faktor produksi dan pengeluaran rumah tangga terhadap barang konsumen oleh segenap aktor ekonomi yang terlibat dalam aktivitas produksi dan ekspor. Kedua prakondisi ini hanya dapat terjadi apabila suatu daerah memiliki suatu keterkaitan yang efisien, yang menghubungkan produsen, pedagang dan supplier di wilayah tersebut dan sekitarnya. Dari sisi masyarakat, Pengembagan Ekonomi Lokal diartikan sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan yang menghambat usahanya guna membangun kesejahteraannya. Kesejahteraan tersebut dapat diartikan secara khusus sebagai jaminan keselamatan bagi adat istiadat dan agamanya, bagi usahanya, dan bagi harga dirinya sebagai manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat diperoleh dari luar sistem masyarakat karena tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang kerap kali disebut kemandirian. Dengan demikian, pembangunan