27
d. Standar Konfirmabilitas, yang lebih terfokus pada pemerikasaan kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar berasa dari pengumpulan data
di lapangan.
1.10. Sistematika Pembahasan
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, maka sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut :
BAB I - PENDAHULUAN, Merupakan uraian tentang latar belakang perlunya dilakukan
penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasarannya, ruang lingkup materi dan wilayah, kerangka pemikiran, pendekatan studi, keaslian
penelitian, posisi penelitian dalam bidang PWK, dan sistematika pembahasan.
BAB II - KAJIAN LITERATUR PERAN PUSAT KEGIATAN EKONOMI TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
Dalam bab ini diuraikan tentang tinjauan teori yang terkait dengan permasalahan yang diangkat seperti konsep pembangunan ekonomi,
pengembangan ekonomi lokal, rantai nilai dalam pengembangan ekonomi lokal.
BAB III - POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DESA TASIKAGUNG
Berisi tentang gambaran umum kawasan penelitian, potensi kawasan pesisir Desa Tasikagung, penyediaan sarana prasarana pengembangan,
sebaran kegiatan ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu.
28
BAB IV - ANALISIS PERAN KAWASAN BAHARI TERPADU TERHADAP EKONOMI LOKAL.
Bab ini menguraikan, mengkaji dan menganalisa rantai nilai kegiatan utama pengembangan kawasan, peran kawasan terhadap penyerapan
tenaga kerja, dan peran kawasan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
BAB V - KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II PERAN PUSAT KEGIATAN EKONOMI
TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
Hakekat pembangunan adalah ingin mewujudkan adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur, dengan tercukupinya akan kebutuhan dasar
seperti sandang, pangan dan papan serta terjadi pemerataan pendapatan dan hasil- hasil pembangunan. Untuk mewujudkan hakekat pembangunan tersebut dapat
dilakukan melalui suatu konsep pengembangan wilayah, yaitu suatu pola pembangunan yang bersifat terpadu, dengan mempertimbangkan aspek sosial,
ekonomi, lingkungan, kelembagaan, dan unsur-unsur lokasi. Ketika pengembangan wilayah mendayagunakan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, institusional dan fisik setempat yang berorientasi dan fokus untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi
bagi kepentingan penduduk lokal, bisa dikatakan sebagai pengembangan ekonomi lokal. Membangun ekonomi lokal juga dapat berarti membangun sebuah daya
saing ekonomi suatu wilayah.
2.1. Investasi sebagai Modal Pembangunan
Pembangunan memiliki arti ganda, pertama adalah pembangunan yang lebih memberikan perhatian pada pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan
pembangunan dari perspektif ini dilihat dari tingginya angka Produk Domestik Bruto. Makna kedua, adalah pembangunan yang lebih memusatkan perhatian
kepada perubahan dalam distribusi barang-barang dalam esensi hubungan sosial. Dalam perspektif ini fokus perhatian adalah pada pembangunan sosial,
30
fokusnya pada perubahan distribusi kualitatif dalam struktur masyarakat melalui penghapusan diskriminasi, eksploitasi dan penciptaan dan jaminan untuk
memperoleh kesempatan yang sama dan distribusi yang adil dari manfaat pertumbuhan ekonomi diantara masyarakat Hadi, 2005.
Tujuan dari pembangunan adalah untuk penghapusan kemiskinan, dan menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia
dan terpenuhi kebutuhannya Gant, 1971 dalam Sirojuzilam, 2005. Sehingga pembangunan merupakan suatu upaya perbaikan, adanya suatu rangkaian
kegiatanaktivitas yang dilakukan, didasarkan pada suatu rencana, dan bermuara pada suatu tujuan. Sejarah perkembangan pembangunan bermula dari situasi
lingkaran setan kemiskinan Vicious Circle of Poverty, kemudian dengan adanya inovasi dari para entrepreneur wiraswasta, pembangunan di segala bidang
dimungkinkan 1911, walaupun akhirnya timbul depresi hebat pada tahun 1928 karena munculnya eksternalitas awal ekonomi berupa pasar yang tak sempurna
akibat informasi yang tak lengkap, biaya transaksi yang tinggi, serta persaingan tidak sempurna termasuk monopoli dan oligopoli, kemudian muncul campur
tangan pemerintah. Banyaknya campur tangan pemerintah yang berupa regulasi berakibat pula pada gagalnya pemerintah. Sehingga muncul pandangan bahwa
pembangunan seyogyanya merupakan campuran yaitu ada kebebasan yang diperankan oleh pihak swasta dan ada pula pengaturan yang dibuat oleh
pemerintah, sehingga diharapkan dengan pola tersebut tercapai kesejahteraan masyarakat Reksohadiprodjo, 2001.