Pengembangan Kawasan Pesisir PERAN KAWASAN BAHARI TERPADU REMBANG TERHADAP EKONOMI LOKAL DI DESA TASIKAGUNG REMBANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)
35
d. Kelembagaan: konsistensi kebijakan pemerintah dan perilaku
masyarakat yang pro pengembangan ekonomi lokal, serta budaya yang mendukung produktifitas.
Dalam konteks pengembangan ekonomi lokal, yang dapat berlanjut pada pertumbuhan ekonomi yang luas broad-base suatu daerah minimal harus
memiliki dua kondisi sebagai berikut, yaitu Arifin, 2001 dalam Wiranto, 2002: pertama, daerah tersebut harus mampu dan berhasil dalam memasarkan produk
barang dan jasa ke wilayah lain. Kedua, penerimaan ekspor itu harus menghasilkan dampak ganda multiplier effect atau perputaran tambahan
pendapatan dalam perekonomian lokal, minimal melalui pembelian faktor produksi dan pengeluaran rumah tangga terhadap barang konsumen oleh segenap
aktor ekonomi yang terlibat dalam aktivitas produksi dan ekspor. Kedua prakondisi ini hanya dapat terjadi apabila suatu daerah memiliki suatu keterkaitan
yang efisien, yang menghubungkan produsen, pedagang dan supplier di wilayah tersebut dan sekitarnya.
Dari sisi masyarakat, Pengembagan Ekonomi Lokal diartikan sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan yang
menghambat usahanya guna membangun kesejahteraannya. Kesejahteraan tersebut dapat diartikan secara khusus sebagai jaminan keselamatan bagi adat
istiadat dan agamanya, bagi usahanya, dan bagi harga dirinya sebagai manusia. Semua jaminan tersebut tidak dapat diperoleh dari luar sistem masyarakat karena
tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu harus diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang kerap kali disebut kemandirian. Dengan demikian, pembangunan
36
ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpukan kepada kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai
lokasi, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, kemampuan manajemen kelembagaan capacity of institutions maupun asset pengalaman
Haeruman, 2001 dalam Wiranto, 2002. Cernea 1991 mengemukakan bahwa partisipasi lokal memberikan banyak peluang secara efektif dalam kegiatan
pembangunan dimana hal ini berarti bahwa memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran sosial dan bukan subjek pasif untuk mengelola
sumberdaya, membuat keputusan dan melakukan kontrol terhadap kegiatan- kegiatan yang mempengaruhi kehidupan sesuai dengan kemampuan mereka
Cernea, 1991 dalam Lawaherilla, 2002. Untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal tidak cukup hanya
dengan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusianya saja, tetapi juga diperlukan adanya lembaga yang terlatih untuk mengelola sumberdaya manusia
tersebut, dan memerlukan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan lembaga ekonomi lokal tersebut berkembang. Pengembangan potensi ekonomi
lokal melalui pengembangan lembaga kemitraan dengan semua stakeholders pemerintah, dunia usaha dan masyarakat membutuhkan kemampuan komunikasi
diantara semua lembaga yang bersangkutan, untuk menjamin kesinambungan mitra kerja dan mitra usaha. Untuk selanjutnya, komunikasi multi arah menjadi
kebutuhan dasar dalam pengembangan lembaga kemitraan tersebut Wiranto, 2002. Disisi lain peran pemerintah di dalam pengembangan potensi ekonomi
lokal tidak bisa diabaikan. Chisholm 1990 dalam Wong 2002 berargumen