Beberapa Model Pengembangan Ekonomi Lokal

43 membangunan pusat-pusat pertumbuhan dibeberapa tempat dengan pertimbangan- pertimbangan tertentu. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dengan mendayagunakan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, institusional dan fisik setempat ini diharapkan akan mampu mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat setempat, atau dikenal sebagai konsep Pengembangan Ekonomi Lokal Local Economic Development Blakely, 1994. Untuk memperbaiki atau mengoreksi terhadap kegagalan growth pole theory, Adisasmita 2005 mengemukakan suatu konsep yang dinamakan Suntikan Dana Investasi kepada Wilayah Pengaruh Capital Injection to Influence Region. Pertama, keterkaitan ekonomi antara pusat pertumbuhan dan wilayah pengaruh sekitarnya harus berorientasi pada penawaran supply side dan permintaan demmand side agar lebih seimbang antara sisi produksi dan sisi pasar. Di wilayah pengaruh yang memiliki sumberdaya yang potensial dan prospek pasar yang kuat, agar dibangun proyek-proyek investasi fisik yang akan mampu menciptakan comperative advantage, marketability dan sustainability. Kedua, suntikan kepada wilayah pengaruh, selain dalam bentuk investasi fisik, perlu didukung penguatan, pengembangan dan dukungan masyarakat lokal. Pelibatan masyarakat lokal juga diperlukan untuk mengetahui jenis program dan proyek pembangunan apa yang harus dikembangkan. Ketiga, dengan memperhatikan program tersebut, diharapkan produktifitas dapat mencapai tingkat keunggulan komperatif, hal ini berarti pendapatan masyarakat lokal akan meningkat, memiliki daya beli yang lebih tinggi, sehingga keterkaitan kegiatan 44 antar wilayah pengaruh dan pusatnya berlangsung secara timbal balik Adisasmita, 2005.

2.4. Kawasan Bahari Terpadu Sebagai Pendorong Pengembangan

Ekonomi Lokal Suatu dilema klasik yang agaknya selalu menjadi tantangan negara berkembang adalah antara menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai orientasi pembangunan nasional disatu pihak, atau menjadikan pemerataan dan pengentasan kemiskinan dilain pihak Tjokrowinoto, 1996. Secara konvensional bahwa pengembangan kawasan lebih cenderung berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi, sehingga terkadang pemerataan pendapatan terutama bagi penduduk lokal tidak terjadi. Dan karena kegagalan pasar, biasanya efek penetesan ke bawah dari kawasan tersebut tidak terwujud, sehingga timbulah upaya untuk merencanakan pusat-pusat pertumbuhan di dalam kerangka pengembangan kawasan yang terkendali Friedmann, 1975 dalam Tjokrowinoto, 1996. Upaya lainnya adalah mendorong untuk mencari paradigma pengembangan kawasan yang lebih fungsional untuk menanggulangi kemiskinan dan mewujudkan adanya pemerataan bagi masyarakat, salah satunya yaitu melalui pengembangan kawasan yang bertumpu kepada potensi sumberdaya setempat lokal, sesuai dengan konsep kemandirian untuk mengembangan ekonomi lokal yaitu pembangunan endogen, dengan menggunakan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, institusional dan fisik setempat. Melalui pengembangan kawasan seperti ini, diharapkan akan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi sekaligus 45 pemerataan pembangunan melalui penciptaan lapangan kerja, akibat munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang bermanfaat bagi masyarakat lokal. Dalam Pengembangan Kawasan Bahari, sifat endogen dalam pengembangan kawasan pesisir ini adalah dengan berupaya menggunakan sumberdaya lokal, dan dikembalikan untuk kemanfaatan masyarakat lokal. Potensi perikanan, pariwisata maupun potensi perhubungan laut, merupakan sumberdaya lokal yang dapat digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat. Untuk mengembangkan potensi-potensi lokal tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Ketika potensi-potensi lokal tersebut berkembang, maka akan mendiversifikasi kegiatan ekonomi lainnya yang ada di kawasan tersebut. Akhirnya dengan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi di kawasan tersebut, berdampak pada terbukanya peluang kerja yang lebih luas yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan khusunya bagi penduduk lokal. Sebagai contoh perkembangan kegiatan perikanan tangkap, akan mendiversifikasi kegiatan ekonomi lainnya, antara lain: pertama, kegiatan perdagangan, seperti perdagangan hasil laut, perdagangan perbekalan untuk melaut, perdagangan alat-alat nelayan dan perdagangan lainnya. Kedua, adalah kegiatan industri pengolahan, seperti industri pengolahan hasil laut yang terdiri dari industri ikan asin, industri ikan pindang, industri ikan panggang dan industri pengolahan ikan lainnya. Ketiga, yaitu kegiatan jasa-jasa seperti jasa bongkar muat kapal, jasa perbaikan kapal dan peralatannya, sampai jasa angkutan. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang muncul akibat adanya kegiatan di sektor perikanan ini. Demikian juga dengan pengembangan sektor-sektor lainnya