Kisi-Kisi Penelitian PERAN KAWASAN BAHARI TERPADU REMBANG TERHADAP EKONOMI LOKAL DI DESA TASIKAGUNG REMBANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

54 analisa peran Kawasan Bahari Terpadu sebagai penyerap tenaga kerja antara lain: besarnya investasi yang ditanamkan dalam pengembangan KBT, perkembangan kegiatan KBT, jumlah kegiatan ekonomi sebelum dan sesudah adanya KBT, dan tenaga kerja yang terserap dan pada kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut. 3. Kawasan Bahari Terpadu sebagai pendorong peningkatan pendapatan. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja berarti ada peningkatan pendapatan bagi masyarakat, demikian pula dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga yang memperoleh pendapatan. Sehingga untuk analisa Kawasan Bahari Terpadu sebagai pendorong peningkatan pendapatan, data-data yang diperlukan antara lain: penyebab terjadinya peningkatan pendapatan, besarnya pendapatan, perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya Kawasan Bahari Terpadu menurut persepsi responden. BAB III POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DESA TASIKAGUNG Sebagai daerah pesisir, Kabupaten Rembang memiliki pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 63,5 km dari Kecamatan Kaliori di sebelah Barat hingga Kecamatan Sarang di sebelah Timur. Panjangnya pantai merupakan keuntungan komperatif comperative advantage yang tidak semua wilayah memilikinya. Ekosistem wilayah pantai yang begitu besar menyediakan manfaat yang besar pula bagi masyarakat. Pada Bab III, akan dipaparkan potensi-potensi yang ada di wilayah pesisir Desa Tasikagung yang dimulai dari gambaran umum masyarakat pesisir, jumlah dan kepadatan penduduk, sarana dan prasarana pengembangan Kawasan Bahari Terpadu dan sebaran kegiatan ekonomi di Kawasan Bahari Terpadu.

3.1. Gambaran Umum Masyarakat Pesisir Desa Tasikagung

Didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masyarakat diantaranya Syarief, 2001: a Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapalperalatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya. 56 b Masyarakat nelayan pengumpulbakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawa ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan. c Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruhanak buah kapal ABK pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim. d Masyarakat nelayan tambak dan masyarakat nelayan pengolah hasil laut. Kondisi diatas tidak berbeda dengan keadaan masyarakat pesisir di Desa Tasikagung, mata pencaharian utama masyarakat Desa Tasikagung adalah nelayan tangkap, yang kemudian berkembang ke sektor sekunder, seperti kegiatan perdagangan dan industri, yang masih berkaitan dengan kegiatan perikanan. Menurut kategorinya, nelayan Tasikagung masih dikategorikan sebagai nelayan tradisional dilihat dari jenis kapal dan peralatan tangkapnya, tetapi nelayan Tasikagung sudah biasa mencari ikan sampai ke Selat Makasar atau Laut Flores, 57 bahkan untuk ukuran kapal lebih dari 20 GT, nelayan Tasikagung berani berlayar hingga Laut Cina Selatan. Khusus untuk nelayan yang melakukan penangkapan ikan sampai ke Selat Makasar atau Laut Flores, mereka biasanya menjual ikannya di Kalimantan Selatan karena disana sudah mempunyai tauke yang biasa membeli hasil tangkapan mereka, dan sekembalinya, mereka melakukan penangkapan di Laut Jawa untuk didaratkan di Rembang. Sumber: Observasi Lapangan, 2008 GAMBAR 3.1 NELAYAN DESA TASIKAGUNG Perairan yang dimanfaatkan oleh nelayan Tasikagung berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP III yang meliputi Laut Jawa dan WPP IV yang meliputi Selat Makasar dan Laut Flores karena di Laut Jawa sebagian potensi perikanan sudah over fishing dan padat tangkap, sehingga wajar kalau para nelayan Rembang khususnya nelayan Tasikagung, melaut sampai Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP IV. 58 Nelayan merupakan salah satu masyarakat marginal yang seringkali tersisih dari akomodasi kebijakan pemerintah. Problema yang dihadapi masyarakat nelayan sangatlah kompleks, mulai dari yang bermuara pada minimnya penghasilan mereka. Seperti halnya masyarakat petani dan buruh proletar, masyarakat nelayan pun tercekik jerat kemiskinan yang menyerupai lingkaran setan Wahyono, 2001. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi mereka, seperti sumberdaya manusia yang rendah, tingginya pekerja anak, sampai dengan masalah lingkungan yang kumuh dan tidak teratur. Mata pencaharian kedua yang banyak ditemui pada masyarakat Tasikagung adalah kegiatan perdagangan, terutama sebagai pedagang ikan. Mereka yang memiliki modal akan mencari ikan lewat TPI, atau langsung pada para nelayan, tetapi ada juga yang memperoleh ikan dari belas kasihan para nelayan yang baru saja membongkar muatannya, oleh masyarakat setempat mereka dikenal sebagai alang-alang. Kegiatan ketiga yang banyak ditemui di Desa Tasikagung adalah kegiatan industri, utamanya industri perikanan, mulai industri perikanan skala rumah tangga sampai industri pengolahan ikan skala besar. Industri perikanan yang banyak ditemui disana adalah pengolahan ikan asin, pengolahan asap, dan pengolahan ikan pindang. Hasil dari industri ini, disamping untuk mencukupi kebutuhan konsumsi lokal, juga dikirim hingga keluar jawa.