32
e. Pengendalian Operasional
1 Penyedia jasa harus menentukan jenis kegiatan yang bahayanya telah
diidentifikasi guna untuk mengelola resiko K3. 2
Untuk kegiatan tersebut Penyedia Jasa juga wajib menerapkan:
pengendalian operasional.
mendokumentasikan pengendalian.
menentukan kriteria pengendalian operasional.
f. Kesiagaan dan Tanggap Darurat
1 Membuat, mengidentifikasian, menerapkan dan memelihara prosedur situasi
darurat. 2
Tanggap terhadap situasi darurat dan mencegah atau meminimalkan kerugian yang ditimbulkan.
3 Perencanaan tanggap darurat harus memperhitungkan keberadaan pihak-pihak
terkait antara lain pemadam kebakaran, kantor polisi dan rumah sakit. 4
Secara berkala menguji prosedur tanggap darurat dengan melibatkan pihak-pihak terkait yang diperlukan, apakah masih dapat diterapkan dalam menanggapi situasi
darurat. 5
Secara berkala mengkaji ulang dan merevisi prosedur kesiagaan dan tanggap darurat khususnya setelah pengujian berkala dan sesudah terjadinya situasi
darurat.
2.8.4. Pemeriksaan Evaluasi
Pemeriksaan myerupakan pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk
melakukan identifikasi tindakan perbaikan.
Universitas Sumatera Utara
33
Seperti yang terdapat pada pasal 10 pada Permen Nomor: 09PRTM2008 menyatakan bahwa dalam hal materi penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang
Pekerjaan Umum yang dijadikan salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan penyedia jasa, maka PPK wajib menyediakan acuannya. PPK Pejabat Pembuat
Komitmen ialah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. Berikut ini adalah peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran
kinerja SMK3:
2.8.4.1. Pengukuran dan Pemantauan
Adapun syarat dalam pengukuran dan pemantauan adalah sebagai berikut: 1 Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk pengukuran dan
pemantauan kinerja K3 secara teratur yang meliputi:
pengukuran kualitatif dan kuantitatif.
pemantauan lebih luas terhadap keseuaian dengan sasaran K3 penyedia jasa.
pemantauan efektivitas.
pemantauan penyakit, insiden termasuk kecelakaan, hampir kena dan bukti historis.
pencatatan data, hasil pemantauan dan pengukuran harus dapat mencukupi
kebutuhan untuk analisa tindakan perbaikan dan pencegahan. 2 Merencanakan memelihara prosedur kalibrasi peralatan.
2.8.4.2. Evaluasi Kepatuhan
Adapun syarat dalam evaluasi kepatuhan adalah sebagai berikut: 1
Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur secara berkala sehingga dapat mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
2 Mengevaluasi kepatuhan terhadap persyaratan lainnya yang diikuti.
Universitas Sumatera Utara
34
3 Penyedia jasa dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhan
terhadap peraturan yang mengacu dalam prosedur terpisah.
2.8.4.3. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan Pencegahan
a. Penyelidikan Insiden
Adapun syaratperaturan dalam hal penyelidikan insiden adalah: 1 Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
mencatat, menyelidiki dan menganalisa insiden untuk:
Identifikasi kebutuhan tindakan dan perbaikan.
Identifikasi peluang untuk tindakan pencegahan.
Identifikasi peluang untuk peningkatan berkelanjutan.
Mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada pemangku kepentingan. 2 Penyelidikan harus tepat waktu.
3 Beberapa identifikasi memerlukan tindakan perbaikan atau peluang tindakan pencegahan harus sesuai dengan klausul.
b. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3 didokumentasi dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan
pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif. Adapun syarat untuk membuat dan memelihara prosedur untuk menentukan
potensi ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan ialah: 1 Memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan untuk mencegah resiko
K3.
Universitas Sumatera Utara
35
2 Menyelidiki ketidaksesuaian, menentukan penyebab dan mengambil keputusan untuk menghindari terjadi kembali.
3 Mengevaluasi tindakan perbaikan dan pencegahan agar tidak terjadi ketidaksesuaian.
4 Mengkomunikasikan hasil tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil kepada pihak yang berkepentingan.
5 Mengakaji ulang keefektifan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil.
2.8.4.4. Pengendalian Rekaman
Adapun hal yang dilaksanakan pada saat pengendalian rekaman adalah sebagai berikut:
1 Membuat dan memelihara rekaman yang diperlukan.
2 Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, penyimpanan
kemamputelusuran, masa simpan dan pemusnahan rekaman. 3
Rekaman harus dapat terbaca dan teridentifikasi dengan mudah diperoleh.
2.8.4.5. Audit Intenal
Audit internal merupakan pemeriksaan berkala secara terencana yang
dilakukan terhadap penerapan program K3.
1 Memastikan audit internal SMK3 dilaksanakan pada interval waktu yang telah
direncanakan untuk:
Mengendalikan kesesuaian SMK3.
Memberikan informasi hasil-hasil audit kepada manajemen. 2
Program audit harus direncanakan, dibuat, diterapkan dan dipelihara oleh penyedia jasa.
Universitas Sumatera Utara
36
3 Program audit harus didasarkan atas hasil penilaian resiko dari kegiatan penyedia
jasa dan hasil audit sebelumnya. 4
Program audit harus dibuat, diterapkan dan dipelihara yang mengacu kepada:
Tanggung jawab, kompetensi dan persyaratan untuk merncanakan dan melaksanakan audit, melaporkan hasil dan menyimpan rekaman yang terkait.
Penetuan kriteria, lingkup, frekuensi dan metode audit.
5 Pelaksanaan audit harus objektif dan auditor harus memiliki integritas. Permen,
2008
2.8.5. Tinjauan Manajemen
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan manajemen SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan
dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Ruang lingkup tinjauan manajemen yaitu mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk
dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tinjauan manajemen SMK3 meliputi hal sebagai berikut:
1
Pimpinan puncak harus melakukan tinjauan SMK3 pada interval waktu yang telah direncanakan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan secara
berkelanjutan.
2
Peninjauan harus memasukkan analisa peluang untuk peningkatan dan perlunya perubahan SMK3 termasuk kebijakan dan sasaran K3.
3
Tinjauan manajemen mencakup:
Hasil audit internal dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan dan persyaratan lainnya.
Hasil keterlibatan dan konsultansi.
Komunikasi dari pihak luar yang relevan termasuk kritik dan sasaran.
Universitas Sumatera Utara
37
Kinerja K3.
Perluasan sasaran yang telah dicapai.
Status penyelidikan insiden tindakan perbaikan dan pencegahan.
Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya.
Perubahan lingkup termasuk pengembangan dari persyaratan, peraturan dan
persyaratan lainnya yang terkait dengan K3.
Rekomendasi bagi peningkatan.
4
Hasil tinjauan manajeman harus sesuai dengan komitmen perusahaan untuk peningkatan berkelanjutan.
5
Hasil tinjauan manajeman harus berupa keputusan untuk perbaikan:
Kinerja K3.
Kebijakan dan sasaran K3.
Sumber daya.
Unsur-unsur lain dari SMK3.
6
Hasil tinjauan manajemen harus dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. Resiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya
peristiwa K3 dengan akibat yang ditimbulkannya dalam konstruksi. Resiko K3 memiliki 3 jenis kategori yakni:
Resiko tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko
membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi.
Resiko sedang, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko
membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
38
Resiko kecil, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak
membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan konstruksi. Permen, 2008
Setelah melihat kategori resiko tersebut, maka proyek pembangunan Siloam Hospital termasuk kategori resiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya dapat beresiko membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi.
2.9. Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:
a. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa kerja.
b. Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih aman. Contohnya
seperti: 1 Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta.
2 Proses pengecatan spray dengan pencelupan. c.
Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi terhadap desain peralatan, proses dan lay out. Hierarki ini dapat dilihat dalam hal pekerjaan
sebagai berikut: 1 Pemasangan alat pelindung mesinguarding.
2 Penambahan alat sensor otomatis. d.
Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan pengontrolan dari
sistem administrasi. Hierarki ini dapat diterapkan dalam hal pekerjaan sebagai berikut:
1 Pemisahan lokasi kerjapenempatan material. 2 Izin kerjaworking permit.
Universitas Sumatera Utara
39
3 Training. e.
Alat pelindung diri APD yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung tangan, pelindung kepala, pelindung wajah masker dan lain-lain.
Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko. Pelaksana
harus memulai dari butir a eliminasi, kemudian butir b substitusi, lalu ke butir c engineering, demikan seterusnya sampai butir e. Sebuah kesalahan apabila
pelaksana pekerjaan langsung loncat atau melangkah ke butir e tanpa berfikir terlebih dahulu tentang butir-butir sebelumnya. Pada kasus lain, meskipun pelaksana
pekerjaan sudah memulai tahap-tahap sesuai hierarki di atas dikarenakan nilai resiko yang diterima sedimikian besarnya, maka pelaksana pekerjaan diharuskan untuk
tetap sampai pada hierarki terakhir e=alat pelindung diri. Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang