14
c. Alasan Hukum
Persyaratan K3 harus diperkuat oleh peraturan hukum perdata dan pidana. Karena tanpa dorongan ekstra tindakan pengaturanpenuntutan hukum yang tegas,
banyak perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban moralnya. Beesono, 2012 Sesuai ketentuan pada Pasal 4 ayat 1 Permen PU No.9 Tahun 2008 kegiatan
jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa terdiri dari jasa pemborongan, jasa konsultansi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja
dan peralatan kerja. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan, wajib
menyelenggarakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
2.6. Defenisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan
penerapan, pencapaian,
pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Permen, 2008
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05MEN1996 Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Pada dasarnya SMK3 merupakan implementasi ilmu dan fungsi
Universitas Sumatera Utara
15
manajemen dalam melakukan perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 mencakup hal-hal sebagai berikut; struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Tujuan dan sasaran manajemen k3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman dan efisien, dan produktif. Sastrohadiwiryo, 2001. Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan program
keselamatan kerja adalah; komitmen perusahaan, kebijakan pemimpin, ketentuan penciptaan lingkungan kerja, ketentuan pengawaasan selama proyek berlangsung,
pendelegasian wewenang, penyelidikan pelatihan dan pendidikan, mengukur kinerja program K3 dan pendokumentasian yang memadai secara kontinu. Ervianto, 2009.
Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil apabila:
a. Manajemen sungguh-sungguh menyadari bahwa akar dari setiap kecelakaan atau
penyakit akibat kerja terletak pada manajemen. b.
Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3. c.
Kebijakan K3 yang ditetapkan. d.
Perlengkapan kebijkan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan.
Universitas Sumatera Utara
16
Pemahaman tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja SMK3 yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan
dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan kecelakaan.
Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05MEN1996 tentang penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada
perusahaan dengan syarat: a.
Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja se[erti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan
Sistem Manajemen K3. b.
Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Pada lampiran IV dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05MEN1996, penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada perusahaan dengan tingkat
penerapan sebagai berikut: a.
Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan sebanyak 64 enam puluh empat elemen.
b. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus
menerapkan sebanyak 122 seratus dua puluh dua elemen. c.
Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan sebanyak 166 seratus enam puluh enam elemen.
Dilihat dari tingkat penerapan di atas, maka pembangunan proyek gedung Siloam Hospital termasuk kategori perusahaan besar yang menerapkan sebanyak 166
Universitas Sumatera Utara
17
elemen yang terdapat dalam SMK3. Hal dikarenakan proyek ini memiliki pekerja lebih dari 100 orang.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:
05MEN1996 sebagai berikut: a.
Untuk tingkat pencapaian 0-59 dan pelanggaran peraturan perundangan nonconformance dikenai tindakan hukum.
b. Untuk tingkat pencapaian 60-84 diberikan sertifikat dan bendera perak.
c. Untuk tingkat pencapaian 85-100 diberikan sertifikat dan bendera emas.
Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum menurut Permen PU Nomor: 09PRT2008 terbagi menjadi
3 bagian, yaitu: a.
Baik, bila mencapai hasil penilaian 85. b.
Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60 - 85. c.
Kurang, bila mencapai hasil penilaian 60.
2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan