86
30.  MANAJEMEN RISIKO lanjutan
f. Risiko Modal Tujuan Perusahaan dan Entitas Anak mengatur modal adalah untuk menjaga kemampuan dan menjamin
kelangsungan usaha yang terus menerus agar dapat memberikan keuntungan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya dan untuk mempertahankan struktur modal yang optimal untuk
mengurangi biaya modal.
Perusahaan dan Entitas Anak secara aktif dan rutin menelaah dan mengelola struktur permodalan untuk memastikan  struktur  modal  dan  hasil  pengembalian  ke  pemegang  saham  optimal,  dengan
mempertimbangkan kebutuhan modal masa depan dan efisiensi modal Perusahaan dan Entitas Anak, profitabilitas masa sekarang dan yang akan datang, proyeksi arus kas operasi, proyeksi belanja modal
serta proyeksi peluang investasi yang strategis.
g.  Risiko Perubahan Regulasi Penerbitan  regulasi  oleh  Pemerintah  Republik  Indonesia  di  sektor  pertambangan  mineral  dapat
mempengaruhi  kelangsungan  usaha  Perusahaan  dan  Entitas  Anak.  Salah  satunya  yaitu    dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara UU
Minerba, yang dapat menimbulkan risiko seperti ketiadaan pembeli dalam negeri untuk produk-produk hasil  tambang  tertentu  terkait  dengan  adanya  kewajiban  untuk  memasok  pasar  dalam  negeri,
berkurangnya cadangan sebagai akibat adanya pembatasan luas kepemilikan atas IUP, dan kesiapan Perusahaan dan Entitas Anak  dalam memenuhi kewajiban pembangunan  fasilitas pengolahan dan
pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu lima tahun atau sampai dengan tahun 2014.
Pada  tanggal  6  Februari  2012,  Menteri  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral  Republik  Indonesia  telah menerbitkan Peraturan Nomor 07 Tahun 2012 PER 07 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. PER 07 antara lain menegaskan kembali perlunya rencana  ataupun  penyesuaian  rencana  untuk  kegiatan  pengolahan  dan  pemurnian  mineral  serta
memberikan larangan terhadap perusahaan-perusahaan pemegang IUP operasi produksi untuk menjual bijih raw material atau Ore mineral ke luar negeri dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga bulan
sejak berlakunya PER 07 tersebut.
Sebagai akibat implementasi PER 07 yang telah direvisi oleh PerMen No. 112012 tersebut, ditetapkan bahwa  ekspor  bahan  galian  mentah  hanya  diperbolehkan  untuk  perusahaan  yang  telah  memenuhi
persyaratan dengan kuota terbatas.
Dengan diberlakukanya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara UU Minerba sebagaimana dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah PP No. 1 Tahun 2014
tentang  Perubahan  Kedua  atas  PP  No.  23  Tahun  2010  tentang  Pelaksanaan  Kegiatan  Usaha Pertambangan  Mineral    yang  berlaku  efektif  tanggal  11  Januari  2014,  yang  antara  lain  melarang
perusahaan  pertambangan  untuk  menjual  bijih  mineral,  termasuk  bauksit,  ke  luar  negeri  dan mewajibkan perusahaan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam PP tersebut untuk melakukan
pengolahan dan pemurnian hasil tambang di dalam negeri sesuai dengan syarat dan ketentuan diatur dalam UU Minerba,
87
30.  MANAJEMEN RISIKO lanjutan g.  Risiko Perubahan Regulasi lanjutan