Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral
                                                                                82
29.   PERJANJIAN PENTING, IKATAN DAN KONTIJENSI lanjutan h.  Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral lanjutan
Dalam  hal  pemegang  IUP  tidak  dapat  membuat  penyesuaian  tersebut  di  atas  atau  tidak  dapat melakukan  kerjasama  dengan  pihak  lain,  mereka  harus  berkonsultasi  dengan  Direktur  Jenderal.
Selanjutnya, pada tanggal 11 Mei 2012, MESDM menerbitkan Peraturan No. 11 Tahun 2012 ”PerMen No.    112012”  yang  merupakan  amandemen  atas  PerMen  No.  72012.  PerMen  No.  112012  ini
menegaskan bahwa pemegang IUP  dapat melakukan ekspor bijihbahan mentah setelah memperoleh rekomendasi  dari   MESDM, apabila telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan, dan akan
dikenakan  Bea  Keluar  berdasarkan  Harga  Patokan  Ekspor.  Direktur  Jenderal  telah  menerbitkan peraturan-peraturan tertentu terkait dengan implementasi PerMen No. 112012 ini.
Sebagai akibat PerMen No. 072012 yang telah direvisi oleh PerMen No. 112012 tersebut, ditetapkan bahwa  ekspor  bahan  galian  mentah  hanya  diperbolehkan  untuk  perusahaan  yang  telah  memenuhi
persyaratan dengan kuota terbatas.
Pemerintah Republik Indonesia juga telah menerbitkan peraturan-peraturan terkait Bea Keluar, yaitu, antara lain, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 29M-DAGPER52012 Tanggal 7
Mei 2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 33MDAG PER52012 Tanggal 28 Mei 2012 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan
Ekspor atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 34MDAG PER52012 Tanggal 28 Mei 2012 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor
atas Produk   Pertambangan   yang   Dikenakan   Bea Keluar,
Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 574.K30DJB2012 tanggal 11 Mei 2012 tentang Ketentuan  Tata  Cara  dan  Persyaratan  Rekomendasi  Ekspor  Produk  Pertambangan  dan  Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No.75PMK.0112012 tanggal 16 Mei 2012 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar Dan Tarif Bea Keluar.
Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No.73930DJB2013 tanggal 30 April 2013, No.00930DJB2013 dan No.74030DJB2013 tanggal 3 Januari 2013 dan tanggal 30 April 2013,
No. 137130DJB2013 tanggal 15 Agustus 2013 dan No. 114730DJB2013 tanggal  11 Juli 2013. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara telah memberikan rekomendasi kepada Menteri Perdagangan
Republik Indonesia untuk menerbitkan surat persetujuan ekspor kepada HPAM, KUTJ, LPT  dan SIJT dan  juga  memberikan  sertifikat  Clear  and  Clean  atas  berbagai  IUP  Operasi  Produksi  di  wilayah
Kabupaten Ketapang - Kalimantan Barat. Berdasarkan Surat Menteri Pedagangan Republik Indonesia, HPAM, KUTJ , LPT dan SIJT  telah menerima persetujuan ekspor produk pertambangan komoditas bijih
bauksit,  terakhir dengan kuota untuk HPAM, KUTJ, LPT dan SIJT masing-masing sebesar 6.832.000 ton, 3.600.000 ton, 1.500.000 ton dan 2.160.000 ton dengan batas waktu pengapalan sampai dengan bulan
Januari 2014.
Sebagai dampak akibat implementasi peraturan-peraturan di atas, Entitas Anak, yaitu HPAM  dan
KUT,  LPT dan SIJT Entitas Anak HPAM mengalami penundaan   kegiatan ekspor komoditas bijih bauksit selama periode tertentu dalam tahun 2013.
Pada tanggal 11 Januari 2014, Presiden Republik Indonesia dan Menteri Energi dan sumber Daya Mineral Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2014 PP No. 12014 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerinah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Menteri No. 1 tahun 2014 PM No. 12014 tentang
Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatan pengolahan dan Pemurnian di dalam negeri.
83
29.   PERJANJIAN PENTING, IKATAN DAN KONTIJENSI lanjutan h.  Peraturan mengenai Peningkatan Nilai Tambah Mineral lanjutan
PP No. 12014 dan PM No. 12014 antara lain menyatakan bahwa komoditas tambang mineral logam termasuk produk sampingsisa hasilmineral ikutan, mineral bukan logam, dan batuan tertentu yang
dijual keluar negeri wajib memenuhi batasan minimum pengolahan danatau pemurnian terhitung 11 Januari 2014.
Pemegang IUP dan IUPK operasi produksi OP mineral logam dan IUP OP bukan logam wajib melakukan pengolahan danatau pemurnian hasil penambangan di dalam negeri baik dilakukan secara langsung
atau  melalui  kerjasama  dengan  pemegang  IUP  OP,  IUP  OP  Khusus  untuk  pengolahan  danatau pemurnian dengan persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri.
Pemberlakuan  UU  Minerba  dan  Peraturan-peraturan  terkait  lainnya  telah  mempengaruhi  kegiatan operasional Perusahaan dan Entitas Anak. lihat Catatan 24
                