Spermiogenesis Spermatozoa Sistem Reproduksi

Gambar 2.1. Proses Spermatogenesis dan Spermiogenesis Dikutip dari Junqueira, 2004

2.3.4. Spermiogenesis

Universitas Sumatera Utara Spermiogenesis merupakan tahap akhir produksi spermatozoa. Spermiogenesis adalah transformasi spermatid menjadi spermatozoa. Spermiogenesis adalah suatu proses perkembangan yang rumit yang mencakup pembentukan akrosom Yun. akron, ekstremitas, + soma, tubuh, pemadatan, pemanjangan inti, pembentukan flagellum, dan hilangnya sebagian besar sitoplasma. Proses perkembangn tersebut tercakup dalam fase golgi dan fase akrosom. Hasil akhirnya adalah spermatozoa matang, yang kemudian dilepas ke dalam lumen tubulus seminiferus Gambar 2.2.. Gambar 2.2. Gambaran histologi tubulus seminiferus Dikutip dari www.lab.anhb.uwa.edu.aumb140 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Perubahan Utama pada Spermatid selama Spermiogenesis Dikutip dari Junqueira, 2004

2.3.5. Spermatozoa

Spermatozoa yang terbentuk dalam tubulus seminiferus kemudian masuk kedalam epididimis dan mengalami proses pematangan lebih lanjut. Di dalam epididimis, spermatozoa mengalami pematangan fisiologis, termasuk perolehan dan modifikasi protein atau enzim membran plasma yang berperan penting dalam transport ion Kaur et al., 1991 dalam Rubin, 1993. Fungsi epididimis ini bergantung pada keberadaan androgen. Tanpa androgen, berat epididimis akan menyusut sekitar 25 Brooks, 1981 dalam Rubin, 1993. Perubahan morfologi dan biokimia selama tranport melewati epididimis meningkatkan kemampuan spermatozoa untuk membuahi ovum. Perubahan pada membran plasma antara lain meliputi muatan permukaan, peningkatan lektin dan antigen permukaan Brooks, 1981 dalam Rubin, 1993. Selain itu epididimis sendiri merupakan organ yang aktif dalam transport elektrolit, sekresi bahan-bahan seperti Universitas Sumatera Utara karnitin dan gliserofosforil-kholin Wong Yeung, 1978; Brooks et al., 1974 dalam Rubin 1993. Kualitas spermatozoa antara lain dapat dilihat dari bentuknya. Kesalahan dalam proses spermiogenesis dapat menyebabkan kelainan bentuk spermatozoa, baik pada kepala maupun ekor. Kelainan bentuk kepala spermatozoa tikus dapat dikelompokkan menjadi bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala amorf dan bentuk kepala yang terlalu membengkok Washington et al., 1983 dalam Rubin 1993. Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep