Testis Fisiologi Reproduksi Sistem Reproduksi

7. Madu tidak dicerna terlebih dahulu dalam tubuh manusia karena telah mengalami pencernaan dalam tubuh lebah ketika masih berupa nektar. 8. Madu mencegah pertumbuhan mikroba seperti Salmonella, Shigella, E. coli dan V. cholera yang menyebabkan diare. Dalam percobaan madu sebagai antibiotika, kadar gulanya dihilangkan. Ternyata, madu tanpa gula sama efektifnya dengan streptomycin sehingga dapat membunuh bakteri.

2.3. Sistem Reproduksi

2.3.1. Testis

Sistem reproduksi mencit jantan terdiri dari sepasang kelenjar kelamin testis, saluran reproduksi, kelenjar aksesori dan organ kopulasi. Masing-masing organ tersebut berjumlah sepasang, kecuali uretra dan penis. Testis memiliki fungsi ganda, yaitu menghasilkan hormon dan spermatozoa Junqueira, 2004. Menurut Behre 2003 dalam Hasaaanah 2009, testis merupakan kelenjar endokrin karena memproduksi testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig yang berpengaruh terhadap sifat-sifat jantan dan berperan dalam spermatogenesis. Testis mamalia terletak dalam kantong skrotum diluar rongga tubuh dengan dua lobus. Masing-masing lobus berbentuk oval dibungkus oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut tunika albugenia. Tunika albugenia menebal pada bagian posterior testis membentuk mediastinum testis yang membagi lobus testis secara radier menjadi lobulus testis. Tubulus seminiferus sebagai tempat spermatogenesis berlangsung berada dalam lobulus testis tersebut. Pada manusia tubulus seminiferus memiliki diameter kurang lebih 150- 250 μm dan panjang 30-70 cm Junqueira, 2004.

2.3.2. Fisiologi Reproduksi

Universitas Sumatera Utara Sistem reproduksi jantan dikendalikan oleh poros hipotalamus-hipofisis- testis. Hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus yang memengaruhi reproduksi jantan adalah GnRH Gonadotropin Releasing Hormone. GnRH terdiri dari FSH- RF Follicle Stimulating Hormone-Releasing Factor dan LH-RF Luteinizing Hormone-Releasing Factor. Hipofisis menghasilkan hormon FSH dan LH atau ICSH Interstitial Cell Stimulating Hormone Susetyarini, 2003 dalam Rukmana, 2010. Sekresi testosteron dibawah pengawasan LH dengan mekanisme hormon LH merangsang sel leydig melalui peningkatan siklik AMP. Siklik AMP meningkatkan pembentukan kolesterol dari ester kolesterol dan perubahan kolesterol menjadi pregnenolon melalui pengaktifan protein kinase Ganong, 1983 dalam Rukmana, 2010. Proses spermatogenesis, selain dipengaruhi oleh testosteron dan LH, juga dipengaruhi oleh hormon FSH. FSH berfungsi untuk merangsang testis dan memacu proses spermatogenesis. Selain itu, FSH juga merangsang sel sertoli dalam pembentukan protein pengikat androgen Androgen Protein BindingABP yang berperan dalam pengangkutan testosteron ke dalam tubulus seminiferus dan epididimis. Mekanisme ini penting untuk mencapai kadar testosteron yang dibutuhkan untuk terjadinya spermatogenesis. Selain membentuk protein pengikat androgen, sel sertoli juga membentuk inhibin. Inhibin adalah suatu hormon nonsteroid yang mempunyai mekanisme umpan balik untuk menghambat produksi FSH yang berlebihan Susetyarini, 2003 dalam Rukmana, 2010. Hasil penelitian dari Satriyasa 2008 dalam Rukmana 2010 menyatakan bahwa FSH sangat dibutuhkan pada saat aktivitas proliferasi spermatogonium berlangsung. Sehingga, jika FSH terhambat, suplai glukosa dan sintesis protein juga terhambat. Penurunan FSH akan menyebabkan perubahan sitoskeletal sel sertoli sehingga menyebabkan suplai laktat dan piruvat pada spermatosit primer dan spermatid juga akan menurun. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Spermatogenesis