Cara Masuk Plumbum ke Dalam Tubuh Kadar Normal Logam Pb dalam Tubuh

Pb + Cr + Mo + Cl Untuk pewarnaan pada cat Pb-asetat Pengkilap keramik dan bahan anti api Pb + Te Pembangkit listrik tenaga panas Tetrametil-Pb dan Tetraetil-Pb Additive untuk bahan bakar kendaraan bermotor Sumber: Palar, 2008

2.1.5. Cara Masuk Plumbum ke Dalam Tubuh

Plumbum dapat masuk ke dalam tubuh menusia dengan berbagai cara. Plumbum dapat diserap oleh kulit, terhirup ketika bernafas, terkontaminasi melalui makanan dan minuman. Senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan karena kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Dalam lapisan udara, tetraetil-Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil-Pb akan terurai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau yang khas seperti bau bawang putih, sulit larut dalam minyak, tetapi semua turunan ini dapat larut dengan baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi dalam udara sehingga dapat terhirup ketika bernafas dan sebagian akan menumpuk di kulit. Dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Pb bila air tersebut disimpan dan dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Pb. Minuman keras juga ditemukan mengandung logam Pb jika tutup dari minuman tersebut terbuat dari alloy logam Pb yang menjadi kontaminasi minuman. Selain kontaminasi minuman, juga dapat ditemukan kontaminasi Pb pada makanan olahan atau makanan kaleng. Makanan yang telah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alat-alat pengolahannya Palar, 2008.

2.1.6. Keracunan Plumbum

Universitas Sumatera Utara Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam plumbum dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi melalui kulit. Senyawa Pb organik relatif lebih mudah diserap tubuh melalui selaput lendir atau lapisan kulit bila dibandingkan dengan senyawa Pb anorganik. Hanya 5-10 dari jumlah Pb yang masuk melalui makanan dan atau sebesar 30 dari jumlah Pb yang terhirup yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah tersebut, hanya 15 yang akan mengendap pada jaringan tubuh dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urine dan feces. Sebagian besar dari Pb yang terhirup pada saat bernafas akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Tingkat penyerapan itu sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dari senyawa Pb yang ada dan volume udara yang mampu dihirup pada saat bernafas. Konsentrasi Pb yang diserap oleh tubuh akan semakin besar jika ukuran partikel debu semakin kecil dan volume udara yang mampu dihirup semakin besar. Logam Pb yang masuk ke dalam paru-paru akan berdifusi dan berikatan dalam darah untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Lebih dari 90 logam Pb yang terserap oleh darah berikatan dengan sel darah merah eritrosit. Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan ikut dalam proses metabolisme tubuh. Logam Pb yang masuk bersama makanan dan atau minuman masih mungkin ditolerir oleh lambung karena asam lambung HCl mempunyai kemampuan untuk menyerap logam Pb. Namun, pada kenyataannya Pb lebih banyak dikeluarkan melalui tinja. Pada jaringan atau organ tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang karena bentuk ion logam ini Pb 2+ mampu menggantikan keberadaan ion Ca 2+ kalsium yang terdapat dalam jaringan tulang. Pada wanita hamil, logam Pb dapat melewati plasenta dan kemudian ikut masuk ke sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan melalui air susu. Universitas Sumatera Utara Senyawa Pb umumnya masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernafasan dan atau penetrasi melalui kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak. Senyawa seperti tetraetil-Pb dapat menyebabkan keracunan akut pada sistem saraf pusat meskipun prosesnya terjadi dalam waktu cukup panjang dengan kecepatan penyerapan yang kecil. Pada pengamatan yang dilakukan terhadap para pekerja yang bekerja menangani senyawa Pb, tidak ditemukan keracunan kronis yang berat. Pada keracunan plumbum kronis yang ringan dapat ditemukan gejala berupa insomnia dan beberapa macam gangguan tidur lainnya, sedangkan gejala pada kasus keracunan akut ringan adalah menurunnya tekanan darah dan berat badan. Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma bahkan kematian. Meskipun jumlah Pb yang diserap tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata mampu menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ tubuh Palar, 2008.

2.1.6.1. Efek Pb pada Darah

Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk oleh logam Fe besi dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks tersebut melibatkan dua macam enzim, yaitu enzim ALAD Amino Levulinic Acid Dehidrase atau asam levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah golongan enzim sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesis dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung. Adapun enzim ferrokhelatase termasuk pada golongan enzim mitokondria. Enzim ferrokhelatase ini akan bereaksi aktif pada akhir proses sintesa, yaitu mengkatalis pembentukan kompleks khelat haemoglobin Palar, 2008. Sintesis haemoglobin dapat diawali dari peristiwa bereaksinya succinyl co-A dengan glycin yang akan membentuk senyawa ALA d-Amino Levulinic Acid atau asam amino levulinat yang dikatalis oleh ALA-sintese. Selanjutnya ALA mengalami Universitas Sumatera Utara dehidrasi menjadi porphobilinogen oleh enzim ALAD ALAD dehidratase. Setelah melewati beberapa tahapan reaksi, senyawa porphobilinogen tersebut mengalami perubahan bentuk lagi menjadi protophorpirin-IX yang selanjutnya diubah menjadi haeme. Haeme akan bereaksi dengan globin dan ion logam Fe 2+ dan dengan bantuan enzim ferrokhelatase akan membentuk khelat haemoglobin Palar, 2008. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim ALAD. Ikatan yang terbentuk antara logam Pb dengan ALAD akan mengakibatkan pembentukan intermediet porphobilinogen dan kelanjutan dari proses ini tidak dapat berlangsung terputus. Keracunan yang terjadi sebagai akibat kontaminasi dari logam Pb dapat menimbulkan hal-hal berikut: 1. Meningkatkan kadar ALA dalam darah dan urine. 2. Meningkatkan kadar protophorpirin dalam sel darah merah. 3. Memperpendek umur sel darah merah. 4. Menurunkan jumlah sel darah merah. 5. Menurunkan kadar retikulosit sel-sel darah merah yang masih muda 6. Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah Palar, 2008.

2.1.6.2. Efek Pb pada Sistem Saraf

Dari semua sistem pada organ tubuh, sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun logam Pb. Pengamatan yang dilakukan pada pekerja tambang dan pengolahan logam Pb menunjukkan bahwa pengaruh dari keracunan Pb dapat menimbulkan kerusakan pada otak. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak sebagai akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan delirium Palar, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.1.6.3. Efek Pb pada Sistem Urinaria

Senyawa –senyawa Pb yang terlarut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh sistem tubuh. Pada peredarannya, darah akan mencapai glomerulus yang merupakan bagian dari ginjal yang berfungsi sebagai filtrasi. Ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria ginjal dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai pembentukan aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin. Aminociduria dapat kembali normal setelah beberapa minggu, tetapi intranuclear inclusion bodies membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali normal Palar, 2008. 2.1.6.4.Efek Pb pada Sistem Endokrin Efek yang ditimbulkan oleh keracunan Pb terhadap fungsi sistem endokrin mungkin merupakan yang paling sedikit yang pernah diteliti dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain. Hal ini disebabkan karena parameter pengujian yang akan dilakukan terhadap sistem endokrin lebih sulit ditentukan dan kurang variatif bila dibandingkan dengan sistem-sistem lainnya. Pengukuran terhadap steroid dalam urine pada kondisi paparan Pb yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan Pb oleh sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan Pb yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus mengalami pengurangan. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan Pb dari penyulingan alkohol. Endokrin lain yang diuji pada manusia adalah endokrin tiroid. Fungsi dari hormon tiroid akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan Iodine isotop 131 Palar, 2008.

2.1.6.5. Efek Pb pada Jantung

Sejauh ini, perubahan otot jantung akibat keracunan logam Pb hanya ditemukan pada anak-anak. Perubahan tersebut dapat dilihat dari ketidak-normalan Universitas Sumatera Utara EKG elektrokardiografi. Tetapi, setelah diberikan bahan khelat, EKG akan kembali normal Palar, 2008.

2.1.6.6. Efek Pb pada Organ Reproduksi

Percobaan yang dilakukan pada tikus putih jantan dan betina yang diberi makanan yang mengandung 1 Pb-asetat menunjukkan berkurangnya kemampuan sistem reproduksi dari hewan tersebut. Embrio yang dihasilkan dari perkawinan yang terjadi antara tikus jantan yang diberi perlakuan Pb-asetat dengan betina normal tidak diberi perlakuan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, sedangkan janin yang terdapat pada betina yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat mengalami penurunan dalam ukuran, hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan. Percobaan pada tikus yang dipaparkan dengan logam Pb menunjukkan penurunan spermatogenesis dan testosteron tanpa disertai peningkatan gonadotropin. Logam plumbum juga dapat menyebabkan gangguan sistem reproduksi pada tingkat hipothalamus Klaassen, 2007.

2.1.7. Kadar Normal Logam Pb dalam Tubuh

Untuk dapat melakukan evaluasi keterpaparan terhadap logam Pb, perlu diketahui batas normal dari konsentrasi kandungan Pb dalam jaringan-jaringan dan cairan tubuh. Tabel 2.2. Batas Kadar Normal Pb dalam Sembilan Jaringan Tubuh Jaringan mg Pb100 gr Jaringan Tulang 0,67-3,59 Hati 0,04-0,28 Paru-Paru 0,03-0,09 Ginjal 0,05-0,16 Limpa 0,01-0,07 Universitas Sumatera Utara Jantung 0,04 Otak 0,01-0,09 Gigi 0,28-31,4 Rambut 0,007-1,17 Sumber: Palar, 2008 Kadar maksimum Pb yang masih dianggap aman dalam darah anak-anak sesuai dengan yang diperkenankan WHO dalam Depkes 2001 adalah 10 μgdl darah, sedangkan untuk orang dewasa adalah 10- 25 μgdl darah Naria, 2005. Tingkat keparahan akibat plumbum pada orang dewasa digolongkan menjadi 4 kategori Tabel 2.3.. Tabel 2.3. Kategori Pb dalam Darah Orang Dewasa Kategori Kadar Pb dalam Darah μg100ml Deskripsi A Normal 40 Tidak terkena paparan atau paparan normal B Dapat Ditoleransi 40-80 Penambahan penyerapan dari keadaan terpapar tetapi masih bisa ditoleransi C Berlebih 80-120 Kenaikan penyerapan dari keterpaparan yang banyak dan mulai memperlihatkan tanda- tanda keracunan D Tingkat Bahaya 120 Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan tanda-tanda keracunan ringan sampai berat Sumber: Heryando, 2008 Universitas Sumatera Utara

2.2. Madu

2.2.1. Gambaran Umum

Madu merupakan sumber energi dan bahan yang diubah menjadi lemak dan glikogen. Lebah madu memperoleh sebagian energi dari karbohidrat dalam bentuk gula. Pada dasarnya, madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Nektar dikumpulkan lebah pekerja dari bunga dengan cara mengisapnya menggunakan mulut dan esophagus lalu masuk ke abdomen. Sebagian air nektar diserap sel-sel dinding perut lebah dan dibuang ke luar melalui saluran malphigi dan poros usus. Bersama air dibuang juga asam oksalat dan turunannya, beberapa garam mineral, dan sebagian zat aromatik yang terdapat di nektar. Zat aromatik yang tertinggal memberikan aroma khusus pada madu Sarwono, 2001. Perubahan nektar menjadi madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar ke sarangnya. Nektar yang berhasil dibawa pulang diberi ke lebah pekerja lainnya untuk dicampur dengan air liur dan dihilangkan airnya Sarwono, 2001. Sesampainya di sarang, bahan tersebut diserahkan kepada lebah pekerja yang bertugas di dalam sarang. Setelah dikunyah-kunyah selama dua puluh menit, sambil menambahkan amilase dan invertase, bahan tadi diproses menjadi madu. Madu yang sudah jadi disimpan dalam sel-sel sarang setetes demi setetes dan sebagian kadar airnya diuapkan lagi dengan kipasan sayap sebelum pintu sel sarang ditutup. Kadar airnya diturunkan sampai dibawah 18 untuk mencegah terjadinya peragian. Selanjutnya, madu disimpan di dalam bilik penyimpanan. Simpanan madu itu sebenarnya merupakan pakan cadangan bagi anak-anak lebah. Untuk menghasilkan 1 kg madu, lebah madu harus mengumpulkan 120.000- 150.000 tetes nektar atau 3-4 kg nektar dengan menempuh jarak 360.000-450.000 Sarwono, 2001. Universitas Sumatera Utara