a b
c
Gambar 4.1. Gambaran Makroskopis Testis Mencit. Gambar a adalah testis
kelompok kontrol, b adalah testis kelompok perlakuan 1 dan c adalah testis
kelompok perlakuan 2. Terlihat bahwa warna testis pada kelompok kontrol dan
perlakuan 2 sama yaitu kuning jingga, sementara warna testis pada kelompok perlakuan 1 berwarna kuning pucat.
5.1.4 Gambaran Histologi Testis Mencit
Setelah dilakukan pembedahan, dilakukan pembuatan preparat histologi testis mencit di Laboratorium Patologi Anatomi FK USU. Preparat histologi testis mencit
kemudian digunakan untuk melakukan pengukuran diameter dan tebal epitel tubulus seminiferus mencit. Pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Sitogenetik FK USU
dengan menggunakan mikroskop sitogenetik merk Carl Zeiss dengan pembesaran 10x.
Masing-masing gambaran histologi preparat dari seluruh kelompok dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran 1 kiri atas, kuadran 2 kanan atas, kuadran 3
kanan bawah dan kuadran 4 kiri bawah gambar 4.2. Dari masing-masing kuadran dipilih tubulus seminiferus yang berbentuk oval untuk dilakukan
pengukuran diameter dan tebal epitelnya sehingga diperoleh empat data diameter dan empat data tebal epitel tubulus seminiferus dari setiap preparat jaringan kelompok
kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2. Pengukuran diameter tubulus seminiferus dilakukan dengan mengukur jarak terdekat antara dua titik yang berseberangan pada
garis tengahnya. Kedua titik itu berada pada batas antara membran basalis dengan sel
Universitas Sumatera Utara
spermatogenik. Pengukuran tebal epitel tubulus seminiferus juga dimulai dari titik tersebut sampai ke permukaan lumen gambar 4.3 dan gambar 4.4. Hasil
pengukuran diameter dan tebal epitel tubulus seminiferus testis mencit tercantum pada lampiran . Perbedaan gambaran histologi testis ketiga kelompok perlakuan
dapat diamati pada gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Gambaran Histologi Testis Mencit
Pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Pembesaran 40x10. Gambaran histologi dibagi menjadi 4 kuadran, 1=kuadran kiri
atas, 2=kuadran kanan atas, 3=kuadran kanan bawah, 4=kuadran kiri bawah
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Gambar Tubulus Seminiferus Testis Mencit Gambar diambil dari
kelompok kontrol 4 Pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Pembesaran 40x10. Garis dengan dua mata panah menunjukkan tebal epitel tubulus seminiferus. Garis tanpa
mata panah menunjukkan diameter epitel tubulus seminiferus.
Universitas Sumatera Utara
a b
c
Gambar 4.4. Gambar Hasil Pengukuran Diameter dan Tebal Epitel Tubulus Seminiferus dengan menggunakan Mikroskop Sitogenetik pembesaran 10x10.
Gambar a adalah kelompok kontrol diameter = 216,67 μm, tebal = 56,53 μm, b kelompok perlakuan 1 diameter = 182,16 μm, tebal = 40,74 μm dan c kelompok
perlakuan 2 diameter = 182,05 μm, tebal = 54,69 μm.
Universitas Sumatera Utara
a b
c d
Gambar 4.5. Gambar Histopatologi Tubulus Seminiferus Mencit Pewarnaan
Hematoksilin-Eosin. Pembesaran 40x10.a Kelompok Kontrol, terlihat diameter dan tebal epitel tubulus seminiferus mencit dalam keadaan normal.b Kelompok
Perlakuan 1, terlihat terjadi penurunan tebal epitel tubulus seminiferus lihat tanda
Universitas Sumatera Utara
panah karena penurunan jumlah sel spermatogenik. c Kelompok Perlakuan 1, terlihat adanya ruang kosong antara membran basalis dengan sel spermatogonia
lihat tanda panah. d Kelompok Perlakuan 2, terlihat gambaran yang hampir sama dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan tabel data induk lampiran 4, dapat dihitung diameter dan tebal rata-rata epitel rata-rata tubulus seminiferus mencit pada kelompok kontrol,
kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2.
Tabel 5.1. Rata-Rata Diameter dan Tebal Epitel Tubulus Seminiferus pada Ketiga Kelompok Perlakuan
Kelompok Diameter μm
Tebal Epitel μm Kontrol
224 69.68
Perlakuan 1 209.98
40.78
Perlakuan 2 220.66
54.48
Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki diameter dan tebal epitel rata-rata yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan
1 dan 2. Rata-rata diameter dan tebal epitel kelompok perlakuan 1 diberi Pb merupakan yang terendah.
5.1.5. Analisis Data