Standar Mutu Produk Proses Produksi

7. Setiap shift, detektor logam harus diperiksa oleh QCD dan dicatat dalam buku pemeriksaan detektor logam. Hal ini untuk menghindarkan kesalahan pendeteksian oleh ditektor logam d. Produk Produk yang dihasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Berdasarkan standard mutu karet olahan Standard Indonesian Rubber SIR. SIR digolongkan dalam 6 jenis mutu yaitu : SIR 3 CV Constant Viscosity SIR 3 L Light SIR 3 WF Whole Field SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 3 CV, SIR 3 L dan SIR 3 WF dari lateks. SIR 5, SIR 10 dan SIR 20 dari koagulum lateks. Untuk memilih jenis bahan olah yang sesuai dengan rencana produksi, produsen SIR dapat berpedoman kepada Standard bahan olah karet. Standard Indonesia Rubber disajikan dalam bentuk bandela dengan berat dan ukuran tertentu. Ukuran bandela SIR yang diperdagangkan adalah panjang 675 ± 25 mm dan lebar 35 mm, dapat mempunyai berat sebesar 33 13 atau 35 kg atau sesuai dengan permintaan pembeli. Untuk mengetahui jenis dan karakteristik penggolongan mutu karet olahan berdasarkan SIR, dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Skema Persyaratan Mutu No Jenis Mutu Karakteristik Jenis Mutu Persyaratan Bahan Olah Satuan Sir3CV Sir3L SIR3WF SIR 5 SIR 10 SIR 20 LATEKS KOAGULUM LATEKS 1 Kadar Kotoran bb Max0.03 Max0.03 Max0.03 Max0.05 Max0.10 Max0.20 2 Kadar Abu bb Max0.50 Max0.50 Max0.50 Max0.50 Max0.75 Max1.00 3 Kadar zat menguap bb Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 4 PRI Min 60 Min 75 Min 75 Min 70 Min 60 Min 50 5 Po - - Min 30 Min 30 Min 30 Min 30 Min 30 6 Nitrogen bb - Max0.60 Max0.60 Max0.60 Max0.60 Max0.60 Max0.60 7 Kemantapan Viskositas WASTSkala Plastisitas Wallace Max 8 - - - - - 8 Viskositas Mooney ML 1+4 - - - - - - 10 Warna skala Lovibond - - Max 6 - - - - Sumber : PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Berikut defenisi dari beberapa jenis mutu karakteristik adalah : 1. Kadar Kotoran Kotoran adalah benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui saringan mesh. Adanya kotoran di dalam karet yang relatif tinggi dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul dari vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya. Kotoran tersebut juga mengganggu pada pembuatan culkanisat tipis. 2. Kadar Abu Abu didalam karet terjadi dari oksida, karbonat dan fosfat dari kalium, magnesium, kalsium, natrium dan beberapa unsur lain dalam jumlah yang berbeda-beda. Abu dapat pula mengandung silicat yang berasal dari karet atau benda asing yang jumlah kandungannya bergantung pada pengolahan bahan mentah karet. Abu dari karet memberikan memberikan sedikit gambaran mengenai jumlah bahan mineral didalam karet. Beberapa bahan mineral didalam karet yang meninggalkan abu dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul seperti kalor timbul dan ketahanan retak lentur dari vulkanisat karet slam. 3. Zat Menguap Zat menguap didalam karet sebagian besar dari uap air dan sisanya adalah zat-zat lain seperti serum yang mudah menguap pada suhu 100 o C. Kadar zat menguap adalah bobot yang hilang dari potongan uji setelah pengeringan. Adanya zat yang mudah menguap didalam karet selain dapat menyebabkan bau busuk, memudahkan tumbuhnya jamur yang dapat menimbulkan kesulitan pada waktu mencampurkan bahan-bahan kimia kedalam karet pada waktu pembuatan kompon tersebut terutama untuk pencampuran karbon black pada suhu rendah. 4. Plasticity Retention Index PRI Penentuan Plasticity Retention Index PRI adalah cara pengujian yang sederhana dan cepat untuk mengukur ketahanan karet terhadap degradasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap degradasi oleh oksidasi. Kadang-kadang ada warna karet yang tidak dapat dibandingkan karena terlampau kuning, kehijau-hijauan atau abu-abu. Jika hal ini terjadi maka karet tersebut dianggap sebagai karet yang mempunyai warna tidak normal. Warna yang tidak normal dapat terjadi karena pemisahan fraksi-fraksi kedalam lateks, sehingga mengakibatkan terkontaminasinya pigmen alam. Untuk menjaga kualitas produk yang telah ditetapkan oleh SNI, maka dilakukan pengambilan sampel dari produk. Untuk mengetahui ada tidaknya white spot yang tekandung dalam bandela, maka setiap 6 bandela akan dipotong. Ada tidaknya white spot akan ditentukan oleh visualisasi operator. Untuk persyaratan mutu seperti Tabel 2.1, maka sampel akan diambil dari setiap 9 bandela. Misalnya dapat dilakukan terhadap bandela nomor 2, 11, 20 dan seterusnya atau bandela 5, 14, 23 dan seterusnya atau yang biasa dilakukan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah pemotongan bandela 9, 18, 27 dan seterusnya. Syarat pengambilan contoh bandela pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate sebagai berikut : 1. Bandela yang terpilih diletakkan diatas meja yang bersih dengan posisi mendatar dan sisi terpendek ke arah vertikal. 2. Salah satu sudut bandela dipotong dengan ukuran kira-kira 5 cm x 5 cm x tebal bandela ke arah vertical. 3. Potongan lainnya diambil dengan cara yang sama pada sudut berlawanan dengan arah diagonal. 4. Prosedur pemotongan dapat dilihat pada Gambar 2.2. A B a n d e l a B 5 cm 5 cm 5 cm B 5 cm 5 cm 5 cm A Contoh Gambar 2.2. Cara Memotong Contoh dari Bandela 5. Berat satu potongan contoh A atau B adalah 150 sampai 300 gram 6. Kedua contoh disatukan kemudian dimasukkan dalam kantong plastik. 7. Contoh akan diberi label yang menerangkan mengenai tanggal produksi nomor pallet contoh, nomor potongan bandela dan keterangan lain bila dibutuhkan. 8. Kantong plastik yang berisi contoh ditutup selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diuji. 9. Kriteria pengujian berdasarkan skema mutu pada Tabel 2.1.

2.5.2. Bahan Yang Digunakan

Dalam proses produksi terdapat tiga bahan yang digunakan, bahan tersebut diantaranya, bahan baku merupakan bahan utama pada proses produksi. Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan ke bahan utama dengan presentasi yang kecil. Bahan penolong merupakan bahan yang ikut membantu bahan utama dalam proses produksi tetapi tidak ikut didalam proses produksi.

2.5.2.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk dan ikut dalam proses produksi. Penggunaan bahan baku memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan bagan tambahan maupun bahan penolong. Pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate khususnya pada DX Factory, bahan baku yang digunakan terdiri dari 3 jenis, yaitu : 1. BSRE Lump BSRE Lump merupakan bahan baku yang berasal dari perkebunan Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Getah karet ditampung didalam mangkuk yang menyerupai benjolan, sehingga bentuk getah karet akan menyerupai mangkuk. Bahan baku yang digunakan adalah cup lump getah mangkuk. cup lump didapat dari kebun sendiri yang dikelola oleh PT. bridgestone Sumatra Rubber Estate. Adapun spesifikasi dari BSRE Lump, sebagai berikut : a. Tidak terkontaminasi dengan lumpur, batu dan kayu b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP yang biasanya terkandung pada pupuk karet. c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari lima helai per bongkah d. Dry rubber content sebesar 75-80 2. Out Purchase Lump C1 Out Purchase Lump atau disingkat dengan OP lump merupakan karet yang berbentuk bongkahan mangkuk yang dibeli dari masyarakat. OP lump dibagi berdasarkan penyortiran menjadi C1 dan C2. Berikut spesifikasi dari OP lump C1. a. Tidak terkontaminasi dengan lumpur, batu dan kayu b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari lima helai per bongkah c. Dry rubber content sebesar 75-80 3. Out Purchase Lump C2 Out Purchase Lump C2 atau OP C2 merupakan bahan baku berbentuk mangkuk yang juga dibeli dari masyarakat. OP C1 dan OP C2 ditentukan berdasarkan grade. Berikut merupakan spesifikasi dari OP C2. a. Tidak terkontaminasi dengan lumpur, batu dan kayu b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP c. Kandungan Tatal dan daun tidak lebih dari 15 helai per bongkah. d. Dry rubber content sebesar 75-80

2.5.2.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah semua bahan yang digunakan pada proses produksi untuk memberikan nilai tambah suatu produk dan terdapat pada akhir. Biasanya bahan tambahan mempunyai presentasi yang sangat kecil dibandingkan dengan bahan baku. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan crumb rubber diantaranya : 1. Plastik Plastik digunakan sebagai pembungkus atau pelapis crumb rubber. Plastik berfungsi agar crumb rubber tidak terkontaminasi debu ataupun udara. Karakteristik plastik yang digunakan sebagai pembungkus harus sesuai dengan standard SNI. Karakteristik yang harus sesuai dengan SNI diantaranya, warna plastik pembungkus, warna pita plastik, tebal plastik pembungkus dan titik leleh plastik. 2. Pallet Pallet digunakan untuk meyimpan bandela-bandela yang telah dibungkus. Selain itu pallet memudahkan proses pengangkutan ke gudang penyimpanan serta memudahkan proses pengangkutan ke kapal. Saat ini digunakan beberapa ukuran pallet, yang ditentukan oleh jumlah bandela yang dapat ditampung didalamnya. Jenis ukuran pallet yang digunakan adalah : a. Kemasan Pallet Standard berisi : 30 bandela b. Kemasan pallet jumbo berisi : 36 bandela c. Kemasan pallet super jumbo : 42 bandela

2.5.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong merupakan bahan yang ikut membantu bahan utama dalam proses produksi tetapi tidak ikut di dalam proses produksi. Air merupakan bahan penolong yang digunakan pada proses pembuatan crumb rubber. Air sangat diperlukan karena pada umumnya industri pengolahan crumb rubber memerlukan proses pencucian yang banyak. Pada proses produksi pembuatan crumb rubber di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, setidaknya ada enam buah tangki pencucian. Hal ini membuktikan bahwa air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk membantu proses produksi pembuatan crumb rubber.

2.5.3. Uraian Proses

Proses pengolahan Crumb Rubber pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dilakukan dengan 3 tahapan proses. Tahapan Proses tersebut yaitu : 1. Penerimaan bahan baku a. Penimbangan bahan baku b. Penyortiran c. Precleaning d. Proses maturasi 2. Proses Pencucian, Pemotongan dan Ekstruksi 3. Finishing Product a. Penimbangan b. Pengujian Sampel c. Deteksi Metal d. Pengemasan e. Penimpaan Bandela dengan Batu f Penyimpanan

2.5.3.1. Penerimaan Bahan Baku

a. Penimbangan bahan baku Setiap truk yang datang ke pabrik akan melakukan penimbangan, penimbangan terbagi dua yaitu penimbangan isi dan penimbangan kosong. Penimbangan isi dilakukan pada saat truk masih berisi bahan baku, sedangkan penimbangan kosong dilakukan pada saat bahan baku telah disortir. Hal ini dilakukan untuk mengetahu