Koefisien Determinasi R Uji Signifikansi Model Secara Parsial Uji Statistik t
antar residual, dan residual berdistribusi normal. Asumsi ini sering disebut dengan IIDN 0,
. Prosedur pemeriksaan asumsi tersebut adalah: 1.
Asumsi distribusi normal Asumsi kenormalan data dapat pula diuji secara formal yaitu dapat
digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis untuk menguji residual berdistribusi normal adalah:
H : residual berdistribusi normal
H
1
: residual tidak berdistribusi normal Statistik uji:
Dimana D merupakan nilai statistik uji Kolmogorov-Smirnov, Fe merupakan probabilitas kumulatif teramati sedangkan F
e merupakan Probabilitas kumulatif dari distribusi normal. Daerah penolakan H
jika nilai D
hitung
D
tabel
KS
n; α
atau nilai signifikansi α sehingga dapat diartikan
residual tidak berdistribusi normal. 2.
Asumsi Homoskedastisitas Menurut Gujarati 2004, untuk membuktikan asumsi homoskedastisitas
terpenuhi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolut dari residual dengan variabel
independen. Hipotesisnya adalah: H
: Tidak terdapat heteroskedastisitas
H
1
: Paling tidak satu , i = 1, 2, ... , n Terdapat heteroskedastisitas
Statistik uji:
Dimana merupakan nilai absolute taksiran error ke-i sedangkan nilai
adalah absolute error ke-i dan merupakan rataan dari absolute error. Uji
ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute error dari model yang dibuat dengan semua variabel independen yang ada. Dengan kriteria uji
menolak H apabila F F
α;k;n-k-1
. 3.
Asumsi Non-autokorelasi
Tabel 3 . Aturan keputusan uji Durbin Watson
Nilai statistik Hasil
0 d d
L
Ada autokorelasi positif d
L
d d
U
Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan d
U
d 4- d
U
Tidak ada autokorelasi 4- d
U
d 4- d
L
Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan 4- d
L
d 4 Ada autokorelasi negatif
Menurut Ariefianto 2012, uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara residual galat dari suatu periode dan periode
lainnya. Dalam model regresi linier, yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi. Untuk menguji asumsi autokorelasi dapat juga
digunakan metode Durbin Watson. Statistik uji:
Dengan DW merupakan nilai Durbin Watson dari perhitungan data dan merupakan nilai error ke-i dan
merupakan nilai error pada i-1.
Pengambilan keputusan pengujian berdasarkan kriteria pada
Gambar 1, dengan aturan keputusan dapat dilihat pada Tabel 3.
Autokorelasi positif
Ragu- ragu
Tidak ada autokorelasi Ragu-
ragu Autokorelasi
negatif
d
L
d
U
2 4 - d
U
4 - d
L
4 Gambar 1
Daerah Penolakan Uji Durbin Watson Apabila nilai statistik uji Durbin Watson berada pada daerah keragu-raguan
maka diperlukan uji lain untuk menentukan keputusannya, salah satunya menggunakan uji Runs Test. Menurut Gujarati 2004, pengujian asumsi
non-autokorelasi residual dapat dilakukan dengan uji Runs Runs Test. Run merupakan urutan dari salah satu simbol atau atribut yaitu + atau − yang tak
terputus. Panjang run merupakan jumlah dari elemen-elemen di dalamnya. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
H : Tidak terjadi autokorelasi
H
1
: Terjadi autokorelasi Statistik Uji:
Dengan merupakan banyaknya simbol + yaitu residual yang +,
= banyaknya simbol – yaitu residual yang −, kemudian adalah
penjumlahan nilai dan merupakan banyaknya run. Dengan kriteria uji
tolak H jika
atau signifikansi α.
4. Asumsi Multikolinieritas
Menurut Gujarati 2004, Deteksi multikolinieritas bertujuan untuk mendeteksi apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam
model regresi adalah: a.
Nilai R
2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b.
Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factor dengan rumus adalah:
dimana j = 1,2,...,k Dimana nilai
2 j
R
adalah koefisien determinasi ke-j kuadrat dari koefisien korelasi. Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan
multikolinieritas yang lebih kompleks. Jika nilai VIF 10, maka secara signifikan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas.