sangat strategis dimana dekat dengan pusat perbelanjaan beberapa mall yang di dalamnya terdapat restoran-restoran fast food. Penelitian Rina 2013 di SMA
Swasta Cahaya Medan ditemukan 11 murid SMA yang mengalami kelebihan berat badan. Dari data-data di latar belakang tersebut, peneliti tertarik membuat
judul penelitian gambaran tayangan iklan fast food makanan siap saji di televisi dan kebiasaan makan fast food makanan siap saji dengan kejadian obesitas pada Pelajar
SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2013.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan penelitian adalah gambaran tayangan iklan fast food makanan siap saji di televisi
dan kebiasaan makan fast food makanan siap saji dengan kejadian obesitas pada pelajar Sma Swasta Cahaya Medan Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tayangan iklan fast food makanan siap
saji di televisi dan kebiasaan makan fast food makanan siap saji dan kejadian obesitas pada pelajar SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin, uang saku 1
bulan pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui perilaku pengetahuan, sikap, dan tindakan pada pelajar di
SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui Kejadian obesitas pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan
Tahun 2013.
4. Untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, iklan fast food makanan siap
saji, pengetahuan, sikap, tindakan kebiasaan makan fast food makanan siap saji dengan kejadian obesitas pada pelajar di SMA Swasta Cahaya Medan Tahun
2013. 1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu :
1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola televisi dalam mengelola periklanan agar
lebih selektif dan mengarah kepada peningkatan pengetahuan yang lebih baik. 2.
Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah tentang tayangan iklan fast food makanan siap saji di televisi dan kebiasaan makan fast food makanan siap saji
bagi kesehatan. 3.
Sebagai bahan informasi bagi pelajar mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pelajar tentang bahaya kebiasaan makan fast food makanan siap saji bagi
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Iklan 2.1.1. Pengertian Iklan
Iklan adalah suatu bentuk pertanyaan yang memuat pesan mengenai gagasan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perorangan atau perusahaan dan lembaga baik
pemerintah maupun swasta yang memakai medis pers tercetak surat kabar dan majalah, radio dan televisi Berg Sayogyo,1989.
2.1.2. Tujuan Iklan
Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau memperngaruhi sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah sikap-sikap konsumen. Tujuan periklanan
komersial adalah membujuk khalayak untuk membeli produk Jefkins, 1996. Menurut Notoatmodjo 1996, tujuan komunikasi di media massa iklan yang
hendak dicapai adalah 1 mengubah pengetahuan, 2 pengertian pendapat dan konsep-konsep sasaran dan 3 mengubah sikap dan persepsi sasaran serta
menanamkan tingkah lakukebiasaan yang baru.
2.1.3 Jenis-Jenis Iklan
Menurut Kuswandi 1996, jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu iklan komersil dan iklan layanan masyarakat.
a. Iklan Komersil adalah bentuk promosi suatu barang produksi atau jasa melalui
media massa dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa yang diolah melalui film atau berita. Contoh dari jenis iklan adalah iklan makanan atau
minuman.
Universitas Sumatera Utara
b. Iklan layanan masyarakat adalah bentuk tayangan gambar baik drama, film,
musik, maupun bahasa yang mengarahkan pemirsa atau khalayak sasaran agar berbuat atau bertindak seperti yang dianjurkan iklan tersebut.
2.1.4. Iklan Televisi
Kehadiran iklan dalam paket acara televisi bukanlah hal yang baru. Menurut Kuswandi 1996, ada dua kepentingan mengapa iklan masuk dalam acara televisi
yakni : kehadiran iklan televisi turut mendukung atau membantu pemasukan dana bagi kelancaran serta kelangsungan materi acara, baik dari segi kualitas maupun
dari segi kuantitasnya dan media televisi merupakan alat informasi tentang suatu barang produksi untuk diketahui oleh pemirsa atau masyarakat.
2.1.5. Peranan Iklan Televisi
Berdasarkan pendapat Kuswandi 1996, secara terperinci perantujuan periklanan di televisi adalah sebagai berikut :
1. Menimbulkan minat sasaran.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang sasaran untuk mau melaksanakanmembeli barang produk yang
diiklankan. 5.
Mendorong keinginan sasaran untuk mengerti dan memakai alat yang diiklankan.
6. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh didalam menerima sesuatu
yang baru inovasi, manusia mempunyai kecendrungan lupa, untuk
Universitas Sumatera Utara
mengatasinya televisi akan membantu untuk mengingatkan kembali si sasaran.
7. Untuk menarik perhatian, membujuk, ,merayu sasaran secara berulang-ulang
supaya melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh produsen. 8.
Untuk mempercepat dan memperbanyak hasil penjualan yang diproduksi. 9.
Memberi alternatif bagi pemirsa untuk mengetahui dan mengenal barang produksi yang ada di pasaran.
2.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Iklan Televisi
Menurut Jefkins 1996, keunggulan iklan televisi sebagai berikut : a.
Kesan realistik Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna suara dan
gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukan dan memamerkan kelebihan
dan keunggulan produknya secara detail. b.
Masyarakat lebih tanggap Karena iklan televisi disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang serba
santai atau reaktif, maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian dibanding dengan iklan poster yang dipasang di tengah jalan, masyarakat
yang sibuk memikirkan sesuatu, menuju suatu tempat atau tengah bergegas ke kantor tentunya tidak sempat memperhatikannya. Perhatian terhadap iklan
televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi dan atau menggunakan tokoh-tokoh ternama seperti actoraktris
sebagai pemerannya.
Universitas Sumatera Utara
c. Repetisipengulangan
Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyrakat untuk
menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit.
d. Adanya pemilihan acara siaran zooming dan jaringan kerja net working
yang mengefektifan penjangkauan masyarakat. Seseorang pengiklan dapat menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk
memuat iklannya, bahkan pengiklan bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi swasta, sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua
stasiun televisi secara serentak. e.
Terkait erat dengan media lain, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain. 2. Kelemahan Iklan Televisi
Selain keunggulan, iklan televisi juga mempunyai berbagai kelemahan dan keterbatasan. Menurut Jefkins 1996. Kelemahan-kelemahan iklan televisi sebagai
berikut : Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga pemilihan sering
sulit dilakukan. Pihak pengiklan akan dapat lebih selektif dalam mebidik pangsa pasar yang dikehendaki kalau ia menggunakan media pers.
Universitas Sumatera Utara
a. Jika yang diperlukan calon pembeli dalah data-data yang lengkap mengenai
suatu produk atau perusahaan pembuatannya, maka televisi tidak akan bisa memberikannya.
b. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil
menonton televisi, sama seperti ketika mereka mendengarkan siaran radio. Akibatnya kosentrasi pemirsa sering terpecah. Kemungkinan zipping yaitu
tombol pemercepat pada remote control menambah peluang terpecahnya kosentrasi pemirsa iklan.
c. Karena pembuat iklan televisi butuh waktu yang cukup lama, maka tidak
cocok untuk iklan-iklan khusus atau yang bersifat darurat yang harus sesegera mungkin disiarkan.
d. Di negara-negara yang memilki cukup banyak stasiun televisi, atau yang
jumlah total pemirsa cukup sedikit, biaya siaran mungkin cukup rendah sehingga memungkinkan ditayangkan iklan yang panjang atau berulang-
ulang. Iklan seperti ini justru mudah membosankan pemirsa. e.
Kesalahan serius yang dibuat oleh produsen iklan televisi, menurut Virginia Matthews yang menulis tentang masalah ini di marketing week, adalah
menggunakan penyaji atau model yang sama sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain membosankan hal ini juga akan membinggungkan
pemakaian orangaktor secara berlebihan.
2.1.7. Iklan Fast Food makanan siap saji
Disamping televisi merupakan alat komunikasi pandang-dengar dengan satu arah dapat mensosialisasikan nilai-nilai baru. Maka dengan itu televisi telah
Universitas Sumatera Utara
memasuki kehidupan keluarga dan rumah tangga dengan leluasa, tentu saja ini membawa pengaruh negatif bila masyrakat kurang selektif filter terhadap iklan di
televisi Kuswandi, 1996. Iklan fast food makanan siap saji ditelevisi baik secra langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang, apalagi orang tersebut seringhampir setiap hari menonton televisi, maka orang tersebut cenderung memilih
mengkonsumsi fast food makanan siap saji yang seringpernah dilihatnya ditelevisi. Hal ini sangat tergantung dari tingkat pendidikan seseorang, yang apabila pendidikan
rendah maka orang tersebut cenderung kurang selektif, langsung percaya akan apa yang telah dilihat dan didengarnya Notoatmodjo, 1996.
Kemajuan sosial ekonomi dan pertumbuhan informasi mengakibatkan perubahan gaya hdup dan pola konsumsi masyarakat. Peningkatan partisipasi tenaga
kerja wanita dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menyebabkan kebiasaan makan fast food makanan siap saji semakin berkembang dan populer.
Penelitian Becker 1965 dalam Hardiansyah 1996 menyatakan bahwa rumah tangga dengan ibu bekerja lebih terdorong untuk mengkonsumsi makanan fast food
makanan siap saji dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja diluar rumah. Makanan-makanan yang sifatnya mudah dan nyaman dikonsumsi convinence food,
seperti fast food makanan siap saji lebih sering dikonsumsi. Didaerah perkotaan, dimana masyarakatnya sudah relatif modern, hampir
semua orang menghabiskan waktunya dari pagi hingga petang ditempat mereka bekerja atau melakukan aktivitas-aktivitas di luar rumah. Keadaan seperti ini biasanya
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kebiasaan di luar rumah seperti fast food makanan siap saji Suhardjo, 1989.
Didorong dengan peningkatan partisipasi tenaga kerja wanita dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menyebabkan kebiasaan makan fast food
makanan siap saji semakin berkembang dan populer. Seorang Sosiolog Perkotaan UI, Prof. Dr. Sardjono Djatimah 1997, mengungkapkan bahwa kecendrungan
masyarakat Indonesia yang seakan-akan membutuhkan fast food makanan siap saji dikarenakan alam bawah sadar kita selalu menganggap bahwa apa yang berasal dari
barat itu selalu bagus. Gaya hidup barat menjadi pedoman, sehingga makan di restoran fast food makanan siap saji dianggap sebagai bagian dari gaya hidup
modern. Proses sosialisasi yang gencar melalui iklan diberbagai media massa dan elektronik turut ambil bagian yang besar dalam proses mempengaruhi, sehingga
seakan-akan kita membutuhkan fast food makanan siap saji. Fast food dapat diartikan sebagai makanan yang siap disajikan atau
dihidangkan dengan cepat, dengan sedikit atau tanpa ada rentang waktu menunggu dari pemesanan ke penyajiannya Ensminger, Konlade, Robson, 1995. Jacobson
dan Fritscher 1989 mengungkapkan bahwa fast food makanan siap saji merupakan suatu fenomena makanan dipertengahan abad 20-an, yang terbentuk di era baru
dimana para orang tua sibuk bekerja, rewel terhadap makanan, dan orang-orang yang membutuhkan kepraktisan serta tidak suka memasak.
Kecendrungan kalangan remaja khususnya ABG dan anak-anak mengkonsumsi fast food belakangan ini semakin meningkat seiring makin ramainya
outlet-outlet yang menyediakan makanan sejenis anonyomus, 1998. Terdapat
Universitas Sumatera Utara
kecendrungan bahwa konsumsi fast food makanan siap saji telah menjadi makanan utama tanpa divariasikan dengan makanan lain, sehingga dikhawatirkan kebiasaan ini
bisa mengganggu kesehatan. Fast food makanan siap saji mengandung kalori, lemak dan protein yang tinggi serta sedikit vitamin, mineral, mineral dan serat.
Sehingga tidak baik bila dikonsumsi secara berlebihan dan dapat menimbulkan penyakit degeneratif.
2.2. Makanan Fast Food makanan siap saji
2.2.1. Pengertian Makanan Fast Food makanan siap saji
Fast Food makanan siap saji adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi
tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut Anonim,2012.
Sedangkan menurut Khasanah 2012, fast food makanan siap saji merupakan makanan yang umumnya mengandung lemak, protein dan garam yang
tinggi tetapi rendah serat.
2.2.2. Jenis Fast Food makanan siap saji
Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling populer di seluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hamburger
Hamburger atau seringkali disebut dengan burger adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty
yang biasanya diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat
Universitas Sumatera Utara
dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus sepertimayones, saus tomat dan sambal. Beberapa varian
burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.
2. Pizza
Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali populer di negara Italia.
3. French Fries kentang goreng
French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang yang digoreng dalam minyak goreng panas. French fries berasal dari negara
Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki kandungan
glukosa dan lemak yang cukup tinggi. 4.
Fried Chicken ayam goreng Fried chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang
umum dijual di restoran fast food makanan siap saji. Fried chicken umumnya memiliki protein, kolesterol dan lemak.
5. Spaghetti
Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-
12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging di atasnya.
Universitas Sumatera Utara
6. Hot Dog
Hot dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam roti. Mustard, saus tomat, bawang dan mayonaise dapat melengkapi isiannya.
Masih banyak yang termasuk jenis fast food makanan siap saji modern diantaranya menurut Peter dalam Ade 2011, yaitu the torpedo roll, the pizza pie,
chili con carne, tortillas, club sandwich, sourthen fried chicken, bacon, lettuce and tomato sanwiches, grilled cheese sandwich, dan open beef sandwich.
2.2.3. Bahaya Fast Food makanan siap saji
Fast food makanan siap saji menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai penyakit seperti: penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi dan obesitas. Lemak
jenuh dan kolesterol yang terdapat dalam fast food makanan siap saji diketahui memperbesar resiko seseorang untuk terkena penyakit tersebut Khasanah, 2012.
World Health Organization WHO and Food Agricultural Organization FAO menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan
manusia dibagi dalam 3 kategori yaitu : 1. Aspek Toksikologis
Berupa residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ organ tubuh.
2. Aspek Mikrobiologis Berupa mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan 3. Aspek Imunopatologis
Yaitu keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus menerus dapa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Zat aditif adalah bahan kimia
yangdicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa, dan memantapkan kesegaran produk makanan Boenga, 2011.
Misalnya bahan penyedap rasa MSG Monosodium glutamat terdapat dalam french fries jika dikonsumsi terlalu sering akan mengendap dalam tubuh dan memicu
resiko kanker Anonim, 2012. Zat aditif yang lain yaitu berupa bahan pemanis yang terdapat dalam fast food makanan siap saji yaitu sakarin yang terdapat dalam
bumbusalad dan bahan siklamat yang merupakan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi non-nutritive untuk pengganti sukrosa.
2.2.4. Dampak Fast Food makanan siap saji
Secara lebih rinci dampak fast food makanan siap saji dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit Anonim, 2012 diantaranya:
a. Fast food makanan siap saji memicu diabetes Beberapa menu dalam restaurant fast food makanan siap saji juga
mengandung banyak gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, dan obesitas.
Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula,
sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 gram atau satu sendok teh sehari. Dengan hanya menikmati masakan fast food makanan siap saji
setidaknya satu kali dalam seminggu mengakibatkan kenaikan lemak dalam darah.
Universitas Sumatera Utara
b. Fast food makanan siap saji memicu penyakit jantung The American Heart Association menganjurkan agar mengonsumsi daging
tanpa lemak dan sayuran juga menghindari makanan berlemak jenuh tinggi dan trans fat, sodium dan kolesterol seperti burger keju dan makanan yang digoreng. Menurut
The National Institutes of Health lemak jenuh dan kolesterol di makanan tersebut dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan meningkatkan kemungkinan dengan
permasalahan pada jantung. c. Fast food makanan siap saji memicu hipertensi
Sodium yang banyak terdapat dalam fast food makanan siap saji tidak boleh terlalu banyak dalam tubuh. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman
jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 miligram, hal tersebut sama dengan 1 35 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat di fast food makanan siap saji, dapat
meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan resiko terkena penyakit tekanan darah tinggi.
d. Fast food makanan siap saji memicu obesitas Selain karena faktor genetik, obesitas juga bisa dipicu dari pola makan yang
tidak sesuai dengan kesehatan. Pemilihan makanan karena pertimbangan selera dan prestise dibandingkan dengan gizinya. Akibatnya, jenis makanan yang banyak dipilih
adalah fast food makanan siap saji. Frekuensi yang rutin dalam mengonsumsi fast food makanan siap saji akan memicu obesitas. Makanan siap saji lebih banyak
mengandung lemak, kalori, zat pengawet, dan gula dibandingkan serat dan vitamin yang lebih dibutuhkan oleh tubuh.
Universitas Sumatera Utara
d. Fast food makanan siap saji memicu gagal ginjal Kegemaran dan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi fast food makanan
siap saji juga menyebabkan semakin tingginya asupan natrium dan garam karena kadar garamnya mencapai dua kali lipat dari batas normal yang dianjurkan yaitu
sebesar 2,4 gram. Garam tinggi berpengaruh pada orang dengan kondisi ginjal terganggu, dapat menjadi penyebab gagal ginjal. Selain itu kadar protein yang tinggi
akan semakin merusak ginjal.
2.3 Obesitas 2.3.1 Pengertian Obesitas
Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh,
yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa diatas normal.Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita
kegemukan untuk jangka waktu yang lama, berisiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit degeneratif Asdie, 2005.
Kegemukan berhubungan dengan kelebihan berat badan dari pada berat badan yang diinginkan. Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Obesitas
biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 20 berat badan ideal BBI atau berat badan yang diinginkan.
Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dari sudut ilmu gizi,
defenisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian terjadinya penimbunan trigliserida yang berlebihan dan terdapat diseluruh tubuh Moehji S, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Obesitas terjadi pada saat badan menjadi gemuk obesitas yang disebabkan penumpukan adipose adipocytes : jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh
secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih dibandingkan berat badan yang idealnya yang disebabkan terjadinya
penumpukan lemak tubuhnya Mutadin, 2002. Kelebihan berat badan overweight merupakan suatu keadaan terjadinya
penimbunan lemak secara berlebih, yang menyebabkan kenaikan berat badan. Seseorang dikatakan mengalami kegemukan obesitas jika terjadi kelebihan berat
badan sebesar 20 dari berat badan ideal Wirakusumah, 2001.
2.3.2 Cara Penetuan Obesitas
Cara untuk menentukan seseorang menderita obesitas perlu dilakukan penilaian status gizinya. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi atau kondisi yang dapat diukur. Penilaian status gizi apat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secaralangsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika, sedangkan secara tidak
langsung dibagi menjadi tiga cara yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi Supariasa, 2002.
Laporan FAOWHOUNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal ditentukan berdasarkan nilai body mass indeks BMI. Di Indonesia
istilah BMI diterjemahkan menjadi indeks massa tubuh IMT. Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Dengan mengukur IMT akan diketahui apakah berat seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk dengan menggunakan rumus :
Batasan ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan, dan penggunaan IMT
hanya berlaku untuk orang dewasa berusia diatas 18 tahun. Tetapi timbullah masalah yang diterapkan oleh WHO NCHS dengan keterbatasan tinggi badan yakni, laki-laki
maksimal 145 cm dan perempuan maksimal137 cm. Dengan keterbatasan satu hal di atas, maka dibutuhkan batas ambang IMT yang dapat ditentukan berdasarkan baku
IMT meurut umur CDC 2000 yang membedakan batas ambang untuk remaja laki- laki dan perempuan Anonim, 2000.
2.4 Faktor-faktor Penyebab Obesitas Pada Anak
Menurut Emma S. Wirakusumah 1994, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bersifat multifaktor yaitu:
2.4.1 Konsumsi Energi
Konsumsi makanan yang berlebihan, terutama yang mengandung karbonhidrat dan lemak, akan menyebabkan jumlah energi yang masuk kedalam
tubuh tidak seimbang dan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh IMT =
Berat badan kg Tinggi badan m x Tinggi badan m
Universitas Sumatera Utara
akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak, yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas.
2.4.2 Aktivitas Fisik
Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh
terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut diperlukan untuk membakar energi dari dalam tubuh. Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak
diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang menjdai gemuk. Selain itu, tersedianya sarana dan fasilitas dalam kehidupan, membuat
aktifitas fisik semakin berkurang. Pola hidup menjadi lebih santai karena segalanya sudah tersedia anak. Anak banyak menggunakan waktunya dirumah dengan
pembantu, kesempatan bermain kurang, juga menonton televisi yang diselingi memakan makanan yang mengandung energi dan lemak tinggi mempermudah
terjadinya obesitas.
2.4.3 Hereditas Faktor Keturunan
Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung fakta
bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi dari Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak
dari orang tua normal mempunyai 10 peluang menjadi gemuk. Peluang ini akan meningkat menjadi 40-50, bila salah satu orang tua menderita obesitas, dan akan
meningkat lagi menjadi 70-80 bila kedua orang tua gemuk.
Universitas Sumatera Utara
Bernet dan Gurin Wirakusumah, 1994 menyatakan bahwa orang yang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjadi gemuk, dan orang yang
mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Keadaan ini tidak akan berubah, bila tidak ada upaya yang kontinu yaitu mengubah kebiasaan
makan yang menyebabkan kegemukan dan meningkatkan aktivitas fisik.
2.4.4 Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas. Pada anak yang mengalami gangguan psikologis, misalnya anak yang sedang bersedih hati dan
memisahkan diri dari lingkungannya, timbul rasa lapar dan nafsu makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemanya. Sejumlah hormon akan
disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktivitas . Apabila seseorang
tidak dapat menggunakan energi yang disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain yaitu dengan menyimpanya sebagai lemak.
Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, serta makanan yang dikonsumsi tinggi energi, akan menimbulkan kebiasaan makan yang tidak baik dan
dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau bahkan kegemukan.
2.4.5 Perilaku Makan Yang Salah
Perilaku makan yang salah, dapat disebabkan karena kebiasaan makan yang salah dan di luar keluarga. Hal ini sering ditiru anak-anak, misalnya makan yang
berlebihan, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack. Apabila tidak dibatasi, maka energi yang masuk akan sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan makan yang salah di atas dapat dijelaskan lebih terperinci seperti hal-hal berikut :
a. Cara memilih makanan yang salah
Hal ini terjadi, terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi padat energi, seperti pizza, hamburger,
fried chicken, spagheti, kue-kue tart donat dan sebagainya yang mengandung lemak dan gula tinggi. Kadang-kadang konsumen juga melihat prestise dari
suatu makanan tanpa melihat kandungan gizinya b.
Menggoreng dan memasak dengan santan Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh, sehingga
sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar dan bahan makanan yang digoreng dan dimasak dengan santan, biasanya mengandung kolestrol tinggi, seperti
empal goreng, gulai dan rendang. c.
Kebiasaan ngemil Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang
masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang digunakan untuk ngemil dalam bentuk yang digoren atau terdiri dari kue-kue yang manis dan
gurih d.
Melupakan makan pagi Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan
melakukan aktivitas kerja. Tapi karena terburu dan dianggap tidak praktis, biasanya orang-orang akan melewatkan makan paginya. Melupakan makan
pagi akan mengakibatkan timbulnya rasa lapar dan dapat menurunkan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas kerjanya. Rasa lapar akan dikompensasikan beberapa jam kemudian, sehingga timbul keinginan mencari-cari makanan cemilan atau makan siang
yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi sebelumnya.
e. Frekuensi makan yang tidak teratur.
Kesibukan yang sangat padat cenderung mengakibatkan seseorang mempunyai waktu makan malam tertentu. Bila jarak anatar dua waktu makan
terlalu panjang ada kecendrungan untuk makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan ini berulang kali terjadi, dapat merupakan salah satu
penyebab terjadinya obesitas. f.
Menghindari Nasi. Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi.
Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sebagai sumber peningkatan berat badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan ke dalam makanan
lain sebagai pengganti nasi. Misalnya lebih banyak makan lauk-pauk yang biasa tinggi lemak atau makana kecil yang umumnya tinggi kalori seperti kue-
kue manis dan gurih. Sehingga masalah kegemukan tidak terselesaikan bahkan semakin memburuk. Apabila perilaku makan yang salah tidak segera
diubah, makan dapat juga menyebabkan kenaikan berat badan, bahkan kegemukanobesitas.
2.5 Resiko Obesitas Pada Anak
Telah diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bersifat multifaktor dan apabila tidak dapat dicegah serta dilakukan upaya
Universitas Sumatera Utara
penanggulannya, maka akan terjadi resiko-resiko yang berhubungan dengan kesehatan Melfiawati, S, 1997.
Resiko-resiko yang terjadi bila obesitas pada anak tidak segera dicegah adalah : 1.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak lebih cepat matang, misalnya pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, anak wanita mendapatkan menstruasi
menars haid untuk pertama kali pada usia yang lebih dini. 2.
Gangguan psikososial, yaitu keterbatasan dalam pergaulan dan partisipasi dalam berbagai jenis kegiatan olahraga. Anak lebih suka menyendiri dan memuaskan
dirinya dengan santai dan makan. 3.
Berlanjut menjadi obesitas dewasa yang merupakan faktor resiko untuk penyakit pernafasan dan kardiovaskuler.
4. Rendahnya daya tahan tubuh sehingga mudah mendapat gangguan pernafasan,
dermatitis, atau eskrima pada kulit yang menyebabkan bau badan yang tidak sedap, sehingga tidak disukai oleh teman dalam pergaulannya.
2.6 Remaja
Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30
tahun Dariyo, 2004. Yulia dan Singgih D. Gunarsa dalam bukunya Dariyo 2004 akhirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara
12-22 tahun. Santrock 2003, mengartikan remaja sebagai masaperkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional. Walaupun remaja mempunyai ciri unik, yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
padamasa remaja akan saling berkaitan dengan perkembangan dan pengalamanpada masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan menurut WHO dalam Sarwono, 2002 mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial
ekonomi, dengan batas usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap mendefinisikan sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukkan tanda -tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b.
Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatife lebih mandiri. Menurut Widyastuti, dkk 2009, berdasarkan sifat atau masa rentang waktu,
remaja ada tiga tahap, yaitu: 1. Remaja awal 10-12 tahun
Pada tahap remaja awal ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan dengan teman sebaya. b.
Tampak dan merasa ingin bebas. c.
Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal abstrak.
2. Masa remaja tengah 13-15 tahun Pada tahap remaja tengah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
Universitas Sumatera Utara
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.
d. Kemampuan berpikir abstrak berkhayal makin berkembang.
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3. Masa remaja akhir 16-19 tahun Pada tahap remaja akhir ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
c. Memiliki citra gambaran, keadaan, peranan terhadap dirinya.
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.
e. Memiliki kemampuan berpikir berpikir khayal atau abstrak
2.6.1. Karateristik Masa Remaja
Karateristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara lain menilai diri secara
objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
a. Menilai rasa identitas pribadi b. Meningkatkan minat pada lawan jenis
c. Menggabungkan perubahan seks sekunder dalam citra tubuh d. Memulai perumusan tujuan okupasional
e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga Hurlock 1990 mengemukakan berbagai ciri dari remaja diantaranya adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Masa remaja adalah masa peralihan Yaitu peralihan sari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara
berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukanlah seorang dewasa. Di mana remaja diberi waktu untuk membentuk gaya hidup dan
menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan mereka.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan Ada 4 perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat
pola perilaku dan sikap menjadi ambivalen. c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini karena remaja tidak bisa menyelesaikan masalahnya tanpa meminta bantuan oranglain sehingga terkadang
penyelesaian masalah tidak sesuai dengan yang diharapkan. d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran mereka di tengah masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat
dipercaya, cenderung perilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam
melihatdirinya maupun orang lain.
Universitas Sumatera Utara
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan
berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnyadalam
berpakaian dan bertindak.
2.7. Perilaku 2.7.1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud
perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang
dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar Notoatmodjo, 2003. Skinner 1938 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon
sehingga teori Skinner ini disebut “S-O-R” StimulusOrganisme-Respons.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku Tertutup Covert Behaviour
Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapatdiamati orang lain dari luar secara jelas. Respon seseorang masih terbatasdalam bentuk
perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadapstimulus bersangkutan. b.
Perilaku Terbuka Overt Behaviour Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupatindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observeable behaviour”.
2.7.2. Bentuk Perilaku
Benyamin Bloom 1908 seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif cognitive, afektif affective, dan psikomotor
psychomotor. Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan menjadi
tingkat ranah perilaku sebagai berikut : a. Pengetahuan knowledge
b. Sikap attitude c. Tindakan practice
A. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indramanusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang overt behavior
Notoatmodjo, 1993. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat
pengetahuan, yaitu : 1. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesutau
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis analysis Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis synthesis Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Notoatmodjo, 2003.
B. Perilaku dalam bentuk Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo 1993 salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi
sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku tindakan atau reaksi tertutup. Seperti halnya
pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : 1. Menerima receiving
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek
2. Menanggapi responding Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Mengahargai valuing
Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain
bahkan mengajak atau m empengaruhi orang lain merespon. 4. Bertanggung jawab responsible
Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.
Berkowitz dalam Azwar 2000 pernah mendaftarkan lebih dari 30 definisi tentang sikap. Namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thrston 1928. Rensis Linkert
1932, Charles Osgood 1975 Mengatakan bahwa ” sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau
memihakfavorable maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak unfavorable terhadap objek sikap tertentu “.
2. Kelompok kedua diwakili oleh Chave 1928, Bogardus 1931, La Piere 1934,
Mead 1934, dan Girdon Allport 1934 mengatakan bahwa “Sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu. Apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon”.
3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “ Sikap merupakan
konstalasi komponen –komponen kognitif, afektif, dan konatif termasuk dalamkelompok ini Secord dan Backman 1964 mengatakan bahwa “ Sikap
adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi , Pemikiran kognisi dan predisposisis tindakan seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya”. Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi
respon baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai
dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak,
favorable atau tidak menyetujui, tidak mendukung, atau tidak memihak Unfavorable suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek
Universitas Sumatera Utara
sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap berarti mempunyai sikap yang
arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan. Fishbein 1978 dalam Simangunsong 2011
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap
suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak
setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. c. Perilaku dalam bentuk Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apayang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik.
Inilah yang disebut pratik practice kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kwalitasnya, yakni :
1. Praktik terpimpin guided response Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan.
Universitas Sumatera Utara
2. Praktik secara mekanisme mechanism Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal
secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis. 3. Adopsi adoption
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu recall. Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 2003.
2.7.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : 1.
Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. 3.
Faktor-faktor penguat reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Teori WHO dalam Notoadmodjo 2003 menjelaskan 4 alasan pokok mengapa
seseorang berperilaku, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemikiran dan perasaan Thoughts and feeling, hasil pemikiran dan perasaan
seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan Personal references merupakan
faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.
3. Sumber daya Resources yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap
positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya Culture berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir
seseorang untuk bersikap terhadap objekstimulus tertentu. Notoadmodjo, 2007.
Teori Shenandu B Kar dalam Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa terdapat 5 determinan perilaku yaitu:
a. Adanya niat intention : niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau membuat jambanWC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk melakukan tindakan
tersebut. b.
Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya social supportDi dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku tersebut cenderung memerlukan
legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang
Universitas Sumatera Utara
atau tidak “nyaman”. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.
c. Terjangkaunya informasi accessbility of information Terjangkaunya informasi
adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi personnal otonomy Adanya otonomi
atau kebebasan pribadi personnal otonomy dalam mengambil suatu keputusan untuk bertindak.
e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan action situation Untuk
bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia
serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan.
2.8. Teori Belajar Sosial
Bandura 1977 menyatakan bahwa Arti kata belajar dapat melampaui arti pembelajaran itu sendiri. Itu bisa terjadi apabila manusia percaya akan pengaruh yang
mereka dapatkan dari setiap tindakan yang mereka lakukan. Hampir semua pola pikir pembelajaran manusia di dapatkan dengan memperhatikan contoh-contoh yang ada.
Dengan memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya, kita mampu menemukan ide-ide baru yang menutun kita untuk melakukan suatu tindakan.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi
lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi
itu adalah tidak baik. Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar
dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura 1977 menghipotesiskan bahwa tingkah laku B = behavior, lingkungan E = environment dan kejadian-
kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi P = perception adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan interlocking.
menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, yai tu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial
yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura,
bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah
pemodelan modelling, dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan observational learning. 1. Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang
dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka
ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin d
Universitas Sumatera Utara
ipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.
2. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat
itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri
kognitif dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter 1963 dia mengadakan
penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film.
Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah
kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam film.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning pembiasaan merespons dan imitation
peniruan. Prosedur-prosedur Social learning: 1. Conditioning
Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku- perilaku lainnya,
yakni dengan; Reward hadiah, Punishment hukuman. Dasar pemikirannya:
Universitas Sumatera Utara
Sekali seorang mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran reward dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman
punishment, sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.
Hal ini sesuai dengan Conditioning Theory yang dikemukakan dan dikembangkan pertama kali oleh John B. Watson di AS 1878-1958. Watson berpendapat bahwa
belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus penganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan refleks dan
reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus dan respon yang baru melalui
“conditioning”.Salah satu percobaan yang terkenal adalah percobaan terhadap anak umur 11 tahun “Albert” dengan seekor tikus putih. Percobaan itu memiliki
kesimpulan I bahwa rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa dibarengi stimulus tak bersyarat.
2. Imitation Imitation peniruan. Dalam Hal ini orang tua atau anggota keluarga lain akan
sangat mungkin menjadi model yang perilakunya akan di imitasi oleh anggota keluarga lainnya. Jadi dalam Social Learning, seseorang belajar karena contoh
lingkungan. Analisis Belajar Sosial dari Bandura menyatakan bahwa perilaku model adalah
sumber informasi bagi pihak pengamat. Teori Belajar Sosial menekankan kepentingan lingkungan, atau situasional, sebagai determinan perilaku. Perilaku
merupakan hasil dari interaksi terus menerus antara variabel individu dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya. Kondisi lingkungan membentuk perilaku melalui proses belajar, dan selanjutnya perilaku orang tersebut membentuk lingkungan. Orang dan situasi saling
mempengaruhi secara timbal balik. Orang dapat belajar dengan mengobservasi tindakan orang lain dan dengan melihat konsekuensi tindakan tersebut. Proses ini
mungkin lambat dan tidak efisien seakan-akan semua perilaku kitaharus dipelajari melalu penguatan langsung respons kita. Asumsi dasar dari teori Belajar Sosial
adalah manusia mempelajari tingkah laku melalui proses yang terus berjalan. Meniru model merupakan proses berikutnya yang berhubungan dengan keberadaan,
kesukaan, dan kuasa dari model itu sendiri.Awlia, 2010 Lingkungan sebagai faktor utama dalam social learning yang di kemukakan oleh
Bandura menitikberatkan kepada lingkungan sosial, lingkungan sosial yang paling dekat dengan individu dan memiliki waktu interaksi yang sangat banyak adalah
keluarga sebagaimana bentuk bentuk sosialisasi yang lain, menurut Kamanto dalam Notoadmodjo 2003 maka sosialisasi selalu berawal pada keluarga.
Gambar 2.1. Skema Teori Bandura Personal
Lingkungan Perilaku
Individu
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep