Gangguan Psikologis Perilaku Makan Yang Salah

Bernet dan Gurin Wirakusumah, 1994 menyatakan bahwa orang yang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjadi gemuk, dan orang yang mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Keadaan ini tidak akan berubah, bila tidak ada upaya yang kontinu yaitu mengubah kebiasaan makan yang menyebabkan kegemukan dan meningkatkan aktivitas fisik.

2.4.4 Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas. Pada anak yang mengalami gangguan psikologis, misalnya anak yang sedang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya, timbul rasa lapar dan nafsu makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemanya. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktivitas . Apabila seseorang tidak dapat menggunakan energi yang disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain yaitu dengan menyimpanya sebagai lemak. Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, serta makanan yang dikonsumsi tinggi energi, akan menimbulkan kebiasaan makan yang tidak baik dan dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau bahkan kegemukan.

2.4.5 Perilaku Makan Yang Salah

Perilaku makan yang salah, dapat disebabkan karena kebiasaan makan yang salah dan di luar keluarga. Hal ini sering ditiru anak-anak, misalnya makan yang berlebihan, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack. Apabila tidak dibatasi, maka energi yang masuk akan sangat tinggi. Universitas Sumatera Utara Kebiasaan makan yang salah di atas dapat dijelaskan lebih terperinci seperti hal-hal berikut : a. Cara memilih makanan yang salah Hal ini terjadi, terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi padat energi, seperti pizza, hamburger, fried chicken, spagheti, kue-kue tart donat dan sebagainya yang mengandung lemak dan gula tinggi. Kadang-kadang konsumen juga melihat prestise dari suatu makanan tanpa melihat kandungan gizinya b. Menggoreng dan memasak dengan santan Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh, sehingga sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar dan bahan makanan yang digoreng dan dimasak dengan santan, biasanya mengandung kolestrol tinggi, seperti empal goreng, gulai dan rendang. c. Kebiasaan ngemil Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang digunakan untuk ngemil dalam bentuk yang digoren atau terdiri dari kue-kue yang manis dan gurih d. Melupakan makan pagi Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan melakukan aktivitas kerja. Tapi karena terburu dan dianggap tidak praktis, biasanya orang-orang akan melewatkan makan paginya. Melupakan makan pagi akan mengakibatkan timbulnya rasa lapar dan dapat menurunkan Universitas Sumatera Utara aktivitas kerjanya. Rasa lapar akan dikompensasikan beberapa jam kemudian, sehingga timbul keinginan mencari-cari makanan cemilan atau makan siang yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi sebelumnya. e. Frekuensi makan yang tidak teratur. Kesibukan yang sangat padat cenderung mengakibatkan seseorang mempunyai waktu makan malam tertentu. Bila jarak anatar dua waktu makan terlalu panjang ada kecendrungan untuk makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan ini berulang kali terjadi, dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas. f. Menghindari Nasi. Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi. Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sebagai sumber peningkatan berat badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan ke dalam makanan lain sebagai pengganti nasi. Misalnya lebih banyak makan lauk-pauk yang biasa tinggi lemak atau makana kecil yang umumnya tinggi kalori seperti kue- kue manis dan gurih. Sehingga masalah kegemukan tidak terselesaikan bahkan semakin memburuk. Apabila perilaku makan yang salah tidak segera diubah, makan dapat juga menyebabkan kenaikan berat badan, bahkan kegemukanobesitas.

2.5 Resiko Obesitas Pada Anak