67
3.2.5 Potensi Sumber Daya Alam
Topografi Wilayah Kedungsepur yang bervariasi menghasilkan bentang alam yang unik karena terdiri dari daerah dataran rendah dataran pantai, hingga
daerah yang merupakan dataran tinggi. Kondisi daerah hilir Wilayah Kedungsepur yang relatif datar sangat potensial untuk dijadikan daerah pengembangan fisik
kawasan. Cadangan lahan untuk pembangunan fisik masih tersedia cukup luas, terutama pada kawasan yang berbatasan dengan Kota Semarang sebagai kota
dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Kondisi hidrologi Wilayah Kedungsepur sangat potensial untuk dijadikan
sebagai sumber air baku dan sumber air irigasi karena banyaknya sungai yang ada dan mengalir secara lintas daerah dari hulu ke hilir. Sungai ini juga dapat
berfungsi sebagai jaringan drainase primer untuk mengalirkan air hujan. Selain itu, Wilayah Kedungsepur juga memiliki potensi cekungan air tanah yang cukup
tinggi serta mempunyai banyak sumber mata air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku. Sumber-sumber air di Wilayah Kedungsepur berupa sumber air
di permukaan tanah dan air tanah. Sumber air di permukaan tanah berasal dari sungai-sungai, bendungan, laut dan pantai. Sumber-sumber mata air selain sungai
terdiri atas danau, waduk dan mata air yang antara lain, yaitu: a.
Rawa Pening Danau ini terletak di tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Ambarawa,
Tuntang, dan Banyubiru. Dalam penggunaannya, danau ini dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan darat, serta pariwisata dan
rekreasi.
68
b. Mata air dengan tingkat produktivitas kecil, yaitu 15 dari luas wilayah,
meliputi Kecamatan Kedungjati, Gabus, Ngaringan, Wirosari, Tawangharjo, Grobogan, Brati, Klambu, dan Tanggungharjo. Air tanah langka meliputi
daerah Kecamatan Purwodadi, Klambu, Godong, Gubug, dan Tegowanu. c.
Waduk Kedung Ombo Sumber air yang berasal dari waduk Kedung Ombo difungsikan sebagai
potensi sunber daya alam dalam memenuhi kepentingan kehidupan penduduk beserta aktivitasnya juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan. Untuk sumber air tanah terdapat potensi cekungan air tanah yang cukup
tinggi seperti dijelaskan pada Tabel III.3.
TABEL III.3 POTENSI CEKUNGAN AIR TANAH DI WILAYAH KEDUNGSEPUR
o Nama
Cekungan Air Tanah
Dangkal juta m
3
th Air Tanah
Dalam juta m
3
th
. Semarang-
Kendal 330,6 6,7
. Subah 873
5,4 .
Ungaran 352,1 46,5
. Ambarawa 325,3 9,5
. Purwodadi 111,8 5,1
. Demak 166,2
4,1 .
Kudus 693,3 11,3
Jumlah 2852,3 88,6
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah
Potensi sektor pertanian di wilayah Kedungsepur didukung oleh lahan pertanian sawah beririgasi teknis merupakan lahan yang berpotensi memberikan
69
produktivitas tinggi dalam budidaya pertanian sawah, terutama padi karena lahan beririgasi teknis ini biasanya mampu menghasilkan padi sedikitnya dua kali panen
setiap tahunnya. Untuk itu dalam pengembangan wilayah di masa datang, keberadaan lahan pertanian ini perlu untuk dipertahankan, dan peningkatan lahan
pertanian beririgasi sederhana maupun setengah teknis tertentu menjadi lahan beririgasi teknis.
Di sisi lain, mempertahankan keberadaan lahan ini diharapkan akan mampu menjaga keseimbangan kawasan terbangun dan non terbangun. Sehingga
dalam perkembangan selanjutnya, perlu tetap mempertahankan lahan sawah beririgasi teknis untuk tidak dikonversi menjadi penggunaan lahan jenis lain.
Sawah beririgasi teknis pada Wilayah Kedungsepur seluas 59,702 Ha dan tersebar hampir di setiap kecamatan Lahan sawah yang masih luas yaitu di
Kabupaten Grobogan sebesar 36,30 dari luas lahan sawah Wilayah Kedungsepur dan Demak sebesar 27,71 serta Kendal 20,63. Masih luasnya
lahan sawah di ketiga daerah tersebut karena sebagai produsen padi untuk Jawa Tengah
Wilayah Kedungsepur memiliki potensi komoditas pertanian yaitu padi dan palawija. Kawasan yang menjadi sentra produksi padi sawah yaitu di
Kabupaten Demak dengan luas sawah 31.100 hektar. Penetapan Kabupaten Demak sebagai sentra produksi padi didasarkan pada terjadinya surplus padi
sebesar 200.000-210.000 ton tahun. Kedungsepur juga kaya akan sumber daya mineral yang terdiri dari bahan
galian bangunan, industri, dan keramik. andesit, sirtu dan tanah urug yang
70
termasuk ke dalam jenis bahan galian bangunan banyak dijumpai di Wilayah Kedungsepur. Bahan galian yang paling besar yaitu batu gamping yang terdapat
di Kabupaten Grobogan. Bahan galian ini layak tambang, dengan persyaratan penggalian harus dilakukan secara teras dengan ketinggian yang teratur dan
menghindari lubang-lubang galian. Bahan galian yang juga layak tambang yaitu tanah liat yang terdapat di
Kabupaten Grobogan dan Kendal. Bahan galian tanah liat layak ditambang pada daerah pedataran umumnya berupa persawahan dan tegalan. Persyaratan yang
harus diperhatikan dalam penambangan ini antara lain kedalaman tidak melebihi permukaan air tanah setempat, penggalian dilakukan secara lateral dengan
kedalaman yang teratur dan menghindari lubang-lubang galian. Bahan galian andesit yang layak tambang di Kabupaten Kendal, dengan
memenuhi persyaratan penambangan harus dengan metode lateral dan dibuat teras-teras dengan ketinggian tertentu. Bahan galian andesit umumnya terletak
pada daerah dataran tinggi, atau bukit-bukit dan gunung sehingga penambangannya harus memperhatikan fungsi kawasan dimana bahan galian
tersebut berada. Sirtu layak ditambang secara terbatas tidak ditambang besar-besaran,
karena jika ditambang secara besar-besaran akan mengakibatkan peningkatan erosi arus sungai baik secara vertikal maupun lateral yang akan terbawa dan
membentuk sedimentasi di hilir sungai. Adapun sirtu yang tidak layak untuk ditambang karena jika sirtu sebagai peredam arus diambil akan berakibat pada
terbawanya material hasil erosi sehingga dapat mempercepat pendangkalan rawa.
71
Trass layak ditambang dengan memperhatikan penempatan tanah penutup, sudut kelerengan, dan diutamakan menggunakan peralatan sederhana. Sedangkan
penambangan yang tidak layak dilakukan karena terdapat jaringan fasilitas perkotaan dan rentan terhadap erosi. Demikian pula pada daerah yang memiliki
lahan lebih produktif untuk tanaman perkebunan disamping tanah penutup cukup tebal.
3.3. Kondisi Kependudukan