Kerangka Teoritis Penelitian Sintesis Kajian Pustaka 1. Ringkasan

No. Definisi Pengelompokan Definisi Unsur yang diperhatikan 3. Pengembangan teritorial, termasuk didalamnya ekspansi dan konsolidasi dalam proses pembangunan negara. 4. Membangun wilayah berdasarkan pada homogenitas politik-ekonomi dan orientasi sosial dari dua hal tersebut. Tujuan dari aliran pengembangan dari bawah adalah untuk membentuk pola pengembangan sehingga mendapatkan karakteristik wilayah. Sumber: Hasil Analisis, 2008

2.4.2. Kerangka Teoritis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dibahas sebelumnya, didapatkan beberapa aspek yang digunakan dalam melihat hasil penelitian dengan teori yang berkaitan dengan perwilayahan dan interaksi ekonomi yang terjadi di dalam wilayah tersebut. Beberapa aspek tersebut antara lain: 1. Potensi sumber daya wilayah, mengindikasikan kemampuan dari sumber- sumber alam, manusia dan institusional masing-masing wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar penduduk di wilayah tersebut. 2. Potensi atau sektor unggulan mengindikasikan sebagai sektor perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif untuk dikembangkan sebagai potensi pembangunan serta dapat menjadi basis perekonomian suatu wilayah. 3. Keterkaitan antar sektor ekonomi mengindikasikan hubungan antara sektor perekonomian suatu wilayah secara keseluruhan sehingga dapat terlihat dampak dari perubahan tingkat produksi sektor tertentu terhadap sektor lain. Lanjutan 4. Keterkaitan antar daerah mengindikasikan hubungan perekonomian antar daerah di suatu wilayah tertentu yang menunjukkan adanya aliran atau distribusi barang, bahan baku dan tenaga kerja. BAB III GAMBARAN UMUM DAN POTENSI WILAYAH KEDUNGSEPUR 3.1. Lokasi dan Posisi Kawasan Kedungsepur 3.1.1 Letak Administrasi dan Kedudukan Geografis Kawasan Kedungsepur Kawasan Kedungsepur merupakan gabungan dari enam KabupatenKota, terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini secara geografis terletak diantara 109°10’ - 111°25’ BT, dan 6°43’26’’ - 7°32’ LS, dengan batas administrasi dan fisiografi sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kabupaten Jepara. Sebelah Selatan : Kabupaten Temanggung, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Magelang. Sebelah Timur : Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Blora. Sebelah Barat : Kabupaten Batang Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar I.1 Luas keseluruhan Wilayah Kedungsepur sebesar 5.256,53 Km 2 atau sekitar 16,25 dari total keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara topografi, Kawasan Kedungsepur bagian utara terletak pada ketinggian antara 0- 25 m dan merupakan daerah dataran rendah, sedang bagian Selatan memiliki ketinggian antara 0-2.579 m yang merupakan daerah tanah pegunungan. Ketinggian masing-masing daerah Wilayah Kedungsepur, yaitu: • Kabupaten Kendal : 50-2.579 m dpl 57 58 • Kabupaten Demak : 3-100 m dpl • Kabupaten Semarang : 310-1.950 m dpl • Kabupaten Grobogan : 11-129 m dpl • Kota Semarang : 0,75-359 m dpl • Kota Salatiga : 525-675 m dpl Kondisi fisik wilayah ini mempunyai karakteristik, yaitu: • Pesisir Utara, membentang dari Kendal, Kota Semarang ke Demak. Kawasan ini merupakan kawasan pantai yang dibudidayakan sebagai kawasan tambak serta menjadi daerah hilirmuara beberapa sungai besar di Sub Regional Kedungsepur; • Bagian Selatan, merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi yang sudah tidak aktif lagi, dengan puncaknya yaitu Gunung Ungaran. Daerah ini merupakan daerah yang cukup subur, banyak mata air, hulu sungai, serta tambang mineral; • Bagian Timur dan Tenggara, terdapat daerah rawan banjir yaitu di daerah Demak. 3.1.2 Posisi Strategis Kawasan Kedungsepur Kawasan Strategis Kedungsepur merupakan salah satu kawasan strategis di Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri dari 6 enam kabupatenkota. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis dalam pengembangan perwilayahan Provinsi Jawa Tengah maupun dalam konteks perwilayahan yang lebih luas. Posisi strategis ini antara lain meliputi: 59 • Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Sebagai ibu kota Provinsi, Kota Semarang merupakan pusat kegiatan perekonomian, pemerintahan, sosial dan budaya bagi wilayah lainnya di Provinsi Jawa Tengah. • Berada di jalur utara Pulau Jawa yang merupakan penghubung Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Jawa Barat. Letak ini akan memberikan peluang di bidang perdagangan, jasa, pariwisata, atau kegiatan lain. • Dilalui oleh jalur utama Provinsi Jawa Tengah, yaitu jalur Semarang- Bawen, Bawen-Surakarta, dan Bawen-Magelang-Yogyakarta. Jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan Jawa Tengah bagian utara Semarang, Kudus, Pekalongan, Tegal, dan sekitarnya dan bagian Selatan sampai Barat Surakarta, Magelang, Purwokerto dan sekitarnya. • Dilalui oleh jalur-jalur nasional. Di Kota Semarang terdapat pelabuhan laut skala nasional sehingga mempermudah pula hubungan dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Selain pelabuhan di Kota Semarang, di Kabupaten Kendal nantinya juga akan dikembangkan Pelabuhan Samudra yang merupakan pelabuhan dengan skala internasional. Di bidang transportasi udara, telah tersedia Bandara Ahmad Yani di Kota Semarang sebagai bandar udara nasional yang menghubungkan kota-kota besar di Indonesia. • Memiliki akses pada pergerakan internasional. Pada Kota Semarang terdapat Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Mas. Kedua fasilitas ini merupakan akses penghubung wilayah Kedungsepur menuju arus pergerakan internasional. Karenanya wilayah Kedungsepur memiliki potensi 60 pengembangan yang besar. • Merupakan salah satu kawasan pusat pengembangan di Provinsi Jawa Tengah selain Kawasan Joglosemar. Kawasan Strategis Kedungsepur juga berhimpit dengan kawasan-kawasan andalan yang ditetapkan dalam RTRW Nasional Subosuka. Hal ini akan memberikan peluang bagi perkembangan sektor-sektor perekonomian, seperti pertanian, perdagangan, jasa, industri, dan pariwisata. • Melingkupi kawasan-kawasan strategis yang mempunyai peran penting dalam skala regional, yaitu diantaranya kawasan industri sepanjang jalur Semarang-Demak; Semarang-Kendal; dan Ungaran-Bawen; kawasan pariwisata berkembang seperti Bandungan, Rawa Pening, Ungaran, Kopeng dan sekitarnya; dan kawasan potensial produksi buah-buahan dan sayur- sayuran seperti Bandungan, Ungaran, Ambarawa dan sekitarnya. • Memiliki cukup banyak objek wisata yang tersebar pada daerah KabupatenKota di Kedungsepur, diantaranya Kota Lama Semarang, Rawa Pening, Museum Kereta Api Ambarawa, Jalan KA Tuntang-Ambarawa- Bedono, Masjid Agung Demak, dan Bledug Kuwu. Hal ini dapat menjadi potensi pengembangan wilayah bila disediakan sarana dan prasarana pendukung. Selain itu, dapat juga ditawarkan paket wisata terpadu antar lokasi wisata yang ada, sehingga hasil yang didapat tidak hanya dinikmati oleh satu daerah saja, tapi dinikmati bersama. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peluang-peluang yang dimiliki berkaitan dengan kedudukan Kawasan Strategis Kedungsepur adalah cukup besar, 61 terutama peluang perekonomian yang bersifat sekunder dan tersier industri, perdagangan, dan jasa. 3.1.3 Sistem Perkotaan dan Kawasan Tertentu dalam Lingkup Provinsi Jawa Tengah Sistem pelayanan perkotaan di Provinsi Jawa Tengah didasarkan pada dua aspek, yaitu potensi dan permasalahan yang berkembang di lapangan dan arahan kebijakan yang tertuang dalam RTRWN. Di Kawasan Kedungsepur, kota-kota yang ada berdasarkan skala pelayanannya dikelompokkan ke dalam skala pelayanan nasional, skala pelayanan wilayah, dan skala pelayanan lokal. Pengelompokkan kota-kota tersebut adalah: 1. Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Nasional KPPKN: Kota Semarang. 2. Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah KPPKW: Koridor Kota Ungaran- Bawen-Ambarawa, Kota Salatiga. 3. Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Lokal KPPKL: Kota Kendal, Kota Demak, Kota Purwodadi. Dalam lingkup Provinsi Jawa Tengah, Kawasan Kedungsepur merupakan kawasan yang menjadi pusat pelayanan dalam skala provinsi. Hal ini disebabkan oleh adanya Kota Semarang yang merupakan kota uta ma dalam hirarki lingkup perkotaan regional-nasional. Meskipun demikian, perkembangan kawasan di Jawa Tengah diusahakan agar dapat menyebar dan tidak terpusat pada satu kawasan

3.2. Kondisi Fisik Dasar