Dengan melihat pengelompokan sektor seperti pada Gambar 4.3 di atas, nampak bahwa sektor Industri Pengolahan merupakan sektor unggulan, karena
memiliki nilai Keterkaitan ke Depan dan Keterkaitan ke Belakang yang cukup tinggi. Selain sektor Industri Pengolahan terdapat sektor lain yang merupakan
sektor unggulan di wilayah Kedungsepur yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Bangunan. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor Pertambangan dan
Penggalian mempunyai keterkaitan langsung kedepan forward linkage cukup besar, artinya perubahan output sektor ini akan memberi dampak yang cukup
besar terhadap sektor-sektor lainnya yang menggunakan keluaran sektor tersebut sebagai masukan antara untuk setiap unit kenaikan permintaan akhir. Adapun
sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Bangunan mempunyai keterkaitan langsung ke belakang bacward linkage
cukup besar, artinya perubahan permintaan input sektor ini akan memberi dampak dampak yang cukup besar bagi sektor tertentu yang keluarannya digunakan
sebagai masukan antara untuk setiap unit kenaikan permintaan akhir.
4.4. Keterkaitan Antar Daerah
Untuk mengetahui keterkaitan antar daerah di wilayah Kedungsepur terutama pada sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian, maka peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa tokoh kunci yang mengetahui potensi pengembangan kerjasana regional Kedungsepur yaitu, Kepala Badan Penanaman
Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah, Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Ketua Kadinda Jawa Tengah, Ketua Himpunan Kawasan Industri
Semarang, Ketua Forum Economic Development and Employment Promotion FEDEP Kabupaten Demak, Kepala Bagian Pemerintahan Umum Setda Kota
Semarang serta Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Semarang. Menurut Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah,
kerjasama regional Kedungsepur sangat potensial untuk dikembangkan karena selain kedudukan atau letak wilayah ini yang sangat strategis, Kedungsepur juga
memiliki potensi sum berdaya yang sangat melimpah. Keterkaitan antara daerah- daerah kabupatenkota di wilayah Kedungsepur sangat kuat terjadi di wilayah
Pantura yaitu Kabupaten Kendal. Kota Semarang dan Kabupaten Demak serta jalur selatan Semarang-Solo yang meliputi Kota Semarang dengan Kabupaten
Semarang. Pertumbuhan sektor Industri di wilayah ini sangat pesat terutama terjadi
pada jalur-jalur yang disebutkan di atas. Lebih lanjut Kepala BPMD Provinsi Jawa Tengah menyampaikan sebagai berikut:
Banyak sekali para investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di wilayah Kedungsepur, sektor Industri yang paling banyak diminati
diantaranya mebel, tekstil dan produk tekstil, serta komponen elektronik. Sektor pertanian sebenarnya cukup potensial dikembangkan di wilayah ini
terutama di Kabupaten Demak dan Grobogan terutama dalam mendukung supply bahan baku industri pengolahan makanan yang ada di Kota
Semarang.
Kerjasama dalam pengembangan infrastruktur juga sangat potensial dikembangkan di wilayah Kedungsepur, seperti pengolahan
air bersih, peningkatan jalan dan jembatan serta perencanaan tata ruang.
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Jawa Tengah lebih menekankan tentang pentingnya menata kembali kawasan industri yang ada di
Kota Semarang. Kawasan industri yang selama ini terpusat di Kota Semarang terlalu membebani kota karena sebagian besar industri ini tergolong industri berat.
Untuk itu ke depan, daerah-daerah di sekitar Kota Semarang harus dikembangkan agar dapat menunjang pendirian kawasan industri, terutama industri berat dan
padat karya. Lebih lanjut disampaikan bahwa di Kota Semarang lebih cocok untuk
industri-industri padat modal, bukan industri berat seperti manufaktur karena kebutuhan ruang industri padat modal tidak sebesar industri padat karya. Selain
itu, kebutuhan tenaga kerja untuk industri padat modal tidak sebanyak industri padat karya sehingga arus perpindahan penduduk di Kota Semarang dapat ditekan.
Idealnya industri-industri berat direlokasi dari kota Semarang ke kabupatenkota lain disekitarnya seperti Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak. Wilayah-
wilayah itulah yang akan menunjang Kota Semarang. Keterkaitan dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari banyaknya tenaga
kerja di kota Semarang yang berasal dari wilayah-wilayah disekitarnya seperti Kendal, Demak dan Ungaran serta distribusi barang kebutuhan pokok di kota
Semarang juga banyak disuplai dari wilayah di sekitar Kota Semarang. Perkembangan kota Semarang mengarah ke sektor jasa dan perdagangan serta
merupakan pintu gerbang bagi siapa saja yang akan mengakses wilayah-wilayah disekitarnya.
Sementara itu Ketua Kadinda Jawa Tengah menyoroti pentingnya kota Semarang sebagai pusat kegiatan bagi wilayah Kedungsepur karena Semarang
memiliki sarana dan prasarana penunjang yang cukup lengkap seperti: Pelabuhan
Tanjung Emas, Bandara A. Yani dan Jalan Tol serta rencana pembangunan jalan tol Semarang-Solo yang akan sangat mendukung bagi perkembangan wilayah
Kedungsepur. Menanggapi masalah keterkaitan antar daerah dalam sektor Industri di Wilayah Kedungsepur, Ketua Kadin Jawa Tengah menyampaikan bahwa:
Keterkaitan dalam sektor Industri di Wilayah Kedungsepur salah satunya dapat dilihat pada industri unggulan di Jawa Tengah yaitu industri Tekstil
dan Produk Tekstil. Salah satu industri Tekstil terbesar di Asia Tenggara adalah PT. Apac Inti Corpora yang terdapat di Kabupaten Semarang.
Industri ini selain berorientasi ekspor juga memasok kebutuhan bahan baku kain bagi industri-industri garmen di kota Semarang, kabupaten
Demak dan kabupaten Kendal serta Kota Salatiga. Disamping itu kebutuhan akan tenaga kerja walaupun sebagian besar dipenuhi dari
kabupaten Semarang sendiri, sebagain tenaga kerja juga dipenuhi dari kota Semarang dan kota Salatiga.
Rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus KEK di Kabupaten Kendal diharapkan akan memperkuat posisi Kedungsepur. KEK merupakan
kawasan bagi industri-industri yang berorientasi ekspor, karena pada kawasan ini juga akan dilengkapi dengan pelabuhan ekspor. Dengan adanya KEK ini,
Kabupaten Kendal akan menjadi wilayah penyangga bagi Kota Semarang yang saat ini jumlah industrinya sudah semakin padat. Konsep KEK disusun untuk
meningkatkan daya saing serta mengoptimalkan pemanfaatan banyaknya industri dari negara-negara maju yang melakukan relokasi ke kawasan Asia.
Selain itu, di daerah perbatasan antara Semarang-Kendal juga akan di bangun Terminal Kayu. Dengan adanya Terminal Kayu ini diharapkan dapat
mensuplai kebutuhan kayu bagi industri mebel di Wilayah Kedungsepur yang selama ini para pengusaha mebel mendatangkan langsung dari Kalimantan
melalui Surabaya. Dengan adanya rencana-rencana pembangunan sarana dan
prasarana tersebut, Kedungsepur akan menjadi posisi yang sangat strategis bagi Jawa Tengah.
Pada bagian selatan cukup berkembang pula sektor Pertanian dan Pariwisata yang akan semakin maju dengan terealisasinya pembangunan jalan tol
Semarang-Solo. Pembangunan jalan tol ini akan semakin mempermudah distribusi hasil pertanian di wilayah selatan Kedungsepur. Sektor pertanian di
wilayah ini memang sebagian besar masih dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung, belum banyak diserap oleh sektor industri walaupun
sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar. Dengan melihat potensi keterkaitan antar daerah yang cukup besar
tersebut, perlu diperkuat dengan mendorong keterkaitan antar wilayah hinterland Sematang yang masih lemah seperti wilayah-wilayah Kabupaten Semarang
dengan Kebupaten Kendal serta Kabupaten Semarang- Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak. Untuk mendorong peningkatan keterkaitan pada wilayah-
wilayah tersebut perlu di bangun jaringan jalan yang lebih memadai sehingga lebih memperlancar jalur distribusi hasil pertanian antar wilayah. Selanjutnya
Ketua Kadinda Jateng memprediksikan bahwa: Perkembangan wilayah Kedungsepur ini ke depan berkaitan erat dengan
fungsi Kota Semarang sebagai financial hub dan logistic hub. Industri besar sudah tidak cocok bagi Kota Semarang, industri ini harus
ditempatkan di wilayah penyangga Semarang seperti Demak, Kendal dan Kabupaten Semarang sehingga dapat mengurangi beban arus tenaga
kerja commuter yang cukup besar di wilayah ini. Untuk mendorong Kedungsepur sebagai wilayah Metropolitan, Kota Semarang harus
menjadi pelopor terealisasinya kerjasama regional Kedungsepur dengan memberikan semacam insentif bagi daerah penyangga karena secara
ekonomi Kota Semarang lebih diuntungkan.
Ketua Himpunan Kawasan Industri HKI Kota Semarang juga berpendapat senada bahwa beban Kota Semarang untuk industri sudah sangat
jenuh. Kawasan Industri berjumlah 9 sembilan dengan luas wilayah ± 1500 ha dan jumlah industri yang berada di dalam kawasan sebanyak 1.778. Secara
keseluruhan jumlah industri di Kota Semarang sebesar 2.772 buah terdiri dari 132 industri besar, 556 industri sedang dan 2048 industri kecil dan menengah. Sektor
industri memperkerjakan lebih dari 98.000 tenaga kerja. Hal ini jauh lebih besar jika dibandingkan sektor pertanian yang memperkerjakan 50.000 tenaga kerja.
Menanggapi pertanyaan mengenai keterkaitan antar daerah di Wilayah Kedungsepur, Ketua HKI berpendapat bahwa:
Keterkaitan antar daerah di Wilayah Kedungsepur dapat dilihat pada sektor industri, yaitu kebutuhan akan tenaga kerja antar daerah yang
cukup besar. Sebagian besar industri-industri di kota Semarang, terutama yang berlokasi di kawasan industri, tenaga kerja diperoleh dari daerah
sekitar. Seperti pada Kawasan Industri Terboyo dan Kawasan Industri Tanah Makmur banyak menggunakan tenaga kerja dari kabupaten Demak
dan industri-industri yang berlokasi di Kawasan Industri Tugu Wijayakusuma, Kawasan Industri Bukit Semarang Baru dan Kawasan
Industri Candi banyak menggunakan tenaga kerja dari kabupaten Kendal. Bahkan tenaga kerja dari wilayah Kabupaten Semarang juga banyak
memenuhi kebutuhan industri-industri di Kota Semarang seperti industri- industri yang terdapat di Tanjung Emas Export Processing Zone TEPZ
Peluang yang cukup besar pada sektor pertanian sebenarnya belum diolah secara maksimal dalam kaitannya untuk memenuhi sektor Industri. Lebih jauh
ketua HKI menyampaikan bahwa sektor pertanian khususnya sayur-sayuran dari wilayah kabupaten Semarang memiliki peluang yang cukup besar untuk memasok
kebutuhan sayur kering pada industri mi instan di kota Semarang. Namun sampai saat ini belum ada investor yang tertarik untuk mengolah sayur-sayuran yang
jumlahnya cukup melimpah di wilayah Kabupaten Semarang ini. Sementara itu industri mie instan masih mengimpor sayur kering dari luar negeri.
Ketua FEDEP Kabupaten Demak juga menyoroti akan pentingnya keterkaitan antara sektor Pertanian dan Industri di Wilayah Kedungsepur. Banyak
sekali potensi sektor pertanian yang belum diolah secara maksimal seperti hasil buah-buahan yang dapat diolah menjadi sari buah ataupun buah kaleng. Saat ini
hasil buah-buahan dari Kabupaten Demak yang cukup potensial untuk diolah adalah belimbing demak, jambu merah delima dan pisang. Dalam tiga tahun
terakhir hasil produksinya meningkat secara signifikan terutama di Kecamatan Demak dan Wonosalam, Karanganyar dan wilayah lainnya.
Surplus produksi beras telah mendorong berkembangnya usaha
penggilingan padi sebanyak 164 unit dan yang terbesar adalah Mutiara Prima Demak.
Masih terbuka kesempatan bagi pemilik modal untuk menanamkan investasinya di bidang pengadaan bibit, penyediaan sarana produksi pertanian,
pengolahan beras dan tepung beras. Terbukanya prospek investasi untuk pengolahan jagung menjadi bahan
makanan olahan, pakan ternak dan lain-lain serta kacang hijau menjadi berbagai produk olahan dan pembuatan tepung dengan daerah pemasaran yang masih
terbuka lebar yaitu di wilayah Kota Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Kudus dan kota-kota besar lainnya.
Kabupaten Demak memiliki potensi perikanan yang melimpah baik perikanan laut dan perikanan darat. Pemerintah daerah sedang giat
mengembankan usaha perikanan yaitu melengkapi TPI Morodemak Bonang
dengan pabrik es, stasiun pengisian BBM untuk nelayan dan peningkatan pelayanan yang lebih baik. Untuk mengembangkan usaha pengolahan hasil
perikanan, pengolahan teri nasi, rajungan, tenggiri, tongkol masih terbuka pasar ekspor.
Kepala Bagian Pemerintahan Umum Kota Semarang serta Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kabupaten Semarang menyampaikan bahwa beberapa inisiatif
kerjasama daerah yang telah disepakati kadang terputus atau tersendat-sendat pelaksanaannya, karena masalah dana. Kerjasama antar daerah yang tergolong
kurang maju dan kurang memilki sumber daya, umumnya sulit terjaga kesinambungannya bila tidak ada penyandang dana. Karena itu tingkat pemerintah
yang lebih tinggi diharapkan membantu, atau bila kerjasama ini memiliki prospek ekonomi yang baik, maka pihak swasta di ajak berpartisipasi.
Dari uraian tersebut di atas dan melihat hasil wawancara dengan beberapa narasumber, dapat dilihat bahwa:
• Keterkaitan antar daerah di Wilayah Kedungsepur paling kuat terjadi di daerah Pantura yaitu antara Kota Semarang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten
Demak serta keterkaitan yang terjadi pada jalur selatan yaitu antara Kota Semarang dan Kabupaten Semarang. Hal tersebut didorong oleh peranan Kota
Semarang sebagai pusat kegiatan serta tercukupinya jaringan infrastruktur yang ada seperti jalur pantura yang merupakan jalan nasional yang cukup luas
serta jalur selatan Semarang-Solo yang juga cukup memadai. Disamping itu kedua jalur jalan utama tersebut mampu mengakses pelabuhan Tanjung Emas
serta Bandara A. Yani dengan baik.
• Keterkaitan tersebut di atas paling dominan ditunjukkan oleh keterkaitan sektor Industri yaitu berupa bahan baku, tenaga kerja serta pemasaran hasil-
hasil produksi di Wilayah Kedungsepur. • Sektor pertanian memiliki potensi yang cukup besar jika dikaitkan dengan
sektor industri, terutama industri yang mengolah hasil hasil pertanian. Daerah yang memiliki keterkaitan sektor pertanian meliputi: Kabupaten Kendal,
Demak, Semarang dan Grobogan. • Keterkaitan antar daerah hinterland Semarang belum begitu menonjol hal ini
disebabkan jaringan infrastruktur jalan yang menghubungkan daerah-daerah tersebut masih terbatas seperti jalur Kabupaten Semarang-Kabupaten Kendal
dan jalur antara Kabupaten Semarang-Grobogan-Demak.
4.5 Temuan Studi