mengenai Indeks Pembangunan Manusia di Wilayah Kedungsepur terangkum dalam tabel III.7
TABEL III.7 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH KEDUNGSEPUR
Provinsi Kabupaten
Kota Usia Harapan
Hidup Tahun
Angka Melek Huruf
Rata-Rata Lama Sekolah
Tahun Pengeluaran
Per Kapita 000 RP
IPM 1999 2002 1999 2002 1999 2002 1999 2002 1999 2002
JAWA TENGAH 68,3
68,9 84,8
85,7 6,0
6,5 583,8
594,2 64,5
66,3 Kota
Semarang 70,2 70,4
93,6 95,5
8,7 10,0
591,5 615,8
70,2 73,6
Kab. Kendal 64,7
65,0 84,3
88,6 5,4
6,5 584,9
604,6 62,1
65,5 Kab. Demak
68,7 68,9
89,2 85,8
6,1 6,4
583,6 595,8
65,9 66,4
Kab. Semarang 70,6
71,3 89,4
88,5 6,6
6,8 591,0
607,8 67,9
69,5 Kab.
Grobogan 67,8 68,1
85,6 86,5
5,6 6,3
585,0 589,3
64,2 65,5
Kota Salatiga 69,5
70,2 95,7
93,3 9,2
9,5 602,7
617,9 71,5
72,8
Sumber : Indonesia Human Development Report 2004, BPS BAPPENAS
3.4. Kondisi Perekonomian
3.4.1 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap
kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Titik berat pembahasan struktur dan pertumbuhan ekonomi adalah
masalah pertumbuhan yaitu tentang laju pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di Wilayah Kedungsepur.
Berdasarkan pada Tabel III.8, secara riil atas dasar harga konstan 2000, struktur ekonomi pada kabupatenkota kawasan Kedungsepur bervariasi. Struktur
ekonomi Kota Semarang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang didominasi oleh sektor Industri Pengolahan. Kabupaten Demak dan Kabupaten
Grobogan berstruktur Pertanian. Sementara itu struktur ekonomi Kota Salatiga didominasi oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
Struktur ekonomi Kota Semarang didominasi oleh sektor Industri Pengolahan yang menyumbang sebesar 40,34 dari total PDRB, namun tidak
boleh diabaikan begitu saja kontribusi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang pembentukan PDRB sebesar 17,73 . Apabila dilihat dari
tenaga kerja yang terserap, Industri Pengolahan menyerap tenaga kerja sekitar
TABEL III.8 RATA-RATA KONTRIBUSI SEKTOR EKONOMI TERHADAP PDRB
WILAYAH KEDUNGSEPUR TAHUN 2005 Sektor
Kota Smg
Kab. Kendal
Kab. Demak
Kab. Smg
Kab. Grobogan
Kota Salatiga
Pertanian 1,28 24,08
42,93 13,34
41,65 6,54
Pertambangan dan Penggalian 0,32 0,90 0,21
0,12 1,40 0,48
Industri Pengolahan 40,34
40,11 11,32
47,03 3,44 19,79
Listrik, Gas, dan Air Bersih
1,33 1,06
0,66 0,81
1,41 4,51
Konstruksi 13,63 2,74
6,59 3,79 4,39
4,30 Perdagangan,
Hotel dan Restoran 17,73
18,39 20,27
21,78 17,84
16,83 Pengangkutan
dan Komunikasi 9,48
2,36 4,40
2,08 3,21
24,01 Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
4,05 2,50
3,70 3,15
9,20 6,83
Jasa-jasa 11,83 7,86
9,92 7,91
17,46 16,70
Jumlah 100 100 100
100 100 100
Sumber : Kabupaten Kota Dalam Angka 2006, data diolah
30 dari total pekerja dan cenderung meningkat selama kurun waktu 2 002- 2005, sedangkan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran menyerap sekitar 22 .
Mengingat sektor Industri pengolahan mempunyai nilai tambah yang tinggi dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar, maka industri yang ada sekarang
terutama industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi perlu dikembangkan secara optimal dengan melalui pemberian insentif perpajakan atau
kemudahan prosedur bagi pelaku usaha yang ingin mengembangkan usahanya. Perekonomian di Kota Salatiga didukung oleh tiga sektor utama, yaitu
sektor Pengangkutan dan Komunikasi 24,01 sektor industri dan pengolahan 19,79 dan sektor Jasa 16,7 . Kabupaten Demak dan kabupaten Grobogan
menggantungkan diri pada sektor pertanian yang masing-masing memiliki kontribusi lebih dari 40. Ini menunjukkan bahwa di kedua kabupaten tersebut
merupakan wilayah agraris, dimana perekonomiannnya sebagian besar ditopang oleh sektor pertanian. Pada umumnya daerah agraris dalam pembentukan PDRB
banyak bergantung pada alam, dan rata-rata pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan daerah industri. Hal ini dibuktikan dengan PDRB total di
Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan yang lebih rendah dibandingkan dengan PDRB total kabupatenkota lainnya di Kawasan Kedungsepur kecuali
Kota Salatiga. Struktur ekonomi yang bertumpu pada sektor Industri Pengolahan selain di
Kota Semarang adalah di Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang. Di Kabupaten Kendal kontribusi Industri Pengolahan sebesar 40,11 , sedangkan di
Kabupaten Semarang, sektor industri dan pengolahan memberikan kontribusi
sebesar 47,03 . Sektor yang kegiatannya mengolah lebih lanjut hasil pertanian dan pertambangan menjadi produk yang lebih bermanfaat ini mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam perekonomian kabupaten Kendal dan kabupaten Semarang.
3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi