Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’
4.2.7 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’
4.2.7.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’
Ada empat leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘sangat masak’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (1985 dan 2001: 805, 797, 515, 520, 685). Leksem-leksem tersebut adalah: riek a masak dan kering sekali, mengering (tentang buah kelapa) (KBAI:805)
reuntah a masak sekali (tentatg padi) (KBAI:797) leubaih a sangat ranum, lodoh, terlalu masak untuk buah-buahan), gelap (utk warna)
(KBAI:515) leuiet a sangat masak (utk nasi) (520)
Ke-4 adjektiva ‘sangat masak’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) gradasi (positif, komparatif, dan superlatif; (2) ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (3) wujud objek (buah-buahan, buah kelapa, padi, dan makanan); dan posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.18 Analisis Komponen Makna ‘Sangat Masak’
Komponen Makna
Pasangan No.
Posisi/Keadaaan Sinonim
Ragam
Gradasi
Wujud Objek
1. riek - + -
2. reuntah -
3. leubaih -
4. leuiet - 4. leuiet -
1. komponen makna positif
7. komponen makna buah kelapa
2. komponen makna komparatif
8. komponen makna padi
3. komponen makna superlatif
9. komponen makna makanan
4. komponen makna kata umum
10. masak karena perlakuan manusia
5. komponen makna kata khusus
11. msaka secara alami
6. komponen makna buah-buahan
12. masak seteah dipetik
4.2.7.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’
Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.
*riek *reuntah
7. hana mangat lé boh mamplam nyoe, leubaih
asoe jih
*leuiet
Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) *Hana mangat lé boh mamplam “*Mangga ini tidak enak lagi karena
nyoe, ka riek asoe jih. sudah terlalu tua dan kering.” (2) *Hana mangat lé boh mamplam
“*Mangga ini tidak enak lagi karena nyoe, ka reuntah asoe jih.
sudah terlalu masak.” (3) Hana mangat lé boh mamplam
“Mangga ini tidak enak lagi karena sudah nyoe, ka leubaih asoe jih.
terlalu lodoh.”
(4) *Hana mangat lé boh mamplam “*Mangga ini tidak enak lagi karena nyoe, ka leuiet asoe jih.
sudah terlalu matang.”
Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam itu berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem riek biasanya digunakan Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam itu berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem riek biasanya digunakan
Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama, bahkan juga ada yang merupakan leksem khusus yang hanya digunakan pada referen tetap, misalnya pada buah-buahan, kelapa, dan padi. Akan tetapi dalam bahasa Indonesia leksem yang menyatakan ‘sangat masak’ untuk buah-buahan adalah ranum dan lodoh, sedangkan untuk keadaan padi atau buah kelapa biasanya digunakan leksem tua, tidak ada istilah khusus. Perhatikan contoh berikut!
(7a) Mangga ini sudah ranum. (7b) Mangga ini sudah lodoh. (7c) Buah kelapa ini sudah tua.
Dalam bahasa Aceh, sifat sangat masak ini ini dinyatakan dalam leksem berbeda. Kelima leksem tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut. (7d) Boh mamplam nyoe ka leubaih.
“Mangga ini sudah ranum.” (7e) Boh u nyoe ka riek ka, jeut dipèt.
“Kelapa ini sudah tua.” (7f) Padée nyoe reuntah that ka habéh lurôh.
“Padi ini sudah tua dan luruh.”
Kalimat (7a) dan (7b) dmenyatakan makna dan referen yang sama yaitu keadaan sangat masak untuk buah-buahan yang berkulit tipis, sedangkan Kalimat (7c) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia untuk buah- buahan yang memiliki kulit yang lebih tebal dari daging buahnya. Kalimat (7d) merupakan leksem umum dalam bahasa Aceh untuk menyatakan keadaan sangat masak untuk buah-buahan yang berkulit tipis, kalimat (7e) hanya digunakan untuk referen buah kelapa, dan kalimat (7f) digunakan untuk referen padi.