Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecil’
4.2.5 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecil’
4.2.5.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kecil’
Ada lima leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘kecil’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem tersebut adalah sebagai berikut. cé, cék a kecil (KBAI:122) culib, culil a kecil tapi kuat (KBAI:148) saghi, sari a kecil, dibawah umur (KBAI:832) ubit, bubit, ubeut a kecil, sekecil (KBAI:1026) cut a kecil (KBAI:150)
Ke-5 adjektiva ‘kecil’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) bernyawa/tidak bernyawa (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda); (2) ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); dan (3) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.16 Analisis Komponen Makna ‘Kecil’
Komponen Makna
Pasangan
Bernyawa/Tidak
Ragam
No. Sinonim
Posisi/Keadaan Objek
Bernyawa
Bahasa
1. Cèk +
Komponen Makna
Pasangan
Bernyawa/Tidak
Ragam
No. Sinonim
Posisi/Keadaan Objek
1. komponen makna manusia
8. kecil sebagai sifat asli
2. komponen makna hewan
9. kecl sebagai sebutan
3. komponen makna tumbuhan
10. kecil ukuran
4. komponen makna benda
11. kecil karena umur
5. komponen makna kata umum
12. mengandung dua sifat
6. komponen makna kata khusus
7. kecil akibat perlakuan
4.2.5.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecil’
Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.
cèk *culib
5. bajèe nyoe *saghi
that, han jeuet lôn sôk
ubit *cut
Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) Bajèe nyoe cèk that, han
‘Baju ini kecil sekali, tidak muat ‘Baju ini kecil sekali, tidak muat
dipakai.’
(2) *Bajèe nyoe culib that, ‘*Baju ini kecil dan kuat, tidak muat han jeuet lôn sôk.
dipakai.’
(3) *Bajèe nyoe saghi that, ‘*Baju ini kecil sekali, tidak muat han jeuet lôn sôk.
dipakai.’
(4) Bajèe nyoe ubit that, ‘Baju ini kecil sekali, tidak muat han jeuet lôn sôk.
dipakai.’
(5) *Bajèe nyoe cut that, ‘*Baju ini kecil sekali, tidak muat han jeuet lôn sôk.
dipakai.’
Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem ke dalam kalimat itu berterima. Kelima leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun,
secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem ubit dan cèk merupakan leksem umum yang mengacu pada referen manusia, binatang, tumbuhan, maupuan benda. kedua leksem ini dapat diidentifikasikan sebagai wujud bawaan dari benda, kecil akibat perlakuan manusia, maupun kecil yang mengacu pada ukuran akibat pertumbuhan yang tidak seimbang. Leksem culib merupakan leksem khusus yang mengandung dua sifat, kecil dan kuat, yang biasanya digunakan untuk referen binatang dan keadaan benda (lentera). Leksem saghi merupakan leksem khusus yang mengacu pada sifat kecil yang disebabkan belum cukup umur. Selanjutnya, leksem cut merupakan leksem yang mengacu pada bentuk dan ukuran kecil yang diperuntukan untuk cabai. Dari uraian dapat dikatakan bahwa leksem ubit dan cèk merupakan pasangan sinonim yang dapat saling menggantikan, sedangkan leksem culib, saghi, cut merupakan leksem yang tidak bisa dipertukarkan secara bebas walaupun juga memiliki makna yang sama.
Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem yang Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem yang
(5a) Sejak kecil dia sudah tinggal pergi ibunya. (5b) Dia sangat suka memakai rok mini. (5c) Usaha mikro saat ini mulai berkembang.
Dalam bahasa Aceh, sifat kecil ini dinyatakan dalam lima leksem. Kelima leksem tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut.
(5d) Boh kayèe nyoe cèk ngon ‘Buah ini masih kecil, belum bisa putik, gohlom jeuet ta pèt.
dipetik.’
(5e) Panyot nyan culib that hue. ‘Lentera ini kecil, tapi kuat nyalanya.’ (5f) Aneuk nyang saghi han jeuet
‘Anak yang masih di kecil tidak boleh deungo haba ureung chik.
mendengar pembicaraan orang dewasa.’ (5g) Lôn galak kungieng aneuk
‘Saya suka sekali melihat anak kecil ubit nyang carong-carong.
yang pintar-pintar.’
(5h) Campli cut nyoe keueueng that. ‘Cabai rawit ini sangat pedas.’
Kalimat (5a) s.d. (5h) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu sifat kecil. Kalimat (5a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada ukuran kesil sebuah referen. Kalimat (5b) dan (5c) merupakan leksem khusus yang dipakai dalam bidang-bidang tertentu. Kalimat (5d) dan (5g) merupakan leksem umum dalam bahasa Aceh yang menyatakan ukuran kecil sebuah benda. kalimat (5e) merupakan leksem khsus yang juga digunakan untuk referen khusus karena leksem ini mengandung makan kecil tetapi kuat. Kalimat (5f) merupakan leksem khusus untuk menyatakan sifat kecil dalam bentuk usia muda, dan kalimat (5h) merupakan leksem khusus untuk menyatakan sifat kecil referen tertentu seperti cabai rawit.