Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’
4.2.4 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’
4.2.4.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Tuli’
Ada empat leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘tuli’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem tersebut adalah sebagai berikut. tuloe a tuli, pekak, sangat luar biasa (KBAI:1009) Ada empat leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘tuli’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem tersebut adalah sebagai berikut. tuloe a tuli, pekak, sangat luar biasa (KBAI:1009)
Ke-4 adjektiva ‘tuli’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) gradasi (positif, komparatif, superlatif); (2) nilai rasa (netral, halus, dan kasar); (3) ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); dan (4) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Analisis Komponen Makna ‘Tuli’
Komponen Makna
No Pasangan
Posisi/Keadaan .
Nilai Rasa
1. komponen makna positif
8. komponen makna kata khusus
2. komponen makna komparatif
9. komponen makna tuli bawaan
3. komponen makna superlatif
10. tuli karena perlakuan
4. komponen makna netral
11. sengaja menulikan
5. komponen makna halus
12. mengandung dua sifat
6. komponen makna kasar
7. komponen makna kata umum
4.2.4.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’
Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.
tuloe beungkak
4. geulinyueng lôn that
klo peukak
Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) Geulinyueng lôn that tuloe.
‘Telinga saya sangat pekak’. (2) Geulinyueng lôn that beungkak.
‘Telinga saya sangat pekak’. (3) Geulinyueng lôn that klo.
‘Telinga saya sangat pekak’. (4) Geulinyueng lôn that peukak.
‘Telinga saya sangat pekak’.
Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam kalimat itu berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Secara semantis pun semua leksem itu juga dapat berterima. Leksem klo dan peukak merupakan leksem umum yang digunakan untuk menyatakan penyakit akibat gangguan pendengaran (tuli). Leksem klo mengandung nilai rasa netral, terjadi akibat perlakuan manusia dan biasanya tuli yang dimaksudkan oleh leksem ini juga mengacu pada bisu tuli, sedangkan leksem peukak mengandung nilai rasa halus dan kemungkinan menderita tuli sejak bawaan lahir. Leksem beungkak memiliki gradasi yang lebih tinggi dari klo dan peukak. Beungkak memiliki nilai rasa lebih kasar dan merupakan kata khusus. Beungkak bisa disebabkan oleh bawaan sejak lahir, perlakuan manusia maupun kesengajaan orang yang berpura-pura tuli. Leksem tuloe memiliki nilai rasa paling kasar dan gradasi paling tinggi dari ketiga leksem Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam kalimat itu berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Secara semantis pun semua leksem itu juga dapat berterima. Leksem klo dan peukak merupakan leksem umum yang digunakan untuk menyatakan penyakit akibat gangguan pendengaran (tuli). Leksem klo mengandung nilai rasa netral, terjadi akibat perlakuan manusia dan biasanya tuli yang dimaksudkan oleh leksem ini juga mengacu pada bisu tuli, sedangkan leksem peukak mengandung nilai rasa halus dan kemungkinan menderita tuli sejak bawaan lahir. Leksem beungkak memiliki gradasi yang lebih tinggi dari klo dan peukak. Beungkak memiliki nilai rasa lebih kasar dan merupakan kata khusus. Beungkak bisa disebabkan oleh bawaan sejak lahir, perlakuan manusia maupun kesengajaan orang yang berpura-pura tuli. Leksem tuloe memiliki nilai rasa paling kasar dan gradasi paling tinggi dari ketiga leksem
Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem yang menyatakan ‘tuli’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, leksem yang digunakan adalah tuli dan pekak. Perhatikan contoh berikut!
(4a) Pendengaran orang itu sudah tuli. (4b) Telinga saya mejadi pekak mendengar dengung suara mobil.
Dalam bahasa Aceh, sifat tuli ini dapat dinyatakan dalam empat leksem yang telah disebutkan tanpa megalami perbedaan makna yang mencolok. Perhatikan perbandingan contoh berikut! (4c) Geulinyueng jih that tuloe.
‘Telinganya sangat pekak.’ (4d) Geulinyuen jih that beungkak.
‘Telinganya sangat pekak.’ (4e) Geulinyueng jih that klo.
‘Telinganya sangat pekak.’ (4f) Geulinyueng jih that peukak.
‘Telinganya sangat pekak.’
Kalimat (4a) s.d. (4f) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu sifat tuli. Kalimat (4a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada gangguan pendengaran secara permanen, sedangkan kalimat (4b) merupakan leksem yang menyatakan keadaan tuli dengan waktu relatif singkat yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau perlakuan manusia. Kalimat
(4c) s.d. (4f) dalam bahasa Aceh dapat berterima. Perbedaannya hanya terletak pada gradasi dan tingkatan nilai rasa seperti yang telah dijelaskan dalam teknik substitusi.