Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’

4.2.3 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’

4.2.3.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’

Ada lima belas leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘kecantikan fisik’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem- leksem tersebut adalah sebagai berikut. maleh a cantik (KBAI:570) peureumoe a permai, indah, bagus, cantik, jelita, juwita (dlm hik) (KBAI:708) rupaan a rupawan, cantik, indah, bagus serasi (dlm hik) (KBAI:827) sambinoe a jelita, cantik, molek, manis, bagus, indah (KBAI:839) samlakoe a jelita, cantik, cakap rupanya (untuk laki-laki) (KBAI:840) tari a lagak, cantik, manis, jelita, memberahikan (KBAI:943) canték a cantik, rapi, lentik (KBAI:118) Ada lima belas leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘kecantikan fisik’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem- leksem tersebut adalah sebagai berikut. maleh a cantik (KBAI:570) peureumoe a permai, indah, bagus, cantik, jelita, juwita (dlm hik) (KBAI:708) rupaan a rupawan, cantik, indah, bagus serasi (dlm hik) (KBAI:827) sambinoe a jelita, cantik, molek, manis, bagus, indah (KBAI:839) samlakoe a jelita, cantik, cakap rupanya (untuk laki-laki) (KBAI:840) tari a lagak, cantik, manis, jelita, memberahikan (KBAI:943) canték a cantik, rapi, lentik (KBAI:118)

1 gunjak a cantik, gagah (KBAI:264) jroh a indah, cantik, bagus, baik. cantik rupa dan perangainya (KBAI:350)

candén a cantik, jelita (KBAI:116) lagak a lagak, berlagak, bergaya (dalam cara berpakaian) (KBAI:484) bahie n pesolek, dikatakan terhadap seseorang yang sudah tua tapi masih tetap bersolek (KBAI:49)

Ke-15 adjektiva ‘kecantikan fisik’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); (2) ragam bahasa (kata umum, kata khusus, dan klasik); (3) makna konotasi (positif dan negatif); dan (4) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14 Analisis Komponen Makna ‘Kecantikan Fisik’

Komponen Makna

No. Pasangan Sinonim

Jenis

Ragam Bahasa

Konotasi

Posisi/Keadaan Objek

Kelamin

1. maleh

2. peureumoe

3. rupaan

4. sambinoe

5. samlakoe

6. tari

7. canték

8. ceudaih

9. meuch’ak

10. dhiet

11. gunjak

12. jroh

13. candén

Lanjutan tabel…

Komponen Makna

No. Pasangan Sinonim

Jenis

Ragam Bahasa

Konotasi

Posisi/Keadaan Objek

Kelamin

14. lagak

15. bahie

keterangan:

1. komponen makna laki-laki

2. komponen makna perempuan

3. komponen makna kata umum

4. komponen makna kata khusus

5. komponen makna klasik

6. komponen makna konotasi positif

7. komponen makna konotasi negatif

8. cantik sifat asli/bawaan

9. cantk karena perlakuan manusia

10. cantik wajah

11. cantik wajah dan perilaku

12. cantik badan

13. cantikk karena pakaian

14. cantik dan pintar

4.2.3.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

maleh peureumoe rupaan sambinoe *samlakoe tari canték

3. that ceudaih

inong nyan

meuch’ak dhiet *gunjak jroh candén lagak bahie

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) That maleh inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’ (2) That peureumoe inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’ (3) That rupaan inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’

(4) That sambinoe inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (5) *That samlakoe inong nyan.

‘*Perempuan itu sangat tampan.’ (6) That tari inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’

(7) That canték inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (8) That ceudaih inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’ (9) That meuch’ak inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’ (10) That dhiet inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’ (11) *That gunjak inong nyan.

‘*Perempuan itu sangat gagah.’ (12) That jroh inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’ (13) That candén inong nyan.

‘Perempuan itu sangat cantik.’

(14) That lagak inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (15) That bahie inong nyan.

‘Perempuan itu sangat pesolek.’

Secara gramatikal, penyubstitusian ke-15 leksem ke dalam kalimat itu berterima. Ke-15 leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem lagak merupakan leksem umum yang digunakan untuk menyatakan kecantikan fisik secara umum. Leksem maleh, peureumoe, rupaan, sambinoe, tari, canték, ceudaih, meuch’ak, dhiet, jroh, candén, bahie, dan peungeuroe merupakan leksem yang mengacu pada kecantikan fisik yang dimiliki oleh wanita baik itu merupakan kecantikan asli maupun karena perlakuan manusia. Leksem maleh, peureumoe, rupaan, sambinoe, canték, dan ceudaih adalah leksem yang sering digunakan untuk menyatakan kecantikan wajah yang dimiliki seseorang sebagai bawaan dari lahir, leksem candén mengacu pada kecantikan kulit yang putih, sedangkan tari, meuch’ak, dhiet, jroh, bahie, dan peungeuroe mengacu pada kecantikan yang disebabkan perlakuan manusia seperti karena pakaian, dan polesan make-up. Selain itu, ada juga leksem yang tidak hanya memiliki satu kecantikan saja, tetapi juga didukung oleh hal baik lainnya seperti leksem jroh yang menyatakan kecantikan wajah dan perilaku, dan ceudaih yang menyatakan cantik dan pintar.

Leksem meuch’ak dan bahie mengandung nilai konotasi negatif karena leksem ini mengacu pada perbuatan seseorang yang membuat dirinya cantik untuk menarik perhatian. Leksem bahie bahkan memiliki nilai rasa yang lebih kasar daripada meuch’ak. Leksem samlakoe dan gunjak hanya digunakan untuk laki-laki. Samlakoe mengacu pada kecantikan alami yang dimilki sejak lahir dan gunjak mengacu pada kecantikan yang disebabkan oleh perlakuan manusia. Selain itu, ada Leksem meuch’ak dan bahie mengandung nilai konotasi negatif karena leksem ini mengacu pada perbuatan seseorang yang membuat dirinya cantik untuk menarik perhatian. Leksem bahie bahkan memiliki nilai rasa yang lebih kasar daripada meuch’ak. Leksem samlakoe dan gunjak hanya digunakan untuk laki-laki. Samlakoe mengacu pada kecantikan alami yang dimilki sejak lahir dan gunjak mengacu pada kecantikan yang disebabkan oleh perlakuan manusia. Selain itu, ada

Dari uraian data dikatakan bahwa leksem maleh, peureumoe, rupaan, sambinoe, tari, canték, ceudaih, meuch’ak, dhiet, jroh, candén, lagak, bahie, dan peungeuroe adalah pasangan sinonim karena dapat saling ditukarkan dan mengacu pada referen perempuan. Leksem samlakoe dan gunjak merupakan pasangan sinonim yang ditujukan untuk laki-laki.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi dan referen yang berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem yang menyatakan ‘kecantikan fisik’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, leksem yang menyatakan ‘kecantikan fisik’ tidak sebanyak leksem dalam bahasa aceh. Leksem yang digunakan adalah cantik, ayu, dan jelita. Leksem cantik digunakan secara umum untuk menyatakan kecantikan wajah yang dimiliki seorang wanita. Leksem ayu memiliki gradasi leih tinggi daripada leksem cantik. Leksem jelita ini biasanya digunakan serangkai dengan leksem cantik dan gradasinya lebih tinggi dari cantik dan ayu dan leksem ini juga lazim digunakan dalam ragam sastra. Perhatikan contoh berikut!

(3a) Wanita itu berparas cantik. (3b) Wanita itu berparas ayu. (3c) Wanita itu berparas jelita.

Dalam bahasa Aceh, sifat cantik ini dapat dinyatakan dalam delapan leksem. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

(3d) Dara nyan maleh that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3e) Dara nyan peureumoe that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’ (3f) Dara nyan sambinoe that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’ (3g) Dara nyan tari that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’ (3h) Dara nyan canték that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’ (3i) Dara nyan ceudaih that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’ (3j) Dara nyan candén that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’ (3k) Dara nyan lagak that rupa.

‘Gadis itu berparas cantik.’

Kalimat (3a) s.d. (3k) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu sifat cantik pada perempuan. Kalimat (3a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia, (3b) merupakan leksem yang menyatakan keadaan ‘lebih’ dari (3a), dan (3c) merupakan leksem khusus yang gradasinya lebih tinggi dari (3a) dan (3b) dan digunakan dalam ragam sastra. Kalimat (3d), (3e) dan (3f) merupakan leksem dalam bahasa Aceh yang digunakan dalam ragam sastra yang ditujukan untuk putri bangsawan. Kalimat (3g) menyatakan kecantikan yang disebabkan karena keindahan pakaian yang digunakan. Kalimat (3h), (3i), dan (3k) mepakan leksem umum yang digunakan untuk menyatakan cantik pada wanita. Leksem (3j) merupaka leksem khusus yang diperuntukkan bagi perempuan yang memiliki kecantikan karena memiliki kulit yang putih.