Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Mengkal’
4.2.8 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Mengkal’
4.2.8.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Mengkal’
Ada enam leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘mengkal’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem- leksem tersebut adalah: nyèn a setengah masak (khusus utk buah pinang) (KBAI:645)
jeureukat a setengah masak (KBAI:342)
binyèt a tidak masak betul, setengah masak (utk nasi) (KBAI:87) buriek a tidak seluruhnya masak, setengah matang, belum seluruhnya ditumbuk
(KBAI:108) pateuen a setengah masak, hampir masak (utk buah kelapa) (KBAI:683)
Ke-6 adjektiva ‘mengkal’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) Ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (2) wujud objek (buah-buahan, Ke-6 adjektiva ‘mengkal’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) Ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (2) wujud objek (buah-buahan,
Tabel 4.19 Analisis Komponen Makna ‘Mengkal’
Komponen Makna Pasangan
Ragam
No.
Posisi/Keadaan Objek Sinonim
Wujud Objek
2. binyèt
3. buriek
4. pateuen
5. nyèn
6. jeureukat
keterangan.
1. komponen makna kata umum
7. mengkal karena perbuatan
2. komponen makna kata khusus
manusa
3. komponen makna buah-buahan
8. mengkal secara alami
4. komponen makna pinang
9. mengkalbisa dimakan
5. komponen makna kelapa
10. mengkal tidak bisa dimakan
6. komponen makna nasi
4.2.8.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Mengkal’
Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat
beungkai
*binyèt buriek
8. boh mamplam nyoe ka jeuet tapét
*pateuen
*nyèn *jeureukat
Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) Boh mamplam nyoe ka
“Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa beungkai jeuet tapét.
dipetik.” (2) *Boh mamplam nyoe ka “*Mangga ini sudah mengkal, sudah
binyèt jeuet tapét.
bisa dipetik.”
(3) Boh mamplam nyoe ka “Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa buriek jeuet tapét.
dipetik.”
(4) *Boh mamplam nyoe “*Mangga ini sudah mengkal, sudah ka pateuen jeuet tapét.
bisa dipetik.”
(5) *Boh mamplam nyoe ka “*Mangga ini sudah mengkal, sudah nyèn jeuet tapét.
bisa dipetik.”
(6) *Boh mamplam nyoe “*Mangga ini sudah mengkal, sudah ka jeureukat jeuet tapét.
bisa dipetik.”
Secara gramatikal, penyubstitusian keenam leksem ke dalam itu berterima. Keenam leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem beungkai dan buriek digunakan untuk menyatakan keadaan buah-buahan yang masih mengkal secara umum. Leksem binyèt hanya digunakan pada referen berupa nasi yang masih setengah matang. Leksem pateuen biasanya digunakan untuk menyatkan keadaan buah kelapa yang hampir masak. Leksem nyèn dan jeureukat hanya digunakn untuk buah pinang yang juga hampir masak.
Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada referen berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya digunakan leksem mengkal untuk menyatakan keadaan setengah masak untuk buah- buahan secara umum, sedangkan untuk buah kelapa dan buah pinang tidak ada leksem khusus. Perhatikan contoh berikut!
(8a) Mangga ini masih mengkal, rasanya sangat asam. Dalam bahasa Aceh, sifat mengkal dinyatakan dengan leksem yang berbeda untuk referen yang berbeda pula. Perbedaan itu dapat dilihat dalam contoh berikut. (8b) Boh mamplam nyan le ka
‘Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa beungkai ka jeuet tapèt.
dipetik.’
(8c) Bèk kapèt boh buriek, rugoe ‘Jangan dipetik buah yang masih hana soe pajôh!
mengkal, tidak bisa dimakan!’ (8d) U pateuen nyan dikap lé tupèe.
‘Kelapa mengkal ini digigit oleh tupai.’ (8e) Pineung nyoe nyèn that asoe.
‘Pinang ini isinya masih mengkal.’ (8f) Pineung nyoe jeureukat that asoe.
‘Pinang ini isinya masih mengkal.’
Kalimat (8a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada keadaan buah-buahan yang belum masak, sedangkan daam bahasa Aceh, keadaan belum masak secara umum ini dinyatakan dalam kalimat (8b) dan (8c). Kalimat (8d) digunakan hanya untuk referen buah kelapa, dan kalimat (8e) dan (8f) diguanakn untuk referen buah pinang.