Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bulat’
4.2.10 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bulat’
4.2.10.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Bulat’
Ada lima leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘bulat’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001:). Leksem-leksem tersebut adalah: bulat a bulat, (ki) telanjang, polos, tanpa sesuatu perhiasan, tanpa pakaian atau
senjata, utuh, sendiri, tertuju seluruh perhatian kpd sesuatu, berketetapan hati (KBAI:105)
bunta a bundar, bulat (KBAI:108) bunthok a bulat (KBAI:108) kumbob a gembung, bulat, membengkak, menggelembung (ump pipi) (KBAI:468) tu’ob a bulat (ump muka, juga badan), gemuk sekali, pendek dan gemuk
(KBAI:1019) Ke-5 adjektiva ‘bulat’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) bernyawa/tidak bernyawa (manusia dan benda); (2) Ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); dan (3) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.21 Analisis Komponen Makna ‘Bulat’
Komponen Makna
Posisi/Keadaan No. Pasangan Sinonim
Bernyawa/Tidak
5. tu’ob
keterangan
1. komponen makna manusia
5. bulat sebagai sifat dasar
2. komponen makna benda
6. bulat muka
3. komponen makna kata umum
7. bulat badan
4. komponen makna kata khusus
4.2.10.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bulat’
Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinonim.
bulat bunta
muka jih
10. that bunthok
*kumbob tu’ob
Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) That bulat muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’
(2) That bunta muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’ (3) That bunthok muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’ (4) *That kumbob muka jih. ‘*Mukanya sangat bulat.’ (5) That tu’ob muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’
Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem ke dalam itu berterima. Kelima leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem bulat merupakan leksem umum yang ditujukan untuk menyatakan keadaan bulat pada sebuah benda, terkadang juga dipergunakan pada manusia jika menyangkut bentuk fisiknya. Leksem bunta, bunthok, dan tu’ob merupakan eksem khusus yang menyatakan bentuk bulat wajah manusia, sedangkan leksem kumbob menyatukan bentuk bulat pada bagian pipi manusia.
Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada referen dan situasi berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya
digunakan leksem bulat, bundar dan lingkaran. Leksem bulat dan bundar digunakan untuk menyatakan keadaan bentuk ‘bulat’ baik pada bentuk wajah dan tubuh
manusia maupun pada bentuk dasar benda, sedangkan lignkaran digunakan sebagai sebutan bagi bangun datar. Perhatikan contoh berikut!
(10a) wajahnya bulat. (10b) Wajahnya bundar. (10c) Lingkaran adalah bangun ruang yang memiliki diameter dan jari-jari.
Bandingkan dengan contoh dalam bahasa Aceh.
(10d) Bola nyan bentuk jih bulat. ‘Bola itu bentuknya bulat.’ (10e) Muka aneuknya bunta.
‘Wajah anak itu bulat.’ (10f) Mukajih bunthok that.
‘Wajahnya bulat sekali.’ (11g) Muka aneuk nyan tu’ob that.
‘Wajah anak itu bulat sekali.’ Kalimat (10a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa
Indonesia yang menayatakan bentuk bulat secara umum dan dalam bahasa Aceh dinyatakan dalam kalimat (10d). Kalimat (10b) merupakan leksem khusus karena lekem bundar ini lebih mengacu kepada bentuk bulat yang mengandung volume. Kalimat (10c) merupakan istilah dalam matematika untuk mendefinisikan bentuk bulat sebuah bangun datar. Kalimat (10e), (10f), dan (10g) merupakan leksem khusus yang digunakan untuk menyatakan bentuk wajah yang bulat.