Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Malu’
4.2.9 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Malu’
4.2.9.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Malu’
Ada tiga leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘malu’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem tersebut adalah sebagai berikut. malèe a malu (KBAI:569)
kanjai, ganjai a sangat memalukan (KBAI:374) sipu a sipu, malu (KBAI:888)
Ketiga adjektiva ‘malu’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1) ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (2) gradasi (positif, komparatif, dan superlative); (3) konotasi (positif dan negatif); dan (4) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.20 Analisis Komponen Makna ‘Malu’
Komponen Makna
Posisi/keadaa No. Pasangan Sinonim
n Objek
1. malèe;
2 kanjai
- - + - Keterangan
3. sipu
1. komponen mana kata umum
6. komponen mana konotasi positif
2. komponen mana kata khusus
7. komponen mana konotasi negatif
3. komponen mana positif
8. malu sebagai sifat dasar
4. komponen mana komparatif
9. malu karena keadaan
5. komponen mana superlatif
10. memalukan diri sendiri
4.2.9.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Malu’
Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar- benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.
malèe
9. lôn meurasa *kanjai
lam hate lôn
sipu
Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) Lôn meurasa malèe lam hate lôn. ‘Saya merasa malu dalam hati.’
(2) *Lôn meurasa kanjai lam hate lôn. ‘Saya merasa sangat malu dalam hati.’ (3) Lôn meurasa sipu lam hate lôn.
‘Saya merasa tersipu dalam hati.’
Secara gramatikal, penyubstitusian ketiga leksem ke dalam itu berterima. Ketiga leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem malèe merupakan leksem umum yang mengandung nilai rasa netral yang digunakan untuk menyatakan perasan malu, leksem kanjai mengacu pada keadaan yang mengandung konotasi negatif karena sifat ini diidentikkan dengan sifat memalukan diri sendiri, dan leksem sipu merupakan leksem khusus yang nilai rasanya lebih halus daripada kedua leksem yang telah disebutkan.
Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya
(9a) Saya merasa malu jika tidak lulus sekolah. (9b) Gadis itu tersipu-sipu karena dipuji.
Dalam bahasa Aceh, sifat malu dinyatakan dengan tiga leksem yang telah disebutkan di atas. Perbedaan perbandingan itu dapat dilihat dalam contoh berikut. (9c) Ureung nyan hana malèe
‘Orang itu tidak punya malu saat bergaul sagai lam kawan ramèe.
dalam masyarakat.’
(9d) Inong nyan kanjai that, ‘Perempuan itu tidak punya malu sama han jitu’oh peutimang droe.
sekali.’
(9e) Lôn meurasa sipu watèe ‘Saya merasa malu ketika tidak bisa han jeut jaweub soal dari gurèe.
menjawab pertanyaan dari guru.’
Kalimat (9a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada sifat malu yang dimiliki seseorang sebagai sifat yang wajar, sedangkan dalam bahasa Aceh leksem umum yang digunakan adalah seperti yang tertera dalam kalimat (9c). Kalimat (9b) mengacu pada keadaan malu secara sembunyi-sembunyi dan biasanya terefleksi pada rona wajah (wajah memerah) dan dalam bahasa Aceh dinyatakan dengan kalimat (9e). Leksem (9d) lebih mengacu pada perbuatan yang memalukan dan menimbulkan aib sehingga gradasi leksem ini lebih tinggi dan bernilai konotasi negatif dibandingkan kalimat (9c) dan (9e).