Terwujudnya Masyarakat Madani ( Baldah Thayyibah )

3. Terwujudnya Masyarakat Madani ( Baldah Thayyibah )

Lahirnya masyarakat madani merupakan buah dari kebikajan yang dilandasi hikmah kebijaksanaan. Masyarakat madani 70 merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip

moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. 71 Sebaliknya keadaan manusia yang bertentangan dengan ciri-ciri masyarakat

68 Lihat Q.S. asy-Syu'arâ' ; 214 dan hadist Nabi saw : " Mulailah dari dirimu sendiri " HR. Muslim, urutan hadist ke – 1663 . " dan mulailah dari keluargamu " HR. al-Bukhâri, urutan hadis ke 1338. CD al-Kutub

at-Tis'ah.

69 Tim Sosialisasi " Penyemaian Jati Diri Bangsa ", Membangun Kembali Karakter Bangsa, PT Elex Media Komputindo, 2003 H. 63

70 Untuk pertama kali istilah masyarakat madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana Menteri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim. Istilah ini juga sering diterjemahkan dengan civil society (

masyarakat sipil ), walaupun sebenarnya antara keduanya terdapat perbedaan yang cukup signifikan.

71 Salah satu ciri masyarakat madani seperti yang digambarkan oleh al-Qur'an sebagai masyarakat yang diberikan anugerah baldah thayyibah, dengan diterapkannya prinsip-prinsip hikmah dalam kebijakan

kemasyarakatannya. Salah satunya dalam bentuk mensyukuri nikmat Allah dengan cara menerapkannya pada aspek-aspek yang diridlai-Nya. Sebagaimana yang dialami oleh penduduk Saba' ( Yaman ) pada masa-masa awal ketauhidan mereka. Lihat Q.S. Saba' : 15-16. Penduduk Saba' yang dikomandoi oleh seorang perempuan (

madani di antaranya ; kemelut yang diderita umat manusia seperti meluasnya keganasan, sikap melampaui batas dan tidak tasamuh ( toleran ), kemiskinan dan kemelaratan; ketidakadilan dan kebejatan sosial, kejahilan, kelesuan intelektual serta kemuflisan ( kebangkrutan ) budaya adalah menisfestasi kritis masyarakat madani., serta peminggiran rakyat dari proses politik Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri yang khas: kemajemukan budaya (multi cultural), hubungan timbal balik (reprocity), dan sikap saling memahami dan menghargai. Karakter masyarakat madani ini merupakan “ guiding ideas” , yang didasari oleh moralitas, keadilan, keseksamaan, musyawarah dan demokrasi. Masyarakat madani juga ditandai dengan proses penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama, misalnya ; warga negara berkerja sama membangun ikatan sosial, jaringan produktifitas dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-negara, persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan, pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-tamaddun (civility), penuh toleransi, kesediaan

pribadi-pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial. 72

Pola hubungan kerja antara negara (pemerintahan) masyarakat madani (civil society) dan swasta (pasar) berada dalam kerangka keseimbangan peran masing-masing. Dengan institusi dan sumber sosial dan politikya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakkan kohesi ( hubungan yang erat dan perpaduan yang kokoh ), integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian jelas sekali, bahwa kemampuan suatu

Balqis ), pada mulanya adalah penganut ajaran Shinto ( menyembah matahari ). Kemudian melalui tangan Nabi Sulaiman as. Allah memberikan petunjuk kepadanya, sehingga beralih dia dan rakyatnya sebagai penganut ajaran tauhid. ( Lihat Q.S. an-Naml ; 44. Dengan landasan syukur kepada Allah swt, dia dan rakyatnya berhasil membangun negeri Saba' menjadi negeri yang subur, makmur, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, di bawah lindungan dan ampunan Allah swt. Lihat. Al-Biqâ'iyy, Burhân ad-Dîn Abi al-hasan Ibrâhîm ibn 'Umara al-Biqâ'iyy, Nadlm ad-Durarfî Tanâsu al- Ă yât wa as-Suwar, Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1995 Jilid

6, h. 167-168 )

72 ICCE Syahid, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta, 2006. h. 302-303

negara mencapai tujuan-tujuan pembangunan itu sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahannya dimana pemerintah melakukan interaksi dengan masyarakatnya (

Masyarakat Madani / civil society). 73 Seperti dikatakan di depan bahwa tata kepemerintahan yang baik itu merupakan suatu kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan,

kohesi dan keseimbangan peran serta adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh tiga komponen yakni pemerintah (government), rakyat (citizen) atau civil society, dan usahawan

(business) yang berada di sektor swasta (Taschereau dan Campos, 1997; UNDP, 1997). 74 Ketiga komponen itu mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat. Kesamaan derajat

ini akan sangat berpengaruh terhadap upaya menciptakan tata kepemerintahan yang baik. Jika kesamaan derajat itu tidak sebanding, atau tidak terbukti maka akan terjadi pembiasan.

Di dalam tatanan kepemerintahan yang bersih dan berwibawa, dan menerapkan demokrasi ( yang islami ) akan dapat menciptakan komponen rakyat yang disebut masyarakat

madani (civil society) 75 yang memperoleh peran utama dalam berbangsa dan negara. Hal ini didorong oleh suatu kenyataan bahwa kekuasaan tidak lagi hanya berada di penguasa,

melainkan berada tangan rakyat. Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Paling tidak hubungan kesejajaran itu bisa diwujudkan dan ketiga komponen tersebut.

Dalam tatanan masyarakat madani, tidak ada dominasi salah satu dari ketiga komponen utama di atas. Suatu ketika peran sektor swasta ini bisa berada di atas ( dominasi

73 Mempunyai beberapa karakteristik di antaranya : wilayah publik yang bebas bertanggung jawab sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat warga masyarakat (free publik sphere), demokrasi islami,

toleransi sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat, dengan kemajemukan (pluralism ) yang dipahami sebagai sikap menerima kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat. Pluralisme adalah pertalian sejati kebhinnekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility)., dan keadilan sosial (social justice).

74 ICCE Syahid, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta, 2006. h. 312

75 Istilah Civil Society di Indonesia diperkenalkan oleh AS. Hikam.

), maka hal ini bisa terjadi jika pembuat kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar kepada konglomerat atau para usahawan swasta. Keadaan sistem dan tata keperintahan yang kolusif dan nepotis, juga bisa terjadi, jika kekuasaan negara melebihi dari tataran keseimbangan antara tiga komponen tersebut. Dan jika kekuasaan negara berada pada posisi di atas dua komponen tersebut, maka sistem sentralistik dan otokrasis yang terjadi.

Agar suatu sistem dan tata cara dalam mekanisme kepemerintahan berada dalam posisi seimbang, selaras, kohesif dan kongruen di mana peran rakyat amat menentukan dapat terjadi, kedudukan komponen moral dalam konstelasi bubungan antara tiga komponen di atas

sangat dibutuhkan. Komponen moral menyinari ketiga komponen tersebut 76 . Moral juga harus menjadi landasan bagi rakyat untuk berperan dalam menciptakan tata kepemerintahan

yang baik. Moral merupakan operasionalisasi dari sikap dan pribadi seseorang yang beragama. Ajaran agama melekat pada pribadi-pribadi yang berada di tiga komponen tersebut. Dengan melaksanakan ajaran agamanya pada masing-masing komponen tersebut, maka moral masing-masing pelaku akan berperan besar dalam menciptakan tata kepemerintahan yang baik.

Dalam konteks Indonesia, sebenarnya negara ini sejak lama sudah memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani). Bahkan jauh sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial

76 Allah berfirman dalam surat Nûn : 4 : ﻢﯿﻈﻋ ﻖﻠﺧ ﻰﻠﻌﻟ ﻚﻧإو " Dan sesungguhnya engkau ( wahai Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang luhur. " Rasulullah saw pernah bersabda : ﻖﻠﺨﻟا ﻦﺴﺣ ﻢﻤﺗﻷ ﺖﺜﻌﺑ : " Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik ".

Hadist riwayat Imam Malik ibn Anas. Menurut Ibn 'Abd al-Barr, hadist ini dinilai sahih muttasil, diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan lainnya Berkaiatan dengan akhlak ini, seorang penyair Arab, Ahmad Syauqiyy berkata :

Kelanjutan eksistensi suatu bangsa ditentukan oleh tegaknya moral masyarakatnya dan kepunahannya terjadi pada saat keruntuhan moralnya "

keagamaan 77 dan pergerakan nasional dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap

kekuasaan kolonial, organisasi berbasis Islam, seperti Sarekat Islam (SI), Nahdhatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah, telah menunjukkan kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia. Sifat kemandirian dan kesukarelaan para pengurus dan anggota organisasi tersebut merupakan karakter khas dari masyarakat Madani. Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya

78 bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia : Pertama, pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa system

demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Praktek berdemokrasi ala Barat (demokrasi liberal) hanya akan berakibat konflik antar sesama warga bangsa baik sosial maupun politik. Demokrasi tanpa kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat di kalangan warga negara, demokrasi hanya akan dipahami sebagai kebebasan tanpa batas yang diwujudkan dengan tindakan-tindakan anarkhis yang berpotensi pada lahirnya kekacauan sosial, ekonomi dan politik Kedua, pandangan reformasi sistem politik demokrasi ( islami ), yakni pandangan yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada pembangunan ekonomi. Dalam tataran ini, pembangunan institusi-institusi politik yang demokrasi lebih diutamakan oleh negara dibandingkan pembangunan ekonomi. Model

77 Berdasarkan Undang-Undang no 8 tahun 1985 tentang organisasi. kemayarakatan yang dimaksud degan ORMAS adalah sernua organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik

Indonesia secara suka rela atas dasar kesamaan kegiatan. profesi, fungsi. agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional.

78 ICCE Syahid, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta, 2006. H. 318

pengembangan demokrasi berjalan sebagaimana layaknya. Kegagalan demokrasi di sejumlah negara dalam banyak hal ini berhubungan dengan tingkat kemiskinan warga Negara. Ketiga, paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan demokrasi. Pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan demokrasi. Berbeda dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah. Hal itu mengingat bahwa demokrasi membutuhkan topangan kultural, selain dukungan struktural. Usaha-usaha pendidikan dan penyadaran politik warga negara merupakan upaya membangun budaya pendidikan dan penyadaran politik kelas menengah dapat dianggap sebagai bagian dari proses penyadaran ideologis warga negara.

Melalui proses pendidikan politik, diharapkan lahir kelas menengah yang secara ekonomi dan politik mandiri. Kemandirian kelas menengah pada akhirnya akan melahirkan kelompok masyarakat madani yang mampu melakukan kontrol terhadap hegemoni negara. Untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan negara, dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Setidaknya tiga paradigma ini bisa dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa transisi sekarang melalui cara:

1. Memperluas golongan menegah melalui pemberian kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi. Dalam pandangan ini, negara harus menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional.. Tantangan pasar bebas dan demokrasi global mengharuskan negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses pembangunan masyarakat madani yang tangguh.

2. Mereformasi sistem politik demokrasi melalui pemberdayaan lembaga-lembaga demokrasi yang ada agar berjalan sesuai dengan prinsip-pronsip demokrasi yang

٢٠٢

mengedepankan moralitas.. Sikap pemerintah untuk tidak mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif, merupakan salah satu komponen penting dari pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.

3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi yang bermoral ) bagi warga negara secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan demokrasi yang dilakukan secara terus menerus melalui keterlibatan semua unsur masyarakat melalui prinsip pendidikan demokrasi, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga negara.

¤¤¤