Ilmu Pengetahuan ( al-‘Ilm )

2.Ilmu Pengetahuan ( al-‘Ilm )

101 Allah mencitrakan diri-Nya dengan cahaya , al-Qur'an diumpamakan dengan cahaya 102 . Ilmu dinyatakan sebagai "cahaya" yang tidak akan diberikan kepada orang yang

berbuat maksiat. Kesamaan yang berulang ini bukanlah sesuatu yang sifatnya kebetulan belaka, namun lebih merupakan sebuah pandangan utuh, tentang ilmu pengetahuan. Kata al-'ilm tersusun dari tiga huruf ; 'ain, lâm dan mîm ( 'alima ) yang mempunyai arti dasar ﺎ ﯿﻠﻌﻟا ﻪﺘﻔ ﺷ ﺖﻘﺸ ﻧا : terbelah bibir atasnya. Kata ini juga mempunyai arti mengrtahui

100 Q.S. al-Baqarah : 269

101 Q.S. An-Nûr ; 35

102 Q.S. At-Taghâbun ; 8.

sesuatu ( ﻪﻓﺮﻋ ). Sebagaimana firman Allah swt : ﻢ ﻬﻤﻠﻌﯾ ﷲا ﻢﻬﻧﻮ ﻤﻠﻌﺗ ﻻ( Kamu tidak mengetahui / mengenal mereka, ( namun ) Allah yang mengetahuinya ). Arti lain dari term ini adalah ﻦﻘﯾأ

قﺪ ﺻ و : mengerjakan sesuatu secara sempurna dan membenarkannya ) 103 . Kata 'alima juga berarti tanda ( menandai ). Maka ungkapan : سﺮﻔﻟا ﻢﻠﻋأ berarti mengalungkan tanda pada kuda

( misalnya kain berwarna dalam pertempuran ). Hal ini dikuatkan dengan penjelasan ayat : و ﺔﻋﺎﺴﻟا ﻢﻠﻌﻟ ﻪﻧإ : " sesungguhnya ( kehadiran ) sebagai tanda ( dekatnya ) hari kiamat " 104 . Kata

'alima juga berarti merasa dan memahami. ( ىرد و ﺮﻐ ﺷ ) ungkapan ﻪ ﻣوﺪﻗ ﺮ ﺒﺨﺑ ﺖ ﻤﻠﻋ ﺎ ﻣ : saya tidak merasakan kehadirannya 105 Kalau diambil ism mashdar-nya yaitu al-'ilm, para pakar

bahasa mendefinisikannya dengan redaksi yang berbeda tetapi mempunyai muatan yang sama. Di antaranya yang dipaparkan oleh kamus al-Mu'jam al-Wasîth dan al-Munjid ; al-'ilm

adalah ﻪﺘﻘﯿﻘﺤﺑ ﺊﺸﻟا كاردإ 106 : mencapai hakekat sesuatu. Maka untuk mencapai hakekat tersebut dibutuhkan optimalisasi akan fungsi faktor-faktor yang mendukung terciptanya ilmu tersebut.

Keempat faktor tersebut adalah : al-idrâk dengan panca indra, al-îqân dengan hati nurani, ad- Dirâyah yaitu memahami sesuatu dengan akal pikiran. Serta asy-syu'ûr dengan rasa. Dengan demikian maka untuk mecapai hakekat ilmu pengetahuan yang merupakan pancaran cahaya Tuhan, dibutuhkan keempat faktor di atas untuk mendapatkannya. Keempat elemen ini tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lainnya. Elemen-elemen tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang harus dijalankan secara bersamaan demi menjaga keseimbangan.

103 Al-Mu'jam al-Wasîth, h. 647.

104 Q.S. Az-Zukhruf ; 71.

105 Lisân al-'Arab : h. 3083.

106 Al-Mu'jam al-Wasîth, h. 647 dan al-Munjid, h. 527.

Jika ditelaah lebih jauh, kemampuan inderawi hanya bisa menangkap materi dan hal- hal yang tampak, ia berguna untuk mengetahui perbedaan warna dan bentuk, namun tidak memiliki kemampuan untuk memahaminya. Untuk membantu kemampuan indrawi ini, Allah melengkapi panca indera dengan akal yang memiliki kemampuan untuk memahami dan mengelola pengetahuan inderawi rasional. Akan tetapi akal pun ternyata masih punya keterbatasan. Ia tidak memiliki kepekaan dalam merasakan hal-hal yang sifatnya halus dan supra natural. Lebih jauh, akal tidak dengan sendirinya dapat mengantarkan manusia kepada keimanan yang letaknya terkadang berada

jauh diluar perkiraan rasional. Oleh sebab itu, Allah melengkapi pengetahuan inderawi dan akal dengan hati nurani yang memiliki kemampuan menerima pesan-pesan ilahi dan selalu menunjukkan kepada kebenaran sejati. Karena ilmu meliputi obyek-obyek yang kasat mata dan tidak. Ketika keempat unsur ini menjadi sarana untuk mencapai pengetahuan, maka ilmupun tak bisa dipandang sebagai sesuatu yang bebas nilai atau bebas dari hukum moral apalagi hukum agama. Dalam al-Qur'an juga dijelaskan bahwa pengetahuan yang belum mencapai hakekatnya belum bisa dikategorisasikan sebagi ilmu, tetapi baru mencapai tahap dugaan ( prasangka ). ﻦ ﻈﻟا عﺎ ﺒﺗا ﻻإ ﻢ ﻠﻋ ﻦ ﻣ ﻪ ﺑ ﻢ ﻬﻟ ﺎ ﻣ ; Mereka tidak mempunyai ilmu tentang hal

itu, kecuali hanya mengikuti dugaan / prasangka saja 107 . Ilmu pada dasarnya adalah cahaya yang dikaruniakan oleh Allah untuk menerangi hidup manusia. Terdapat riwayat yang

menyebutkan bahwa siapapun yang ilmunya bertambah dibarengi dengan tambahnya kecintaan terhadap dunia maka dia tidak bertambah kecuali semakin jauh dari Tuhan 108 .

Menurut Ibn Mas'ûd sejatinya ilmu tidak ditandai dengan banyaknya orasi, tetapi ditentukan

107 Q.S. An-Nisâ' ; 157

108 HR ad-Dârimi, urutan ke 388. Termasuk Atsar Maqthû'. CD. Al-Kutub at-Tis'ah.

oleh sejauh mana rasa khashyah-nya kepada Allah swt . Oleh karena itu definisi ahli ilmu atau ulama sebagai penyandang ilmu ( subyek ) menurut al-Qur'an adalah siapa yang takut

kepada Allah. ءﺎ ﻤﻠﻌﻟا هدﺎ ﺒﻋ ﻦ ﻣ ﷲا ﻰﺸ ﺨﯾ ﺎ ﻤﻧإ 110 : Hanya yang takut kepada Allah yang disebut ulama . Ilmu tidak boleh dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang bertentangan dengan moral

agama. Disamping itu ia tidak diperkenankan untuk disalahgunakan sehingga dapat membahayakan atau merugikan hidup manusia.

Dalam kiasan Al Ghazali, tanggung jawab guru laksana seorang penjual pedang. Jika ia mengetahui bahwa sang pembeli adalah seorang pembunuh maka ia tidak diperkenankan

untuk menjualnya kepada orang tersebut. Jika menjualnya maka iapun akan terkena dosa dari setiap pembunuhan yang dilakukan si pembunuh. Demikian besarnya tanggung jawab orang yang berilmu tetapi sepadan dengan reward yang Allah berikan. Orang yang berilmu Allah tinggikan ( statusnya ) beberapa derajat :

اوُﺰُﺸﻧﺎَﻓ اوُﺰُﺸﻧا َﻞﯿِﻗ اَذِإَو ْﻢُﻜَﻟ ُﻪﱠﻠﻟا ِﺢَﺴْﻔَﯾ اﻮُﺤَﺴْﻓﺎَﻓ ِﺲِﻟﺎَﺠَﻤْﻟا ﻲِﻓ اﻮُﺤﱠﺴَﻔَﺗ ْﻢُﻜَﻟ َﻞﯿِﻗ اَذِإ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡﯾَأ ﺎَﯾ ( ١١ : ﺔﻟدﺎﺠﻤﻟا ) ٌﺮﯿِﺒَﺧ َنﻮ ُﻠَﻤْﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُﻪﱠﻠﻟاَو ٍتﺎَﺟَرَد َﻢْﻠِﻌْﻟا اﻮُﺗوُأ َﻦﯾِﺬﱠﻟاَو ْﻢُﻜﻨِﻣ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ُﻪﱠﻠﻟا ِﻊَﻓْﺮَﯾ Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : " Berlapang-lapang

dadalah dalam majlis ", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan : " Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat……

Penyematan derajat kepada pakar ilmu pengetahuan ini sebenarnya berkaitan dengan etika bermasyarakat, karena teks ayat itu berbicara tentang perintah kepada orang-orang mukmin untuk memberi kelonggaran kepada orang lain ketika berada di sebuah forum ( majlis ).