Kebjakan – Kebjakan Khalifah yang Berkenaan dengan Kerukunan Umat Beragama

B. Kebjakan – Kebjakan Khalifah yang Berkenaan dengan Kerukunan Umat Beragama

Kemenangan militer Arab serta kebangkitan politik dan sosial mereka membawa kebenaran dan keadilan bagi orang-orang yang tidak pernah mengenal persamaan derajat dan persaudaraan manusia. Lebih menakjubkan lagi ialah kenyataan bahwa kaum penguasa Arab

252 Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2010

Pengaruh kerukunan Umat Beragama terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan

mempunyai rakyat yang kebangsaannya sangat berbeda dengan kebangasaan mereka sendiri. Politik toleransi,keadilan dan demokrasi, yang dimulai oleh Nabi Muhammad SAW dan doperkuat oleh khalifah, dilanjutkan oleh dua Dinasti penguasa yang sangat penting yaitu: Dinasti Umayah dan Abbasiyah. Penaklukan yang dilakukan oleh Umayah serta konsolidasi kebudayaan yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah tadi, tidak bersikap membiarkan mereka orang- orang bukan Islam terlantar.

Berhubung dengan itu, di bawah kekuasaan kaum Umayah dan Abbasiyah baik para pejabat pemerintah pusat maupun propinsi tidak mengjinkan terjadinya pengajaran ataupun gangguan terhadap orang-orang Zimmah dan masyarakat- masyarakat lainnya.

Kepentingan mereka dilindungi dan kebebasan mereka dipertahankan. Perlindungan atas hak-hak mereka sampai pada ”Pemberian kebebasan menjalankan kebiasaan-kebiasaan mereka yang bertentangan dengan kebiasaan Islam sekalipun”. Mereka mengkonsumsi, menjual dan membeli barang-barang yang terlarang bagi orang-orang muslim. Hal yang sama berlaku bagi beberapa kesempatan lain seperti perkawinan dengan sanak saudara yang dekat serta kontrak-kontrak yang menetapkan ahli waris atas benda-benda dan lain-lain (Sheikh Moh. Iqbal:266-267).

Pemerintah Umayah maupun Abbasiyah tidak mengingkari hak warga negara yang bukan muslim untuk mempunyai sangkut paut dengan administrasi negara. Dalam mengangkat orang-orang Yahudi, Kristen dan lain-lain sebagai pejabat pemerintahan, pegawai dan perwira-perwira tinggi, kaum Abbasiyah telah memberi beberapa contoh penting. Satu- satunya jabatan yang tidak dapat dipegang oleh orang non Islam di dalam negara Islam hanyalah jabatan kepala eksekutif dan legislatif. Alasannya ialah bahwa Islam mengemban tugas mengkoordinasi semua segi kehidupan masyarakat muslimin, baik yang spiritual maupun yang bersifat keduniawian (Sheikh Moh. Iqbal:269-270).

Kaum Abbasiyah benci sekali kepada setiap kekendoran dalam menjalankan sikap bermurah hati terhadap orang-orang nono muslim. Mereka bahkan membentuk sebuah departemen khusus yang mengurus kepentingan dan kebutuhan kaum Zimmah. Semua penguasa menjalankan garis baru menyadari sepenuhnya tanggung

EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam 253

Umar jawab yang mereka pikul untuk menjamin kesejahteraan orang-orang

ini. Teristimewa, sementara hubungan masyarakat muslimin dengan dunia luar meningkat. Para khalifah Abbasiyah dan para gubernur propinsi mereka diminta agar berlaku adil terhadap semua rakyatnya tanpa pandang bulu, apapun agama atau kepercayaan mereka (Sheikh Moh. Iqbal:276).

Lebih konkrit lagi dari pada kebjakan tersebut tampak pada masa pemerintahan al-Ma’mun - al-Rasyid, mereka penguasa yang sangat liberal dalam urusan administrasi dan kebudayaan, diberinya kebebasan bagi orang-orang non muslim untuk menikmati kemakmuran dan kepuasan yang menyeluruh. Khalifah tidak menyetujui usaha untuk memasukkan orang-orang Zimmah kedalam agamanya sendiri hanya dengan motif keduniaan. Ia sangat menghargai pengalihan agama hanya dalam hal orang-orang yang tidak menerima Islam untuk kepentingan-kepentingan duniawi. Karena itu pengalihan kesuatu agama lain dengan kesadarannya sendiri itulah yang djunjung tinggi. Bersamaan itu pula ia sering memberikan motifasi-motifasi kepada misionaris-misionaris yang damai (Muhammad Iqbal:278). Kebjakan-kebjakan yang dilakukan al-Ma’mun ini, justru memberi peluang mereka untuk saling berkomunikasi, dan bahkan adanya sambutan yang baik untuk Islam itu sendiri dalam meraih simpatik demi pengembangan agama Islam.