Konsepsi Dakwah Islam

1. Konsepsi Dakwah Islam

Berda’wah berarti menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang bersifat mengajak untuk merubah suatu keadaan yang tidak baik kepada yang baik dan terpuji. Da’wah Islamiyah memerlukan teknik penerapan yang akurat sesuai dengan keadaan dan perkembangan zaman, terutama di kalangan masyarakat pedesaan yang dinamis dan berkembang. Change to progress merupakan watak dari masyarakat yang menunjukkan sesuatu kepada kemajuan. Terhadap masyarakat berkategori ini, metode berda’wah merupakan salah satu alternatif yang harus diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik mungkin.

Dakwah dalam arti proses penyebaran ajaran Islam telah dinyatakan sebagai disiplin ilmu memiliki onyek, ciri-ciri dan tujuan tertentu. Ia juga memiliki dasar-ilmu lainnya 5 Bisri Afandi

4. Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama,Remaja Rosd - karya Bandung, 2001, hlm. 194-195 5. Terminologi dakwah yang dimaksud adalah suatu ilmu yang dapat d - gunakan dalam berbagai upaya untuk menyampaikan pesan maupun ajaran Islam kepada umat manusia dengan muatan akidah, syari’ah (ibadah) dan akhlak. Li- hat Ahmad Ghalways, al-Dakwah Ushuluha wa Wasailuha ( Kairo al-Kitab al-Misyri, 1987, hlm. 10

EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam 99

Mubasyarah dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa dakwah bukan hanya

merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah kearah kualitas yang lebih baik, sehingga dalam prosesnya akan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait dalam kesatuan sistem dakwah 6

Dalam menyampaikan da’wah hendaklah diperhatikan beberapa faktor; yaitu, da’i (orang yang menyampaikan da’wah), metode atau cara penyampaian da’wah dan objek da’wah. Problema terberat yang masih dirasakan sekarang ini, banyaknya para da’i yang kurang berwawasan luas terutama sekali menyangkut metode berda’wah. Kita sering menjumpai para da’i yang berilmu tinggi tetapi da’wahnya kurang diterima oleh masyarakat, karena lemah di bidang metode atau cara penyampaian da’wah.

Makalah ini mencoba memberikan alternatif baru sebagai salah satu upaya yang amat sederhana dalam menyampaikan da’wah di tengah-tengah masyarakat pedesaan yang terbelakang. Di hadapan kita terlihat berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang amat pesat, sementara manusia terbuai oleh kemajuan tersebut. Menghadapi kenyataan ini peran serta para da’i harus lebih digalakkan dalam rangka menyelamatkan manusia dari dampak negatif yang diakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia modern dan pengaruh globalisasi yang semakin menguat. Dampak negatif dari era globalisasi dan lajunya perkembangan dunia modern akan menjerumuskan umat manusia bila tidak bisa diantisipasi dengan baik dan benar oleh para da’i dan tokoh masyarakat. Pengertian Da’wah

Da’wah pengertiannya secara etimologis adalah ajakan, seruan, panggilan dan undangan. Sedangkan menurut pengertian terminologis secara umum, da’wah adalah : “Suatu pengetahuan yang mengajarkan cara-cara atau metode untuk menarik perhatian umat manusia, agar mengikuti

6. Yang dimaksud dengan sistem dakwah adalah hubungan antara faktor dakwah yang terdiri dari subyek dakwah, obyek dakwah, metode dakwah, me- dia dakwah, materi dakwah dan tujuan dakwah. Jaringan sistematik ini bermuara pada tujuan dakwah. Lihat Bisri Afandi dalan “Metodologi Penelitian Dakwah:Sketsa Pemikiran Pengembangan Ilmu Dakwah, Ramadhani, Slo 1991, hlm.9. Sebagaimana dikutip oleh Aswadi dalam artikelnya yang berjudul Mujaalah Sebagai Metode Dak- wah dalma jurnal Ilmu Dakwah Vol.13 No.1 April 2006, hlm. 85 Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006

100 Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2010

Dakwah Pada Masyarakat Marginal di Kampung Pecinan Argopuro Kudus

suatu ideologi atau ajaran tertentu”. Istilah lainnya menyebutkan, bahwa ilmu da’wah adalah pengetahuan yang mengajarkan cara-cara

mengetahui alam ikiran manusia, untuk diarahkan kepada suatu ideologi atau ajaran tertentu.

Pengertian da’wah menurut ajaran Islam adalah : “Mengajak umat manusia dengan hikmah dan kebjaksanaan agar mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya”. Syeikh Ali Mahfudz mengemukakan pengertian da’wah sebagai berikut : ”Mengarahkan manusia agar melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka agar berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat”. Al-Ustadz Bahiyul Huli dalam kitabnya “Tadzkirrud Du’at” berpendapat : “Da’wah adalah memindahkan umat manusia dari satu situasi kepada situasi yang lain”.

Banyak lagi istilah-istilah yang hampir sama artinya dengan da’wah, seperti tabligh atau penyampaian, amar ma’ruf nahi munkar atau memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran, mauidzah atau nasehat, dzikir atau peringatan, khutbah, nasehat, wasiat dan sebagainya.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa da’wah adalah suatu usaha merubah situasi yang tidak diridhai Allah kepada situasi yang diridhai oleh-Nya. Dengan demikian da’i senantiasa berusaha memindahkan situasi yang negatif kepada situasi yang positif, merubah keadaan yang buruk kepada yang baik, mencegah yang munkar dan menegakkan yang ma’ruf.

Berda’wah melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar adalah merupakan kewajiban bagi umat Islam, di mana saja mereka menurut kemampuan masing-masing. Allah berirman :

“Hendaklah ada diantaramu umat yang menyerukan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf atau yang baik dan mencegah yang munkar.

Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran 104). Rasulullah Bersabda :

“Siapa diantaramu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaklah dengan lisannya, jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itulah iman yang paling

lemah”. (H.R. Muslim). Di dalam hadits lain Nabi bersabda :

“Sampaikan dariku meskipun satu ayat”. (HR. Bukhari). EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam

Mubasyarah

Rasulullah SAW melaksankan da’wah dengan penuh kebjaksanaan dan menggunakan metode-metode yang tepat, sehingga perjuangannya yang teramat singkat, hanya memakan waktu sekitar

23 tahun mampu merubah suatu masyarakat jahiliyah yang diliputi kedzaliman dan kebodohan menjadi masyarakat yang beradab. Masyarakat yang seluruh anggotanya saling berbuat baik, tolong- menolong dan berhasil membentuk peradaban dunia yang luhur.

Diantara kunci sukses yang mengantarkan Rasulullah kepada keberhasilan da’wahnya adalah karena Nabi SAW senantiasa bersikap lembut, berakhlak mulia, bermusyawarah dalam segala urusan dan perjuangan yang ulet dipenuhi dengan kesabaran dan ketabahan. Sebelum Rasul SAW berda’wah mengajak orang lain, ia selalu memulai dari dirinya sendiri dan keluarganya. Di samping itu, Rasulullah juga sangat memperhatikan keadaan objek da’wah, sehingga mereka dapat dibimbing dengan baik. Djelaskan dalam al-Qur’an :

“Maka dengan rahmat dari Allah, engkau bersifat lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kerasdan berhati kasar, tentulah mereka melarikan diri dari sekelilingmu. Karena itu maakanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal”. (Q.S. Ali Imran 159).

Berdasarkan kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, agar umat Islam dapat melanjutkan da’wah dengan sebaik-baiknya, maka hendaklah para da’i menjadikan Rasulullah sebagai rujukan dan teladan dalam segala kehidupan. Untuk tujuan itu, seorang dai hendaklah memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini : - Mengetahui tentang al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai dasar-

dasar pokok dari agama Islam. - Memiliki ilmu pengetahuan yang menjadi pelengkap da’wah, seperti teknik berda’wah dan strategi, psikologi, sejarah kebudayaan Islam, Sejarah perkembangan da’wah, perbandingan agama dan sebagainya.

- Menguasai bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridhai oleh Allah. Demikian juga ilmu rethorika, kepandaian berbicara, mengarang, menulis uraian yang ilmiah dan sebagainya.

102 Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2010

Dakwah Pada Masyarakat Marginal di Kampung Pecinan Argopuro Kudus

- Seorang da’i harus bersikap penyantun, berpandangan luas dan berlapang dada, sebab apabila sempit, keras dan kasar, orang- orang disekelilingnya akan tidak simpati dan meninggalkan ajakannya, sebagaimana djelaskan al-Qur’an dalam surat Ali Imran 159 tersebut di atas.

- Memiliki mental yang kuat, tabah, berkemauan keras, bersikap optimis, walaupun menghadapi berbagai macam problem, rintangan dan tantangan.

- Bersikap ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah dalam segala langkah dan perbuatan.