Konsepsi Masyarakat Marginal

2. Konsepsi Masyarakat Marginal

Dalam pandangan sosiologi agama ada hubungan antara sosiologi dan agama. Terkait dengan ini Elzabeth K Notingham membagi tipe-tipe masyarakat berdasarkan hubungan antara agama dan masyarakat yaitu:

a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral. Tipe masyarakat ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakatnya menganut agama yang sama. Tidak ada lembaga lain yang relatif berkembang selain lembaga keluarga, agama menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan masyarakat dari masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, kemungkinan agama memasukkan pengaruh yang sakral ke dalam sistem nilai-nilai masyarakat yang mutlak.

b. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepa sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Tetapi pada saat yang sama, lingkungan yang sakral dan yang sekuler sedikit-sedikit masih dapat dibedakan. Misalnya, pada fase-fase kehidupan sosial masih diisi oleh upacara-upacara keagamaan, tetapi pada sisi kehidupan lain, pada aktivitas sehari-hari, agama kurang mendukung. Agama hanya mendukung masalah adat-istiadat saja. Nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat menempatkan fokus utamanya pada pengintegrasian tingkah laku perseorangan, dan pembentukan citra pribadi mempunyai konsekuensi penting bagi agama. Salah satu akibatnya, anggota masyarakat semakin terbiasa dengan penggunaan

EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam 103

Mubasyarah

metode empiris yang berdasarkan penalaran dan eisiensi dalam mengganggu masalah-masalah kemanusiaan sehingga lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas. 7

c. Kemiskinan Diantara ciri lain yang menandai masyarakat marginal adalah kemiskinan yang dialami sebagian besar warganya. Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun isiknya dalam kelompok tersebut. Menurut sejarah keadaan miskin dan kaya secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan bekembangnya perdagangan ke seluruh dunia, dan diterpkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakatm kemiskinan mncul sebagai maslah sosial.

Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema sosial karena sikap yang membenci kemiskinan. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan. Tetapi karena harta miliknya dianggap baik cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Persoalan menjadi lain bagi mereka yang turut dalam arus urbanisasi tetapi gagal mencari pekerjaan. Bagi mereka pokok persoalan kemiskinan desebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan- kebutuhan primer sehingga timbul tunakarya, tuna susila dan sebagainya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya problem tersebut adalah karena salah satu lembaga pemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga pemasyarakatan di

bidang ekonomi. 8

d. Ketidakmampuan menyesuaikan diri Ketidakmampuan menyesuaikan diri juga menjadi penyebab masyarakat termarginalkan atau terpinggirkan yaitu karena tidak mampu menyeesuaikan diri. Hal ini menyebabkan mereka ditolak oleh masyarakat di sekitarnya. Mereka mengalami proses demoralisasi dan tidak mampu menyeesuaikan diri dengan

7 . Elizabeth K. Notingham, Religion and Society, terj. Abdul Muis Nah - rong, CV.Rajawali, Jakarta, 1985, hlm. 31-69 8. Soerjono Soekanto, Sosilogi Suatu Pengantar, Raja Graindo Persada, Jakarta, 1999, hlm. 406-407

104 Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2010

Dakwah Pada Masyarakat Marginal di Kampung Pecinan Argopuro Kudus

lingkungannya. Khusunya yang menyangkut kehidupan para pelaku kriminal misalnya; pelacur, penjahat, alkoholik, dan penjudi-penjudi kronis bisanya menjalani kehidupan tanpa harapan dan menutup diri dari kehidupan dunia sekitarnya.

Pada kasus-kasus yang ekstrem, berlangsunglah ketidakmampuan penyesuaian diri secara total, ada personal maladjusment dan kepatahan jiwa total atau” complete breakdown”. Konlik-konlik hebat disebabkan oleh pembandingan antara hukuman sosial.

Disamping itu, ada juga pribadi-pribadi lain yang tidak mampu mengadakan penyesuaian diri/adaptasi terhadap lingkungannya, disebabkan oleh alasan sebagai berikut: ditolak oleh masyarakat untuk menjalankan peranan-peranan yang sangat didambakannya. Sebaliknya menolak peranan-peranan yang dosodorkan oleh masyarakat kepada dirinya, atas dasar alasan-alasan subyektif. Orang-orang yang demikian disebut sebagai individu-individu marginal ( pribadi pinggiran atau setengah-setengah).

Pribadi marginal ini adalah seorang yang dihadapkan pada pilihan dan peranan. Akan tetapi disebabkan oleh keterbatasan internal atau eksternal tertentu sehingga tidak mampu mengintegrasikan hidupnya atas dasar salah satu peranan tersebut. Contoh lain dari pribadi marjinal ialah: - Warga negara keturunan asing (minoritas rasial atau hibrid

rasial) - Keturunan para imigran - Kaum intelektual dengan mental ”emansipasi” tinggi - Warga pendatang yang gagal memperoleh pekerjaan yang

layak 9