Hambatan-Hambatan Usaha Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pemecahannya

F. Hambatan-Hambatan Usaha Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pemecahannya

Dengan adanya kerusuhan-kerusuhan di beberapa daerah seperti di Syria pada tahun 161 H (676- 677 M) para perusuh atau pengacau dikalahkan dan khalifah al-Mahdi memberi ampunan pada mereka. Pada tahun berikutnya Yaskuri mengadakan pemberontakan melawan khalifah al-Mahdi di Mesopotamia, pengikut Yaskuri bertambah banyak dan mereka menghancurkan di beberapa daerah, Yaskuri dikalahkan dan dibunuh (Harun Nasution,1996:73-74).

Disamping itu juga, golongan ‘Alawiyah melakukan pemberontakan dan perlawanan, sedangkan golongan Abbasiyah menggunakan seluruh tenaga dan kekuatan menindas dan menekan, sehingga ahli-ahli sejarah menyebutkan bahwa penderitaan golongan ‘Alawiyah akibat kekejaman yang dilakukan golongan Abbasiyah lebih dari penderitaan sewaktu pemberontakan Bani Umayah (W.Monthgomory Wot,1990:58).

Peperangan yang timbul antara bangsa Arab dan Byzantium belum berhenti sejak kebangkitan Islam, bangsa Arab seperti yang telah kita ketahui bermaksud untuk menguasai Konstantinopel 3 kali:

258 Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2010

Pengaruh kerukunan Umat Beragama terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pertama: Selama pemerintahan ke-3 khalifah Utsman Kedua : Di masa pemerintahan Mu’awiyah I Ketiga : Di masa kekhalifahan Sulaiman.

Perang-perang Sipil melemahkan bangsa Arab di akhir masa pemerinyahan Bani Umayah dan Kiasar Byzantin. Konstantin menggunakan kesempatan ini untuk menyerbu kekuasaan umat Islam diperbatasan negaranya (Hasan Ibrahim Hasan,1989:110).

Al Husein ibn Ali al Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib dengan didukung oleh kaum kelompok orang-orang kenamaan dari kerabatnya, dia menentang golongan Abbasiyah akibat kekejaman pegawai pemerintah Madinah atas keluarga Ali di zaman pemerintahan khalifah al-Hadi yang menyebabkan keluarga Abu Thalib memberontak. Al Husein banyak dukungannya sehingga berhasil menjebol semua tahanan dan kemudian ia dilantik sebagai khalifah mereka (Dr. Asma Hasan Fahmi,1979:38-40)

Pemerintahan al-Shafah dan al-Mansur disibukkan oleh penumpasan-penumpasan pemberontakan dari perasaan yag tidak puas. Hal ini menimbulkan pemberontakan masyarakat Nazdak terhadap kekuasaan Sasania dalam abad ke IV, pemberontakan Ishaq al-Turki di Transkiana tahun 735. Banyaknya pemberontakan menggambarkan kesulitan-kesulitan menjaga ketertiban yang harus dihadapi pemerintah khalifah, tetapi tidak membatalkan pengakuan bahwa abad I Abbasiyah adalah abad ketentraman dan kemakmuran (Dr. Asma Hasan Fahmi,1979:39).

Sebelum Nabi Muhammad wafat beliau telah mengisyaratkan bahwa Ali sebagai penggantinya. Dia adalah imam bagi kaum Islam terutama bagi kaum yang ekstrim yaitu kaum Syi’ah. Di dalam tahun- tahun awal Abbasiyah telah menjungkirkan dua pendukung utama mereka yaitu Abu Salamah (750 M) dan Abu Muslim (755 M), yang bersimpati pada keluarga Ali ibn Abi Thalib dank arena yang keduanya ada hubungan dengan kaum Mazdaqiyah, sementara peristiwa- peristiwa itu diunikkan dengan jelas pada masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid, bahkan pada masa ini terjadi perang saudara antara khalifah al-Amin dan al-Ma’mun.

Dari sederetan pemberontakan dan peperangan tersebut di atas baik berupa material maupun intelektual ataupun pertikaian

EMPIRIK: Jurnal Penelitian Islam 259

Umar antar kelompok terjadi di masa kejayaan Islam. Kesemuanya itu

menjadikan factor hambatan ilmu pengetahuan. Adapun pemecahan dari hambatan-hambatan usaha pengembangan ilmu pengetahuan diantaranya terjadi pada tahun 403 H. Sekumpulan orang-orang yang terdiri dari bermacam-macam ahli ilmu pengetahuan dari Darul Hikmah telah menghadap al-Hakim Biamrillah diantara mereka itu terdapat ahli hisab dan ahli mantiq, sekumpulan para fuqaha (diantaranya Abd. al-Ghani ibn Sa’id) dan sekumpulan para dokter di Darul Hikmah Baghdad telah berjalan terus sampai tahun 516 H. Pada waktu al-Afdal salah satu seorang perdana menteri Fatimiyah memerintahkan menutupnya dengan alas an bahwa Darul Hikmah telah merusak para guru-guru istana.

Adapun sejarah Darul Hikmah di Baghdad diliputi oleh sedikit kesamaan sesudah masa al-Ma’mun yaitu terjalinnya ilmu ilsafat.

Menurut dugaan, lembaga ini mengalami perubahan yang lainnya dengan keadaan yang semula dan tetap memakai Dar al- Ilmi sampai ke abad 12 M. Disana ada sebagian dari sumber yang berbahasa Arab yang menyebut tentang lembaga ini dimana dikatakan bahwa al-Daulah telah mendirikan dua buah Dar yang memakai nama Dar al-Ilmi, satu di kota Ram Harmaz dan satu lagi di kota Basrah. Sebagaimana perdana menteri Bani Buwaih mendirikan sebuah Dar lagi sebuah kota Karkh disebelah kota Baghdad, dimana lembaga- lembaga ini dan perpustakaan yang ada sebagian besar dikelola oleh para ulama (Dr. Asma Hasan Fahmi,1979:40).