Tablig dan Dakwah
4. Tablig dan Dakwah
Penyebaran paham yang dilakukan oleh Persis, yakni paham pemurnian ajaran Islam dengan mengembalikan umat kepada tuntutan Al-Qur’an dan As-Sunnah, selain dilakukan melalui forum perdebatan dan penerbitan majalah-majalah, dilakukan pula melalui kegiatan tablig dan khotbah di berbagai daerah yang dimotori oleh para muballig Persis terkenal pada masa itu, seperti A. Hassan,
Bagian Pertama: PERJALANAN SEJARAH PERSATUAN ISLAM -- Prof. Dr. H. Dadan wildan Anas, M.Hum.
Muhammad Yunus, Muhammad Zamzam, E. Abdurrahman, Fachruddin Al-Khahiri, KHM. Romli, O. Qomaruddin, Abdul Razak, Abdullah Ahmad, Muhammad Ali, dan H. Azhari.
Pada tanggal 26 dan 27 Oktober 1935, di Gedung Persis Jalan Pangeran Sumedang, (sekarang Jalan Otto Iskandardinata) diadakan tablig akbar Persis pertama yang dihadiri oleh kira-kira 700 orang serta dihadiri pula oleh beberapa utusan dari Muhammadiyah dan PNI. Tablig akbar itu dimulai dari pukul 20.00 dan dipimpin oleh Fachruddin Al-Khahiri, dengan para pembicara antara lain Ustadz
E. Abdurrahman yang membahas masalah mi’raj, Fachruddin Al-Khahiri yang menyampaikan asas Persis, dan pandangan umum yang disampaikan oleh H. Zain. Tablig akbar pertama itu dilanjutkan dengan tablig akbar kedua pada tanggal 23 Nopember 1935 yang juga bertempat di Gedung Persis dihadiri oleh sekitar 500 orang. Jumlah yang hadir pada tablig akbar kedua ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan tablig akbar pertama, karena pada saat pelaksanaannya turun hujan sangat deras sehingga menyebabkan kurangnya jamaah yang hadir. Pada tablig akbar kedua ini yang menjadi pembicara adalah K.H.M. Romli yang membahas masalah zakat, Ustadz O. Qomaruddin membahas masalah puasa, Ustadz E. Abdurrahman yang membahas masalah taqlid dan K.H. Azhari yang
membahas zakat dan puasa. 69
Selain di kota Bandung dan sekitarnya, tablig Persis juga dilaksanakan di luar Bandung, antara lain pernah dilakukan tablig keliling selama satu minggu antara tanggal 1 hingga 8 Januari 1936, mulai dari Cirebon sampai dengan Jakarta, lalu berturut-turut diadakan tabligh dan kursus kilat anti-Ahmadiyah di masjid Persis Gang Syafi’i dan di lembaga Pendidikan Islam Mr. Cornelis Jakarta. Selain itu dilakukan pertemuan dengan Pimpinan Cabang Persis Cianjur, dan tiba kembali di Bandung pada tanggal 8 Januari 1936. Dalam tablig keliling itu banyak dibicarakan masalah hukum Islam
oleh Haji Zamzam dan A. Hassan. 70
Dalam verslag ringkas tablig yang dikeluarkan oleh Pengurus
TAMPILNYA PERSATUAN ISLAM DALAM GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA
Besar (sekarang Pimpinan Pusat) Persis, disebutkan tentang aktivitas tablig di luar kota Bandung lainnya, seperti tablig yang diselenggarakan di Meester Cornelis (Jakarta) pada tanggal 8 Maret 1936 oleh Haji Zamzam yang membahas masalah tauhid dan tarikh, sedangkan
A. Hassan bertugas menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan. Pada tanggal 14 Maret 1936 diadakan tablig di Cikaso Leles Garut di rumah Pimpinan Cabang Persis Leles, H. Soedja’i. Dalam tablig tersebut Haji Zamzam membahas masalah tauhid serta membahas berbagai permasalahan keagamaan. Setelah itu, pada tanggal 15 Maret 1936 diadakan tabligh di rumah H. Zarkasih di Cimuncang Leles Garut. Di tempat lain, di Cianjur diadakan pula tablig akbar yang bertempat di gedung bioskop Roxy, pada tanggal 22 Maret 1936 oleh beberapa orang unsur pimpinan Persis seperti Haji Zamzam yang membahas masalah asas Persis, Mohammad Natsir membahas masalah keislaman, serta Ustadz E. Abdurrahman membahas nabi baru, sedangkan A. Hassan menjawab berbagai pertanyaan yang
diajukan. 71 Tablig Persis dilaksanakan pula di berbagai daerah yang telah berdiri cabang Persis, seperti cabang Majalaya Bandung pada tanggal 18 April 1936 oleh Ustadz O. Qomaruddin yang membahas mengenai masalah agama dan ekonomi. Di cabang Betawi (Jakarta) pada tanggal 12 April 1936 bertempat di rumah Tuan Moehamsir di Kampung Utan Panjang Batavia diadakan tablig yang dihadiri oleh sekitar 100 orang. Di Tanjung Priuk dilaksanakan pula tablig akbar pada tanggal 18 April 1936 yang dihadiri oleh 500 jemaah, dengan para pembicara antara lain Tuan Mohammad Syah dari cabang Persis Betawi, Sa’id Mangoen, Ali Harahap, H. Tamim, Mohammad Ali serta A. Hassan. Tablig akbar kembali digelar pada tanggal 9 Mei 1936 di mesjid Empang Gang Abdoellah II (unielaan) Batavia yang dihadiri oleh 700 jamaah, dengan para pembicara antara lain Ustadz Abdurrazaq, Tuan Moegheni, Sa’id Mangoen, dan H. Tamim yang membahas masalah kemunduran umat Islam dan tauhid, sedangkan A. Hassan menjawab berbagai pertanyaan. Selain tablig akbar diadakan pula tablig bulanan di Masjid Penjambon Batavia. Di
Bagian Pertama: PERJALANAN SEJARAH PERSATUAN ISLAM -- Prof. Dr. H. Dadan wildan Anas, M.Hum.
luar pulau Jawa dilakukan tablig akbar di cabang Kutaraja Aceh pada tangal 10 April 1936 dan dua hari kemudian, pada tanggal 12 April berlangsung di rumah Tuan Rassin dengan membahas masalah asas Persis yang disampaikan oleh Tuan Hasbi, masalah ibadah dibahas oleh Ustadz Rais, dan masalah bid’ah dibahas oleh Tuan H.
Mingoen 72 Gerakan penyebaran paham Al-Qur’an dan Sunnah oleh organisasi Persis terus berlangsung dan dijadwal secara rutin di berbagai tempat. Dalam perkembangannya tablig Persis itu banyak sekali memukau para jama’ah, sehingga jama’ah yang mengikuti tablig Persis dari waktu ke waktu terus bertambah. Selain dilakukan oleh para muballig pria, tablig Persis dilakukan pula oleh para mubalig wanita (mubaligah) yang membantu perjuangan Persis untuk menyampakan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah di kalangan kaum wanita. Para mubaligah Persis ini tergabung dalam bagian otonom Persis khusus para wanita (istri)
yang disebut Persatuan Islam Istri (Persistri). 73
Dalam aktivitasnya, Persistri melaksanakan beberapa kegiatan keagamaan seperti acara tablig khusus kaum ibu yang dipimpin oleh Nyonya E. Abdurrahman dan Nyonya Dahniar. Tablig rutin Persistri ini dilaksanakan setiap hari Senin sore di Mesjid Persis Jalan Pangeran Soemedang Bandung. Jemaah yang mengikuti tablig Persistri itu tidak kurang dari 50 orang jemaah setiap kali tablig. Tablig ini tidak saja diikuti oleh ibu-ibu Persistri, tetapi juga ibu- ibu yang bukan anggota bahkan ibu-ibu dari organisasi-organisasi
Islam lainnya, seperti Muhammadiyah dan Syarekat Islam. 74 Selain tablig umum yang rutin dilaksanakan pada setiap hari Senin sore, diadakan pula kegiatan lain sejenis kursus mubaligah yang dipimpin oleh Tuan A.D. Haani dan K.H. Muhammad Ramli. Materi pelajaran yang diberikan kepada ibu-ibu peserta Tamhiedul mubalighah (kursus mubalig bagi kaum wanita) antara lain pelajaran ilmu tauhid oleh ibu R. Maryam, pengajaran ayat-ayat Al-Qur’an oleh Nyonya Dahniar, pengajaran ilmu akhlak serta soal-jawab masalah-masalah
TAMPILNYA PERSATUAN ISLAM DALAM GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA
ubudiyah oleh K.H. Muhammad Ramli yang dibantu pula oleh Tuan
A.D. Haani dan Tuan H. Azhari dalam berbagai masalah agama. 75 Di luar Bandung Persistri melakukan aktivitas tablig khusus untuk kaum ibu. Dalam Verslag Tablig Persistri, pada tanggal
23 Pebruari 1936 bertempat di sekolah pendidikan Islam Oude Tamarindelaan 152 (Kampung Lima) Batavia Centrum diadakan tablig Persistri Cabang Tanah Abang yang dikunjungi oleh sekitar 250 orang kaum ibu dan remaja puteri. Tablig umum ini dipimpin oleh Nyonya Karsach, dengan para pembicara antara lain Nona Nurjanah, Nyonya Salha, dan Nyonya Bintang. Tablig Persistri di Tanah Abang
itu dilaksanakan secara rutin dua kali dalam satu bulan. 76 Pada malam Ahad tanggal 12 September 1936, diadakan tablig akbar Persistri untuk kaum ibu di Gedung Persis dengan menampilkan para pembicara antara lain; Siti Dahniar, Siti Malehah, Siti Aliyah, R.O. Hasanah, dan Siti Nurjanah. Setelah Persistri menyelenggarakan tablig akbar itu, diadakan pula tablig akbar umum untuk laki-laki dan perempuan pada malam Senin tanggal
13 September 1936 oleh Persis, dengan para pembicara antara lain Tuan Fachruddin, KH. Tamim, Kyai Zakaria, H. Bahaoeddin, Abdul
Razak, dan Mohammad Natsir. 77
Untuk memantapkan dan mengendalikan aktivitas tablig para mubalig Persis, pada tanggal 1 April 1937 Pengurus Besar Persis mengeluarkan maklumat tentang penyajian materi tablig. Adapun isi maklumat tersebut adalah sebagai berikut:
1. PERSATUAN ISLAM sebagai perkumpulan tidak menetapkan salah satu hukum agama atas nama perkumpulan; umpamanya Persis memutuskan ini halal, atau Persis memutuskan itu haram. PERSATUAN ISLAM berpendirian bahwa hukum agama yang berdasakan kepada Al-Qur’an dan Hadits, tidak perlu cap officiel yang diberi oleh salah satu perkumpulan. Masalahnya dikuatiri, bahwa cap officiel itu bisa menghalangi kemerdekaan dalam menetapkan hukum Islam atau
Bagian Pertama: PERJALANAN SEJARAH PERSATUAN ISLAM -- Prof. Dr. H. Dadan wildan Anas, M.Hum.
memeriksa keterangan-keterangan agama, dan menjauhkan mereka dari pokok-pokoknya yang asal.
2. PERSATUAN ISLAM mempunyai satu bahagian pustaka yang memeriksa masalah-masalah agama dan menyiarkan keputusannya, yang diambil dengan alasan-alasan Al- Qur’an dan Hadits, sehingga bisa dipertimbangkan dan dibandingkan oleh orang-orang yang membacanya.
3. PERSATUAN ISLAM mengundang tiap-tiap muslim, untuk berdialog bilamana ia pandang keputusan itu keliru dengan membawa alasan-alasannya.
4. PERSATUAN ISLAM mewajibkan kepada mubaligh- mubaligh Persis supaya selalu memperhatikan tiap-tiap masalah yang disiarkan oleh Persis bahagian pustaka juga menegor bilamana mereka berpendirian lain, dengan membawakan alasan-alasan pendirian mereka pula.
5. Tegoran dalam kalangan Persis ini, menurut cara berikut:
a. Dengan surat langsung kepada P.B. Persis (Pengurus Besar Persatuan Islam) dan salinannya kepada Persis bahagian pustaka.
b. Dengan rembukan yang teratur menurut organisasi.
6. Persis bahagian pustaka bersedia setiap waktu ruju dari pendiriannya yang salah dan mengumumkan seluas-luasnya supaya menjadi perhatian dan pertimbangan tiap-tiap muslim yang membaca.
7. Cara bantahan salah satu anggota atau mubaligh (dalam pers atau tabligh), sebelum menegor atau bertukar pikiran terlebih dahulu sebagaimana yang dimaksud di atas (punt 5), sehingga dianggap bukan sebagai tegoran, melainkan sebagai cara yang merusak keamanan dalam perkumpulan. Cara membantah yang macam ini akan diurus oleh P.B. Persis menurut Qanun Persis. Tetapi isi bantahan yang macam ini pun akan mendapat perhatian yang penuh juga dari P.B. Persis dan Persis bahagian pustaka sebagaimana perhatian
TAMPILNYA PERSATUAN ISLAM DALAM GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA
yang diberikan kepada tegoran yang teratur (lihat point 5) 78 Dengan keluarnya maklumat dari Pengurus Besar Persis,
telah memberikan warna dan corak baru dalam aktivitas tablig yang diselenggarakan oleh Persis, baik yang diselenggarakan oleh organisasi maupun oleh anggota perseorangan. Selain itu, keterbukaan dalam mengungkapkan permasalahan dengan tidak mau benar sendiri, telah menarik massa untuk mengikuti tablig- tablig Persis di berbagai tempat. Persis dengan mubalig-mubalignya yang sangat tajam dalam menyampaikan dakwah dan terkenal tajam lidah, telah menggemparkan dunia Islam Indonesia dengan istilah- istilah tajamnya dalam membasmi bid’ah, khurafat, takhayul, serta paham-paham yang menyesatkan. Di samping kegegeran masyarakat Islam yang ditimbulkannya, banyak ulama yang dibangunkan dari “tidur nyenyaknya,” kemudian kembali menunaikan kewajiban menghadapi masalah kemasyarakatan yang selalu berubah. Tidak mengherankan kiranya apabila di kemudian hari dari Persis itu
timbul para pemimpin Islam yang berwatak. 79
Selain melalui tablig dalam menyebarkan pahamnya, Persis melakukan pula serangkaian aktivitas nyata, terutama yang banyak dilakukan oleh Pemuda Persis. 80 Pemuda Persis tampil sebagai pelopor aktivitas sosial kemasyarakatan dan penggerak massa melakukan praktek ibadah menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Contoh aktivitas itu dilakukan oleh Pemuda Persis di kota Bandung menjelang Shalat Idul Fitri, dengan membagikan zakat fitrah secara langsung kepada fakir- miskin tidak kurang dari 500 orang. Penyelenggaraan pemungutan dan pembagian zakat fitrah menjelang shalat Ied dianggap oleh golongan tradisional sebagai upaya cari muka dan ingin dipuji. Namun meskipun demikian, praktik tersebut terus dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemuda Persis juga mempelopori penyelenggaraan shalat Idul Fitri di lapangan (tidak di dalam masjid). Pada waktu itu Persis dan Pemuda Persis mendapat tantangan dan cemoohan yang luar biasa dari umat Islam lainnya,
Bagian Pertama: PERJALANAN SEJARAH PERSATUAN ISLAM -- Prof. Dr. H. Dadan wildan Anas, M.Hum.
sehingga pada saat penyelenggaraan shalat Ied yang pertama di lapangan (dengan tujuan ingin melaksanakan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah) yang berlangsung di lapangan Tegallega Bandung, para Pemuda Persis serta anggota Persis dan para simpatisan lainnya tidak sedikit yang membawa golok, karena sebelumnya telah mendapat ancaman akan diserbu dan dikeroyok oleh umat Islam lainnya yang tidak sepaham karena dianggap lain dari yang lain. Tidak kurang pula polisi pemerintah kolonial Belanda menjaga lapangan Tegallega tempat berlangsungnya shalat Ied. Demikian pula dalam penyelenggaraan aktivitas nyata lainnya yang dilakukan Persis dengan bantuan Pemuda Persis, seperti pembagian daging hewan qurban pada saat hari raya Iedul Adha kepada fakir-miskin, serta penyelenggaraan khitanan masal yang pertama kali dilakukan Persis setiap hari raya Iedul Adha, juga banyak dicemoohkan orang, diejek,
dan dicaci maki. 81 Demikianlah pada awal abad ke-20, antara tahun 1920-1930- an, Persis telah membawa arus gerakan pembaruan dalam dinamika pemikiran keislaman di Indonesia. Serangkaian aktivitas Persis yang mengibarkan panji kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah telah membawa perubahan fundamental terhadap kehidupan praktik keislaman. Meskipun pada tahap awal aktivitas Persis dilancarkan dengan isu-isu kontroversial dengan gebrakan-gebrakan yang membuat umat Islam lainnya kaget, namun tindakan ini telah memaksa pikiran-pikiran mereka lebih terbuka dan kritis. “Pintu” ijtihad pun dipaksa dibuka selebar-lebarnya.
Tidak hanya itu, dalam kemelut politik antara organisasi- organisasi gerakan politik kebangsaan dengan pemerintah kolonial Belanda, Persis pun tidak pernah ketinggalan dalam upaya aktif memperjuangkan berbagai tuntutan kepada pemerintah, terutama dalam tuntutan Indonesia berparlemen. Persis ikut memberikan bantuan dan dukungannya bersama-sama dengan partai politik yang ada. Demikian pula Persis ikut tampil ke depan dalam mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap rencana undang-
TAMPILNYA PERSATUAN ISLAM DALAM GERAKAN PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA
undang kolonial anti-poligami dalam volksraad pada tahun 1936. Soal poligami ini sudah semakin keras dibicarakan orang, karena tata cara perkawinan di Indonesia tidak akan menggunakan tata cara Islam, tetapi akan diadakan perjanjian sesuka hati antara pihak laki- laki dengan pihak perempuan yang ditetapkan menurut undang- undang. Dalam usaha menentang poligami ini, Persis melakukannya pula melalui perdebatan dan polemik. Bahkan ketika Soekarno dengan massa PNI (Partai Nasional Indonesia) menolak poligami, Mohammad Natsir dari Persis tetap mempertahankan pendapat
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah bahwa poligami tidak dilarang. 82