Sikap Terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI)

D. Sikap Terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI)

Sebelum membicarakan sikap politik Persis terhadap praktek politik PKI, sebuah catatan singkat tentang sejarah masuknya paham tersebut ke Indonesia perlu disertakan. Komunisme yang lebih populer dari pada sosialisme dan marxisme bagi masyarakat muslim Indonesia pada awalnya merupakan sesuatu yang sama sekali baru. Kalangan Islam yang pertama kali mengenal paham komunisme, sosialisme atau marxisme pada umumnya para pelajar yang mengenal pendidikan Barat dan pernah belajar di sekolah- sekolah Barat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Umumnya disepakati pada tahun 1913 H.F.J. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia. Dia memulai karirnya sebagai seorang penganut mistik Katolik tetapi kemudian beralih ke ide-ide sosial demokratis yang revolusiener dan aktivisme serikat dagang. Dia kemudian bertindak sebagai agen Komintern di Cina dengan nama samaran G. Maring. Pada tahun 1914 kelompok Marxiz ini mendirikan ISDV ( Indische Sodiaal Democratsche Vereeninging/Organisasi Sosial Demokrat Hindia Belanda), di Surabaya. Partai kecil beraliran kiri ini dengan cepat menjadi partai komunis pertama di Asia yang berada di luar negeri Uni Soviet. Anggota ISDV hampir seluruhnya orang Belanda, tetapi organisasi ini ingin memperoleh dasar di kalangan rakyat Indonesia. Pada tahun 1915-1916 partai ini menjalin persekutuan dagang dengan Insulinde (Kepulauan Hindia), sebuah partai yang didirikan pada tahun 1907 dan setelah tahun 1913 menerima sebagian besar anggota Indische Partij yang berkebangsaan Indo- Eropa, yang radikal. Anggota Insulinde berjumlah 6000 orang termasuk beberapa orang Jawa yang terkemuka, tetapi organisasi ini jelas bukanlah suatu alat yang ideal untuk menarik rakyat sebagai dasarnya. Oleh karena itulah, maka perhatian ISDV mulai beralih kepada Sarikat Islam, satu-satunya organisasi yang memiliki jumlah pengikut yang besar di kalangan rakyat Indonesia. 115

Partai ini berhasil memasukkan pengaruhnya ke Serikat Islam, sehingga SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih. Pada

Bagian Keempat: PERSIS VIS A VIS IDEOLOGI POLITIK NEGARA -- Latif Awaludin, MA

tahun 1926 di Bandung dan 1927 di Minangkabau PKI mengadakan pemberontakan. Tetapi pemberontakan itu akhirnya bisa ditumpas. Walaupun gagal, gerakan komunisme di jaman kolonial meninggalkan pengaruh mendalam pada kehidupan politik di Indonesia. Pengaruh ide-ide mereka merasa dalam perkembangan partai-partai nasionalis dan memungkinkan kembali bangkitnya komunisme di Indonesia. 116

PKI bangkit setelah pemerintah RI mengizinkan berdirinya partai-partai politik. Partai ini berdiri kembali tanggal 21 Oktober 1945. Perjalanan sejarah PKI sejak berdirinya senantiasa ditentukan oleh Moskow. Pada dasarnya garis politik yang ditentukan Moskow untuk mengorganisir kekuatan komunisme dapat dibedakan menjadi garis kanan dan kiri. Politik garis kiri mengharuskan partai komunis di luar Moskow berkonfrontasi dengan pimpinan negara atau kaum borjuis dalam istilah komunis. Sedangkan politik garis kanan mengharuskan partai komunis bekerjasama dan membentuk front rakyat dengan kaum borjuis itu. 117

Politik garis kiri dipakai PKI pada tahun 1926 dan 1927, sehingga menimbulkan pemberontakan. Akibatnya PKI dihancurkan oleh Belanda dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Politik yang sama juga dilakukan PKI pada tahun 1948 sehingga timbullah pemberontakan Madiun 1948. Pemberontakan ini di pimpin oleh Muso dan dibantu oleh Amir Syarifuddin, Nyoto, Alimin, DN. Aidit dan lainnya bertujuan mendirikan negara komunis dan menentang pemerintahan Republik Indonesia dio Yogyakarta, dengan nama negara Sovyet Republik Indonesia, yang akan menjadi satelit Uni Soviet alias menjadi tanah jajahan kembali. Pada tanggal 19 September 1948 Muso membentuk pemerintahan Front Nasional. Pemberontakan PKI ini dapat ditumpas dan sebagian pemimpinnya terbunuh, termasuk Muso dan Amir Syarifuddin. Sedangkan sebagaian yang lain dapat melarikan diri seperti DN. Aidit, Alimin, Abdul Madjid. Dan pemberontakan ini megakibatkan banyaknya korban pembunuhan massal dari kalangan muslimin,

SIKAP POLITIK PERSIS TERHADAP PRAKTEK POLITIK DI INDONESIA

nasionalis, pegawai negeri dan anggota tentara. Menurut Masyumi, pembunuhan massal itu lebih ditujukan kepada kaum Islam. 118

Para tokoh Persis seperti Isa Anshary dan Firdaus A.N. berpendirian pemberontakan PKI di Madiun merupakan suatu penghianatan terhadap bangsa Indonesia dan PKI pantas disebut “boneka” dan “kaki tangan” pemerintahan komunis Moskow untuk mengadu dombakan negara-negara demokrasi di dunia.Oleh karena itulah ia mendukung upaya pemerintah Soekarno dan Hatta bersikap tegas terhadap para elite PKI dan mengusulkan upaya pembubaran PKI. 119

Pada waktu itu PKI tidak sempat dibubarkan, karena adanya serangan Belanda ke Yogyakarta. Salah seorang pemimpinnya, yaitu Aidit berhasil lolos dan pada tahun 1952 ia terpilih menjadi pemimpin PKI dalam kongresnya ke-5. PKI pimpinan Aidit inilah yang menyusun strategi khusus PKI. Garis perjuangan ini kemudian diterbitkan untuk kepentingan kader-kader PKI dengan nama “Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia” atau MIRI. Sejak tahun 1952, PKI berusaha mencapai tujuannya melalui prosedur politik parlementer dari UUDS yang berlaku di Indonesia. Untuk memperkuat politiknya itu PKI menempuh dua cara yang legal, yaitu usaha pembentukan front nasional untuk bekerja sama dan mempengaruhi kekuatan politik lainnya di Indonesia serta tatktik merangkul Soekarno. Sejak itulah PKI mulai mengmukakan semboyan ”Hidup Bung Karno”. Sebelum politik garis kanan tersebut dilakukan, PKI senantiasa melakukan teror terhadap pemerintah dan ABRI sesuai dengan politik garis kiri yang saat itu ditentukan PKI. Gerakan ini bermula di daerah perkebunan Sumatera Timur dan kota-kota pelabuhan di Jawa sejak tahun 1950. Termasuk juga pengacauan di Merapi-Merbabu kompleks. Pengacauan ini baru berakhir ketika Kabinet Wilopo deganti dengan Kabinet AliI. Kebinet ini mendapat dukungan PKI karena kebijaksanaannya yang memusuhi penggunaan modal asing di Indonesia. Kabinet yang terkenal gigih menentang PKI adalah Kabinet Sukiman. 120

Bagian Keempat: PERSIS VIS A VIS IDEOLOGI POLITIK NEGARA -- Latif Awaludin, MA

Sejak kegagalannya dalam pemberontakan Madiun, PKI mengadakan konsolidasi dengan cara menganalisis kegagalan pemberontakannya. Aidit selaku pimpinan PKI Aidit membagi kekuatan sosial politik menjadi tiga:

1. Golongan progresif yaitu buruh, tani, borjuis kecil di kota-kota ataupun kaum intelek yang telah terpengaruh PKI.

2. Golongan tengah, yaitu borjuis nasional, semua kekuatan patriotik dan anti kolonial lainnya termasuk tuan tanh kiri yang harus dirangkul.

3. Golongan kepala batu, yaitu feodal dan komprador yang berkomplot dengan imperialis sehingga harus disingkirkan. PKI harus dibangun menjadi partai massa yang berdisiplin dan terindoktrinasi. 121

Dasar pemikiran Aidit adalah PKI harus menyelaraskan ajaran marxis-Leanisme dengan kondisi Indonesia. Alam demokrasi liberal memberi kesempatan kepada PKI untuk berkembang secara aman dan mengadakan rehabilitasi. PKI mulai mendekati PNI, karena PNI dianggap sebagai partai besar yang tidak anti komunis. PKI mengeluarkan pernyataan bahwa PKI bersedia mendukung partai yang tidak anti komunis dengan sistem imbalan agar partai yang tidak anti komunis membiarkan PKI beserta ormasnya dari berbagai macam penindasan. PKI sendiri tidak akan menuntut kedudukan dalam pemerintahan. Pernyataan ini tentu saja menarik minat PNI. Kerjasama PKI-PNI terlihat ketika berusaha menjatuhkan kabinet Wilopo. Ketika terbentuk kabinet Ali II, yang tanpa mengikutsertakan PSI dan Masyumi, PKI menyatakan mendukung kabinet ini. PKI menyatakan kabinet ini sebagai konsepsi demokrasi melawan fasisme. Meskipun kabinet ini sangat koruptif, PKI tetap membela dan menyerang kelompok yang hendak menjatuhkannya. Masyumi dan PSI dikelompokkan dengan golongan kepala batu. Sebagaimana kita ketahui, Masyumi merupakan salah satu partai besar yang sangat anti PKI. 122

SIKAP POLITIK PERSIS TERHADAP PRAKTEK POLITIK DI INDONESIA

Dalam situasi politik yang tidakl stabil, Soekarno dan AD sebagai kekuatan ekstra parlemen mencoba tampil menyelamatkan krisis. Soekarno mempunyai kans besar untuk bisa tampil karena kemampuan yang dimilikinya. PKI menyadari hal ini, dan dengan segera mendekati Soekarno, di samping masih tetap mejaga hubungan baik dengan partai non komunis. Indonesia di bawah Soekarno yang progresif revolusioner dalam mambangkitkan nation building sangat menguntungkan PKI. Karena dengan itu akan tumbuh nasionalisme militan yang oleh PKI digunakan untuk menggalang kekuatannya. 123

Seiring dengan gagalnya orang-orang Muslim memainkan perang dominan untuk mengangkat ideologi Islam ke pentas politik nasional, kekuatan nasional dan sekuler justru makin menapak. PNI terus melaju menghadang gerak Masyumi. Dalam aktivitasnya, PNI justru bermitra dengan PKI. Akan tetapi, dengan munculnya kekuatan komunisme, Masyumi dan kalangan Islam menampakkan sikap kerasnya.

Persis masih tetap kukuh menolak komunisme secara keseluruhan, dan para anggotanya menerbitkan banyak sekali buku, manifesti, dan fatwa-fatwa yang mengemukakan landasan dari penolakan tersebut. Sudah jelas, penolakan ini yang merujuk pada pengalaman di perempat pertama abad ke-20, ketika kaum komunis menyerukan aksi yang memecah belah Sarekat Islam gagal dalam pelaksanaannya dan membahayakan sejumlah besar aktivis muslim lainnya. Kita telah mengulas pernyataan-pernyataan tentang kelompok komunis dari para penulis persis di era sebelumnya, dan ketegasan sikap dalam pernyataan-pernyataan itu tetap tampak dalam berbagai pernyataan Persis di era Demokrasi Liberal. 124

Isa Ansary yang menjadi pimpinan Masyumi di Jawa Barat telah berdiri di garda depan. Waktu itu PKI mulai menelusuri jalannya kembali sesudah dihancurkan pada tahun 1948 sebagai akibat dari tindakan kudeta mereka. Sebagaimana dikatakan Boyd Compton, Isa Ansary memiliki kecemasan yang kental yang

Bagian Keempat: PERSIS VIS A VIS IDEOLOGI POLITIK NEGARA -- Latif Awaludin, MA

ia curahkan dengan sebuah tekad: menghancurkan komunisme di Indonesia. Gayung bersambut. Persis, induk organisasinya, memperlihatkan sikap yang sama. Bahkan, sebagai legitimasi, Persis menerbitkan manifesto dan fatwa penolakan terhadap komunisme. Sepanjang tahun-tahun 1953-1958, manifesto Persis begitu gencar disebarkan. Dalam kurun itu, Isa Ansary menyerang terus-terusan PKI, dengan, misalnya saja, menerbitkan majalah Anti Komunis. Tulisan-tulisannya sudah pasti berupa kecaman pedas. 125

Menurut Isa Ansary, komunisme adalah musuh yang paling berbahaya di bumi Indonesia, sebab menganggap agama hanyalah tahayul yang membelenggu pikiran manusia. Ia mengingatkan, penolakan terhadap agama dan nilai-nilai absolut terlihat dari sikap mereka yang tidak bermoral dengan menggunakan teror sebagai instrumen fundamental. Kemudian ia mengungkapkan berbagai dokumen praktik komunisme di berbagai belahan dunia. 126

Oleh karena itu, dapat dipahami ketika pada bulan September 1954, ia membentuk Front Anti Komunis sebagai sebuah reaksi akibat semakin bangkitnya komunisme (PKI). Lembaga yang didirikan bersama beberapa tokoh semisal Rusyad Nurdin, Jusuf Wibisono, dan Syarif Usman itu semula diposisikan sebagai kelompok penekan ( Pressure Group). Meskipun didominasi oleh orang-orang Masyumi, lembaga itu juga menghimpun partai- partai yang sealiran. Setidaknya, ada dua alasan yang melandasi pembentukan front itu.

Pertama, di bawah Kabinet Ali Sastroamidjojo, PKI semakin kuat, terutama saat mendapat perlindungan Kabinet. Saat itu, PKI memegang posisi penggerak di parlemen, karena dukungannya mutlak diperlukan kabinet. Kedua, pembukaan Kedutaan Besar Uni Sovyet dan RRC, yang dukungannya kepada PKI tentu tidak diragukan lagi. Boyd menyebut kedutaan itu dengan istilah Kedutaan Moskow dan Peking. 127

Tindakan Isa Ansary itu ternyata mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Front

SIKAP POLITIK PERSIS TERHADAP PRAKTEK POLITIK DI INDONESIA

ini, boleh dikatakan, dikembangkan dari rencana pembentukan Front Ketuhanan dan Demokrasi pada tahun 1952. Front tersebut merupakan reaksi yang lebih tegas, sebab komunisme membuat risau banyak kalangan. Banyak tindakan kasar yang dilakukan oleh orang-orang PKI. Mereka tidak mengindahkan hak-hak pihak lain. Penempelan poster dan pamflet oleh orang-orang komunis di tempat orang-orang non komunis menunjukan sikap kasar itu. Sebab, begitu poster-poster itu dirobek, ternyata sudah muncul lagi esok harinya. 128

Munculnya Front Anti Komunis tentu saja, bagi Masyumi,bisa melambangkan sikap politik partai itu. Sebab, sikapnya juga sama: menentang komunisme. Akan tetapi, front itu tampaknya justru menjadi masalah yang rawan, walau Natsir tetap anti komunis. Di sinilah, seperti dikatakan Boyd Compton, Isa Ansary membidikkan semua upaya untuk memperluas dan memanfaatkan isu anti komunisme sebagai senjata politik yang utama. Isa Ansary memang tidak secara terang-terangan menentang pemimpin partainya, namun langkah yang diambilnya tentu saja berlawanan dengan Natsir. 129

Tampaknya kelampok ini, meskipun sangat anti-komunis, tetap terasa lebih lunak. Menurut Body Compton, dalam melawan komunisme, kelampok ini lebih menekankan dan percaya pada pengembangan program partai yang praktis dari pada gerakan jihad yang militan. Namun, sesungguhnya, perbedaan dalam tubuh partai bukan pada soal “ apakah harus memerangi komunisme,” tetapi “bagaimana Cara memerangi komunisme” itu. 130

Walau didominasi oleh orang-orang Masyumi (juga Persis), Front Anti Komunis sendiri tidak dapat dikatakan sebagai naungan partai itu. Sebab, secara formal, antara Front itu dengan Masyumi tidak ada hubungannya, meski motornya adalah tokoh Masyumi nomor satu di Jawa Barat dan dapat diidentifikasi bahwa, dalam kasus itu, Isa Ansary tampaknya tidak dapt dilepaskan sebagai anggota Masyumi. Kebimbangan yang ditunjukan pimpinan pusat

Bagian Keempat: PERSIS VIS A VIS IDEOLOGI POLITIK NEGARA -- Latif Awaludin, MA

Masyumi bahwa dua organisasi itu berbeda membuat Isa Ansary mengakui bahwa Front Anti Komunis memang bukanlah kelompok politik, melainkan gerakan spiritual.

Pada bulan Maret 1957 Manifesto Persatuan Islam menyatakan bahwa teori dan praktek komunis bukan saja bertentangan dengan semua agama, tetapi mengandung permusuhan dan pertentangan dengan akidah yang diajarkan oleh semua agama. Dengan pemikiran yang sama Isa Ansary mengingatkan bahwa komunis menolak Tuhan, wahyu dan nabi-nabi serta komunis memandang agama sebagai tahkayul yang membelenggu otak manusia. Isa Ansary mencatat bahwa penolakan komunis terhadap kepercayaan agama serta nilai- nilai mutlak yang diwahyukan, berarti membenarkan komunis mengggunakan teror sebagai alat kekuasaan yang paling penting. Praktek pemerintah komunis di negara-negara yang dikuasai, kata dokumen Persis, menggunakan cara yang kejam, menindas agama, menghancurkan tempat-tempat beribadah, membunuh tokoh-tokoh agama dan ulama tanpa menganal peikemanusiaan, sebagaimana mereka lakukan di Turkistan, Caucasia, dan Hongaria. Dokumen itu menyebutkan bahwa komunis indonesia tidak berbeda dengan partai-partai komunis di negara lain; mereka juga telah bersalah mengadakan teror dengan membantai tokoh-tokoh Islam di Madiun tahun 1948 ketika Partai Komunis memberontak negara Republik Indonesia. 131

Isa Ansary menyatakan bahwa komunis berpandangan internasional dan menerima bantuan serta doktrin dari Kremlin untuk mengembangkan perjuangan Komunis. Dia mengingatkan bahwa tujuan komunis yang jelas adalah memperkenalkan bentuk kolonialisme baru yang menggantikan imperialisme barat; semua itu hanya diajukan untuk mencapai tujuannya dengan berkedok nasionalisme tulen. Manifesto Persis tahun 1957 membentangkan alasan ini serta menyatakan bahwa kekuatan komunis Indonesia dalam pemilihan umum 1955 dicapai melalui penipuan dan kecurangan serta janji-janji palsu yang keluar dari mulut orang-

SIKAP POLITIK PERSIS TERHADAP PRAKTEK POLITIK DI INDONESIA

orang Komunis kepad rakyat Indonesia, padahal janji-janji itu tidak benar dan tidak ada dalam ideologi komunis. 132

Pernyataan-peryataan Persis yang keluar pada 1953, 1954, dan 1956 secara khusus ditujukan untuk mengutuk komunisme. Deklarasi tahun 1954, misalnya, menyatakan bahwa setiap muslim yang sudah mendengar butki penentangan terhadap komunisme tetapi masih mengikuti ideologi tersebut akan dianggap “murtad” dan tidak akan “ disalati atau dikuburkan menurut tata cara Islam setelah ia mati”. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh fukaha Persis menyguhkan argumen-ergumen serupa dan secara tepat mencerminkan argumen serta sikap dari sebagian muslim di Indonesia terhadap komunisme. Salah satu dari fatwa-fatwa khusus itu, yang diterbitkan dalam al-Muslimun pada 1955, menyatakan bahwa pernikahan antara seorang perempuan muslim dengan seorang komunis adalah tidak sah. Fatwa lainnya, yang dibuat oleh Ahmad Hassan, mengutuk kebijakan front komunis bersatu dan menyatakan bahwa kerjasama semacam inihanya akan mengarah pada perusakan agama. Tentu saja, kutukan mutlak ini jauh melebihi celaan dan sebutan yang dialamatkan kepada kaum nasionalis dan para aktivis Nadhatul Ulama. 133

Dokumen-dokumen Persis lebih lanjut mengungkapkan bahwa kelompok-kelompok komunis memiliki orientasi internasional serta menerima bantuan dan perintah-perintah dari Uni Soviet guna melanjutkan tujuan-tujuan komunis. Ditegaskan pula bahwa tujuan sebenarnya dari komunis adalah memperkenalkan jenis kolonialisme baru untuk menggantikan imperialisme Barat, dan semata-mata untuk mencapai tujuan inilah kaum komunis berpura-pura menjadi kelompok yang sangat nasionalistik.

Pernyataan Persis 1956 menguraikan argumen yang sama dan menyatakan bahwa kekuatan komunis di Indonesia pada pemilu 1955 diperoleh melalui muslihat dan kecurangan, dan memperingatkan bahwa “janji-janji kaum komunis kepada kepada rakyat Indoneisa sama sekali tidak memiliki validitas dan arti penting dalam ideologi

Bagian Keempat: PERSIS VIS A VIS IDEOLOGI POLITIK NEGARA -- Latif Awaludin, MA

komunis”. Dokemen tersebut merujuk pada ayat-ayat al-Quran sebagai landasan fatwa tentang kelompok-kelompok kafir, semisal kaum komuis. Dokumen-dokumen tersebut menyatakan bahwa al- Quran surat al-imran ayat 118 memperingatkan bahwa orang-orang kafir yang anti agama dan anti Tuhan senantiasa menimbulkan dan membuat kerusakan pada setiap komunitas yang beriman dan mengikuti agama dengan benar; surat al-mujadilah ayat 22 memuat penjelasan bahwa komunitas Islam tidak akan mungkin bekerja sama dengan kelompok-kelompok yang menentang Tuhan dan nabinya; surat an-nisa ayat 140 dengan jelas melarang kaum muslim untuk berkumpul bersama orang-orang yang menolak ajaran agama, dan surat al-maidah ayat 2 memerintahkan kaum muslim untuk bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan dan melarang kerjasama dalam dosa dan pelanggaran. 134

Dalam pidatonya di hadapan Majelis Konstituante, Isa Ansary kembali membahas seluruh landasan tersebut, dengan menyebut kaum komunis sebagai anti Tuhan, anti agama, memaksakan hukum rimba, tak bermoral, senang dengan pertikaian, pengguna teror, menciptakan neraka di muka bumi, anti demokrasi dan anti nasionalisme, mempresentasikan imperialisme baru, dan memunculkan agama baru itu sendiri. Dalam sebuah ceramah pengajian, Issa Ansary menggunakan gerakan komunis Lenis dan negara Bolshevik Stalin sebagai contoh dan menyimpulkan dengan sebuah pernyataan panjang tentang penindasan masyarakat muslim di Asia Tengah oleh kedua pemimpin tersebut dalam gerakan mereka untuk mempersatukan Uni Soviet. Dia memperingatkan bahwa agresivitas politik semacam ini merupakan hal yang lazim bagi kelompok-kelompok komunis dan bahwa ia dapat dengan mudah digunakan di Indonesia. 135

Akhirnya fatwa-fatwa fukaha Persis juga sangat keras dalam menilai komunisme dan kaum komunis. Sebuah fatwa di tahun 1954 menjelaskan bahwa istilah “kafir “ merujuk pada seseorang yang tidak percaya kepada Tuhan dan kepada hal-hal lain yang

SIKAP POLITIK PERSIS TERHADAP PRAKTEK POLITIK DI INDONESIA

diperintahkan Islam untuk diimanai, “semisal keberadaan Allah atau, keadilan Allah”. Fatwa itu mengungkapkan bahwa ada beberapa orang macam orang kafir. “Diantaranya, mereka yang tidak mau menerima atau mempercayai Tuhan, seperti Marx, Lenin, Stalin, dan orang-orang komunis lainnya”. Kelompok kedua yang disebut “orang-orang munafik”, menyembunyikan kekufuran mereka dan mangaku beriman. Mereka berpra-pura mengucapkan syahadat, tetapi maksud mereka adalah untuk membingungkan kaum muslim, “sebagaimana yang dilakukan PKI”. Jenis orang kafir ketiga adalah mererka yang benar-benar mengakui keberadaan Islam, tetapi tidak bersedia mengakuinya, seperti yang dilakukan sebagian pemimpin PNI”. Jenis terakhir ini didasarkan pada penyangkalan yang tak tergoyahkan, seperti halnya setan yang mengakui keberadaan Tuhan tetapi menolak untuk mengaatakannya secara terbuka. Fatwa tersebut diakhiri dengan peringatan bahwa akhirnya orang-orang kafir itu akan masuk ke dalam api neraka. 136

Pada tanggal 4 Maret 1957 Manifesto Persis di bawah pimpinan Isa Ansary menyatakan bahwa teori dan praktek komunis bukan saja bertentangan dengan semua agama, melainkan juga mengandung permusuhan dan pertentangan dengan akidah yang diajarkan oleh semua agama. Manifesto tersebut merupakan penolakan Persis terhadap konsepsi Bung Karno yang ingin memasukkan komunis dalam mengendalikan pemerintahan di Indonesia. Selengkapnya manifesto itu berbunyi: