Konsepsi tentang Syirk dalam Kaitannya dengan Sumpah dan Menghormat Bendera

D. Konsepsi tentang Syirk dalam Kaitannya dengan Sumpah dan Menghormat Bendera

Dalam memelihara dan memperkuat keimanan dan kepercayaan kepada Allah, salah satu perbuatan yang harus dijauhi

oleh setiap muslim adalah 18 syirk. A. Hassan memberikan contoh perbuatan syirk sebanyak 23 macam, yang masing-masing menjadi

indikasi ketidakmurnian iman seseorang. Ke-23 contoh syirk itu sebagai berikut:

1. Menyembah berhala, binatang, kayu, batu dan lain-lain.

2. Minta pertolongan kepada manusia, binatang, pohon dan sebagainya dalam urusan ghaib.

3. Takut kepada sesuatu, seseorang dalam urusan ghaib sebagaimana takutnya kepada Allah.

4. Menyembelih karena selain Allah.

5. Bersumpah dengan nama lain selain Allah.

6. Menerima keputusan guru-guru, ulama-ulama dalam urusan agama tanpa disertai dalil al-Qur‘an dan Hadits.

7. Mengharamkan apa yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

8. Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul.

9. Menggambarkan guru pada waktu berdzikir sembahyang atau berdoa.

10. Menyeru di waktu kesusahan dengan kalimat, seperti: “ Ya Rasûlullâh, Ya ‘Abd al-Qadîr”.

11. Menganggap sesuatu itu sial, bertuah tanpa ada keterangan dari Allah dan rasul.

12. Beribadah tanpa ada keterangan dari Allah.

13. Minta hujan kepada binatang-binatang atau arwah-arwah.

Bagian Ketiga: PEMIKIRAN KEAGAMAAN PERSATUAN ISLAM -- Oleh Dr. Badri Khaeruman, M.Ag

14. Menganggap kayu, kuburan mempunyai berkat.

15. Tunduk, merendahkan diri kepada kuburan, batu, kayu, besi yang dipandang keramat.

16. Beribadat semata-mata ingin dipuji.

17. Menganggap ada yang berkuasa di dalam urusan ghaib selain Allah.

18. Berkata semisal: “ Saya akan datang jika dikehendaki Allah dan si Anu”.

19. Menghina agama Allah dan Rasul-Nya yang benar.

20. Mengeluarkan perkataan:“ Semua agama baik, atau apa guna kita beragama”.

21. Minta sesuatu dari Allah dengan memakai perantara, misalnya: “ Hai Tuhanku, dengan berkat si anu, karuniakan kepadaku”.

22. Minta kepada arwah seseorang supaya ia memintakan kepada Allah sesuatu untuk dirinya.

23. Menganggap ada nabi lagi sesudah Muhammad yang membawa syari’at maupun tidak.

Pandangan di sekitar syirk di atas yang kemudian mendapat porsi bahasan yang tajam dan sekaligus merupakan kritik terhadap prilaku keagamaan masyarakat yang dilakukan oleh Persatuan Islam, antara lain sebagai berikut:

1) Tentang Sumpah

Umumnya umat Islam, mengucapkan sumpah itu dengan menyebutkan kata-kata: Demi Allah demi Rasûlullah ... Sementara Persatuan Islam mengharamkan bersumpah dengan cara demikian. Bersumpah seperti itu sudah termasuk perbuatan syirk, karena menyekutukan Allah dengan Nabi. Menurut Persatuan Islam mengucapkan kata-kata itu cukup dengan mengatakan: Demi Allah saya bersumpah....

Pandangan ini tampak berpegang pada petunjuk-petunjuk sumpah yang dijelaskan dalam Syarî’at Islam maupun pandangan para ulama, misalnya:

PEMIKIRAN DI BIDANG AKIDAH DAN SYARI’AH

“ Sumpah ialah mentahqiqkan sesuatu perkara/keadaan atau menguatkan-nya dengan menyebut nama Allah SWT atau salah satu sifat-Nya”.19

Sabda Nabi:

“ Dari Abdullah Ibn Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bertemu dengan Umar Ibn al-Khathab sedang berjalan dalam satu rombongan dan ia bersumpah dengan menyebut nama ayahnya, maka Nabi SAW bersabda: ”Ingatlah! Sesungguhnya Allah SWT melarang kamu bersumpah dengan menyebut nama ayah leluhur (kakek-nenek moyang) kamu. Barang siapa akan bersumpah, hendaklah ia bersumpah dengan menyebut nama Allah, atau diam sama sekali” (Riwayat al- Bukhari).20

Sementara dalam kitab fiqh dinyatakan:

“ Tidaklah sah sumpah itu melainkan dengan (menyebut lafazh) Allah SWT atau salah satu nama-nama-Nya atau salah 21 satu sifat-sifat-Nya”.

Bahkan praktik bersumpah dengan cara menyimpan kitab al- Qur’an di atas kepala, maupun dipocong, hal ini merupakan praktik imitatif dari kepercayaan agama non-Islam. A. D. Marzededeq,22 menelusuri praktik bersumpah demikian itu berasal dari agama Yahudi. Ia mengutip suatu anotasi ( syarh) dari Talmud yang merupakan kitab Syarh Taurat yang diakui oleh orang-orang Yahudi, pada pasal 134 dinyatakan:

Bagian Ketiga: PEMIKIRAN KEAGAMAAN PERSATUAN ISLAM -- Oleh Dr. Badri Khaeruman, M.Ag

“ Maka Anbach di hadapan hakim, mengucapkan: “Demi Jehova” sambil menempatkan Taurat di atas kepalanya”. Ia juga lebih jauh menjelaskan dengan mengutip kitab Syarh Majna hlm. 26, yang menyatakan: “ Sesungguhnyakami Bani Israil apabila bersumpah biasa menyimpan Taurat di atas di atas kepala kami. Tetapi ajaran itu bukan ajaran Musa dan Nabi-nabi yang lain”.

Karena itu pandangan Persatuan Islam tentang sumpah ini terlihat sangat berbeda dengan umumnya pandangan dan keyakinan umat Islam, khususnya kalangan Islam tradisional.

2) Tentang Menghormat Bendera

Tradisi menghormat bendera yang secara selintas bukan termasuk kegiatan ritual keagamaan, namun ternyata dalam pandangan para ulama Persatuan Islam hal ini bisa bernilai agama. Persatuan Islam memandang perlu mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan menghormat bendera tersebut agar tidak berlebihan dan berindikasi syirk. Hal ini dapat dilihat dalam salah satu fatwanya yang dikeluarkan oleh Dewan Hisbah23 dengan uraian sebagai berikut:

“Menghormati bendera termasuk kepada masalah keduniaan. Menurut kaidah Fiqh: ” Tiap-tiap hal keduniaan pada asal hukumnya boleh dikerjakan, asal dapat dimengerti oleh akal (ma’qul) dan tidak dilarang atau bertentangan dengan agama”.

Jika sesuatu itu tidak dapat dimengerti oleh akal dan bertentangan dengan agama, maka dinamakan khurafat. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa, menghormati bendera yang artinya memelihara bendera dan memasangnya secara wajar, dapat dimengerti oleh akal yang sehat, itu tidak terlarang, bahkan seharusnya begitu. Tetapi kalau menghormati bendara dengan arti mengagungkan, karena timbul dari perasaan jiwa bahwa bendera itu agung atau sakti, dengan jalan umpamanya menundukkan kepala, tabe (Sunda, Pen.) dengan segala variasinya, maka penghormatan

PEMIKIRAN DI BIDANG AKIDAH DAN SYARI’AH

yang seperti itu tidak dapat dibenarkan menurut ajaran Islam. Karena bertentangan dengan akal pikiran yang sehat, dan bertentangan dengan agama yang ikhlas, antara lain:

1. Di waktu kita menghormati bendera, sama sekali bendera itu tidak dapat merasakan penghormatan kita, dan tidak bisa berkutik apa-apa.

2. Yang membuat bendera, lebih mulia daripada bendera itu. Tidak masuk akal kalau si pembuat bendera harus menghormati benderanya, walaupun bendera dijadikan sebagai lambang sesuatu negara.

3. Kalau Tuhan membuat makhluknya, apakah Tuhan yang harus menghormati makhluknya atau makhluk yang harus menyembah Tuhannya?

4. Bendera itu hanya sebagai lambang/tanda, bagaimanapun mulianya yang diberi lambang/tanda, tiada ubahnya seperti kita mempunyai rumah/tanah atau lainnya, lalu kita beri tanda.

5. Mengapa bendera yang kita hormati itu hanya bendera yang dipakai dalam upacara-upacara tertentu saja, sedangkan bendera-bendera yang dipasang di lain-lain tempat tidak dihormati, apakah bendera yang itu tidak mempunyai arti?

6. Penghormatan bendera yang sekarang mulai digalakkan di sekolah-sekolah, ketika anak didik masuk dan keluar kelas, terlalu berlebih-lebihan dan merusak ‘aqîdah anak didik.

Oleh karena perbuatan yang seperti itu tidak ma’qûl, maka hal tersebut termasuk kepada kategori ta’abbûdi, yakni ibadah yang memerlukan kepada dalil naqli dari al-Qur’an dan al-Hadîts. Imam al-Syathîbi dalam al-I’tishâm-nya menyatakan:

Bagian Ketiga: PEMIKIRAN KEAGAMAAN PERSATUAN ISLAM -- Oleh Dr. Badri Khaeruman, M.Ag

“... karena sesuatu yang tidak dapat dimengerti maknanya dengan jelas, dari tiap-tiap perintah atau cegahan darinya, itulah yang dimaksud dengan ibadah (ta’abbudî)”.

Bahkan ternyata tidak satupun keterangan yang dapat membenarkan perbuatan itu, bahkan sebaliknya. Ibn Taimiyah menyatakan:

“ Ibadah itu merendahkan diri yang timbul dari perasaan hati, karena terasa agungnya yang disembah”.

Selanjutnya Ibnu Taimiyah menyatakan pula:

“ Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup kepada segala

sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, yaitu berupa perkataan dan amal perbuatan yang tampak maupun tersembunyi”.

Dengan demikian, jelas bahwa penghormatan terhadap

bendera dengan cara menundukkan kepala/ tabe (Sunda, Pen.) dengan segala variasinya itu memerlukan dalil naqli.

Karena itu, untuk memperoleh kepastian hukum, perhatikanlah keterangan-keterangan di bawah ini:

1) Firman Allah:

“... Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu beriman” (QS. al-Anfal: 1).

2) Mushtâfa al-Marâghi menyatakan:

PEMIKIRAN DI BIDANG AKIDAH DAN SYARI’AH

“ Mu’min yang benar, tidak akan merendah diri (hormat), kecuali kepada Khaliqnya sendiri, tidak kepada sataupun dari makhluqnya, dan keluar dari itu (yang dihormat itu bukan Allah) adalah musyrik.” 24

3) Firman Allah:

“ Sungguh ada untukmu pada Rasulullah itu contoh (pola hidup) yang baik, bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan bahagia di akhirat...” (QS. al-Ahzab: 21).

4) Kaidah Fiqh menyatakan:

“ Sesungguhnya apa-apa yang ditinggalkan (tidak dilakukan) oleh Nabi SAW dan shahabat R.A. Sedang sebab dan pengaruhnya ada, maka meninggalkannya itu adalah sudah ijma’, bahwa hal itu tidak disyari’atkan dan tidak boleh dilakukan menurut agama.”

5) Sabda Nabi menyatakan:

“ Barangsiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia termasuk kepada kaum itu” (H.R. Ahmad, Abu Dawud dan al- Thabrani, dalam kitab Tamyiz al-Thayyib).

Yang mula-mula membuat bendera itu, lalu dihormati dengan segala variasinya itu ialah di zaman Rumawi, pada tahun 1000 sebelum masehi, kemu-dian ditambah lagi variasinya dengan tabe oleh orang-orang Inggris, lalu dikuatkan lagi dengan ajaran

Bagian Ketiga: PEMIKIRAN KEAGAMAAN PERSATUAN ISLAM -- Oleh Dr. Badri Khaeruman, M.Ag

animisme bahwa pada bendera itu ada dewanya dan mempunyai kesaktian.

6) Firman Allah menyatakan:

“ Dan janganlah kamu mengikuti atau melaksanakan sesuatu yang tidak berdasarkan ilmu (agama), karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu akan diminta pertanggung jawabnya” (QS. al-Isra: 36).

7) Sabda Nabi menandaskan:

“ Apabila umatku telah mengagungkan dunia, maka dicabutlah dari umat itu kehebatan Islamnya. Dan apabila umatku sudah meninggalkan amar ma’ruf dan nahyi munkar, maka diharamkan berkahnya wahyu. Dan apabila umatku telah saling mencaci maki, maka gugurlah perlindungan Allah” (HR. al-Tirmidzi).

8) Firman Allah:

PEMIKIRAN DI BIDANG AKIDAH DAN SYARI’AH

“ Dan sesungguhnya Aku (Allah) telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap ummat, supaya kamu beribadat kepada Allah dan menjauhi thaghut. Maka sebagian mereka ada orang yang mendapat petunjuk, dan sebagian lagi nyata berada dalam kesesatan. Maka oleh karena itu, berpesiarlah kamu di muka bumi ini, lalu perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan (Allah)” (QS. al-Nahl: 36).

9) Firman Allah: …       “ Dan Tuhanmu telah mewajibkah supaya kamu tidak

menyembah/menghormati, kecuali kapada-Nya...” (QS. al-Isra: 23).

10) Firman Allah:              “Dan ingat pada waktu Nabi Ibrahim berdo’a: Ya Tuhanku

jadikanlah negara ini negara yang aman, dan jauhkanlah daku dan anakku beribadat kepada berhala” (QS. Ibrahim: 35).

11) Firman Allah:         

“ Dan hadapkanlah dirimu kepada agama dengan ikhlas, dan janganlah kamu menjadi orang musyrik” (QS. Yunus: 105).

12) Firman Allah:          … “Hai anakku janganlah kamu berlaku musyrik kepada

Allah, karena sesungguhnya kemusyrikan itu benar-benar suatu kedlaliman yang sangat besar” (QS. Luqman: 13).

Bagian Ketiga: PEMIKIRAN KEAGAMAAN PERSATUAN ISLAM -- Oleh Dr. Badri Khaeruman, M.Ag

13) Firman Allah:     …

“Dan janganlah kamu menjadi orang musyrik” (QS. al-Rum: 31).

14) Firman Allah:              

       “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) yangIa

disekutukan dengannya, tetapi Ia akan mengampuni kepada selain dari itu bagi siapa yang ia kehendaki. Dan siapa yang menyekutukan kepada Allah, maka sungguh ia berada dalam kesesatan yang sangat jauh” (QS. al-Nisa: 116).

15) Firman Allah:           

  “Dan orang-orang yang menjauhi beribadat/menghormat thaghut, lalu ia kembali kepada Allah (kepada jalan yang benar), bagi mereka adalah kegembiraan, maka gembirakanlah hambaku” (QS. al-Zumar: 17).

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas Dewan Hisbah kemudian menegaskan bahwa:

1. Keterangan nomor 1, 2, 3, dan 4 ialah setiap orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak boleh merunduk, menyembah kepada selain Allah. Kita wajib bercermin kepada pola hidup Rasulullah, karena dialah yang sengaja diutus untuk menjadi cermin yang baik dalam segala tingkah laku manusia, bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan percaya kepada akhirat. Segala sesuatu yang tidak

PEMIKIRAN DI BIDANG AKIDAH DAN SYARI’AH

dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya, padahal sebab dan pengaruhnya ada, hal itu menunjukkan tidak disyari’atkan dan tidak diperbolehkan oleh agama, seperti menghormati bendera.

Di zaman Rasulullah dan para shahabatnya bendera itu ada dan dipakai sebagai lambang kesatuannya, pasukanya dan lain sebagainya. Kalau bendera itu karena dipakai sebagai lambang para mujahidinnya harus dihormati, tentu Rasulullah beserta para shahabatnya akan melakukannya. Tetapi ternyata tidak pernah dilakukan.

2. Keterangan nomor 5,6,7,dan 8 ialah bahwa, manusia itu tergantung kepada siapa yang ditirunya. Apakah kita akan meniru orang Romawi dalam cara dan upacara penghormatan kepada bendera, atau akan meniru Nabi. Kalau kita meniru perilaku Nabi berarti kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi kalau menentangnya berarti memusuhi Allah dan Rasul- Nya. Semua yang kita lakukan itu harus mempunyai landasan ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sikap kita terhadap dunia, di antaranya yaitu bendera, tidak boleh kita menghormati/mengagungkan secara berlebih-lebihan, karena dengan itu akan menghancurkan semangat keislaman.

Allah mengutus Rasul-Nya mempunyai arti yang sangat penting, yaitu supaya tidak menyembah selain Allah, dan supaya menjauhi thaghut. Yang dimaksud dengan thaghut itu, ialah sesuatu benda yang dipertuhan, dijadikan sembahan, dianggap sakti, yang mempunyai keagungan menurut kepercayaannya, padahal sebenarnya tidak. Itulah yang membawa kepada kesesatan sehingga jatuh kepada kemusyrikan.

3. Keterangan nomor 9,10,11,12 dan13 ialah bahwa, wajib manusia itu menyembah/menghormti Allah, tidak boleh menyembah yang lainnya. Nabi Ibrahim A.S. Berdo’a agar negaranya aman tentram serta masyarakatnya tidak menjadi penyembah berhala. Ujud berhala itu bermacam-macam, tidak mempunyai

Bagian Ketiga: PEMIKIRAN KEAGAMAAN PERSATUAN ISLAM -- Oleh Dr. Badri Khaeruman, M.Ag

bentuk yang khusus, adakalanya batu, tanah, kain, kayu, binatang, dan adakalanya manusia sendiri, dan benda-benda itu dianggap keramat, yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib dan terhormat, sehingga manusia meng-hormati dan menyembahnya. Seperti patung-patung yang dihormat-hormat oleh raja Namrudz dan masyarakatnya, dan seperti pula di zaman jahiliyah, yang diberantas oleh Nabi Muhammad SAW.

Allah melarang mensyarikatkan apapun kepada Allah, sebab berarti menyamakan Allah dengan yang lainnya.

4. Keterangan nomor 14 dan 15 ialah bahwa, kemusyrikan itu sangat berbahaya, karena Allah tidak akan mengampuni dosa itu, selama tidak bertobat; berbeda dengan dosa-dosa lainnya. Tetapi meskipun tadinya sebagai penyembah berhala, kemudian mereka bertobat, kembali kepada jalan yang benar dan menunda segala perbuatan kemusyrikannya itu, pasti Allah akan mengampuninya, karena Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas secara ‘aqli dan naqli dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul, Dewan Hisbah berkesimpulan dan memutuskan sebagai berikut:

1. Menghormati bendera berarti menjadikan bendera sebagai thaghût dan ashnâm yang sangat dicerca oleh Islam.

2. Menghormati bendera suatu perbuatan yang melawan hukum ‘aqli dan naqli, yang menjurus kepada kemusyrikan.

3. Menghormati bendera dan yang serupa dengan itu yang termasuk kepada kategori thaghût dan ashnâm adalah hukumnya musyrîk. Demikian pembahasan tentang pembahasan menghormat

bendera. Karena itu, di sekolah-sekolah Persatuan Islam, bendera merah putih, hanya sebatas dipasang saja. Para pelajar sekolah di lingkungan Persatuan Islam tidak diharuskan untuk mengadakan upacara bendera sebagaimana kebiasaan di sekolah lain pada umumnya.

PEMIKIRAN DI BIDANG AKIDAH DAN SYARI’AH