Kegamangan Demokrasi dan Isu-isu Kemanusiaan

C. Kegamangan Demokrasi dan Isu-isu Kemanusiaan

Demokrasi pada prinsipnya tidak pernah ditolak oleh para tokoh pendiri ( founding fathers) Indonesia. Demokrasi merupakan sistem sosial politik yang tidak dapat ditolak dan secara eksplisit

33 Sumardjo, Non-Blok sebagai Wadah…, , p. 9. 34 Negara-negara baru umumnya berada dalam posisi ketergantungan pada

negara-negara yang lebih kuat secara politik, militer dan ekonomi. Paling tidak secara ekonomi, pasar internasional telah menjadi tumpuan kebergantungan, dan

akan jatuh dalam stagnasi total jika lingkage dengan pasar internasional terganggu. Farchan Bulkin “Nasib Publik dalam Sebuah Republik” dalam Prisma, No. 8, 1985, p. 14.

174 ISLAM DAN KEGAGALAN DEMOKRASI Menelusuri Jejak Politik Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru

SITUASI INTERNASIONAL DAN PERGULATAN POLITIK MASA REVOLUSI

harapan membangun negara demokrasi telah ditetapkan sebagai bagian dari prinsip-prinsip ketatanegaraan dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Bahkan dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan dan negeri ini harus berhadapan dengan ancaman agresi Belanda, demokrasi parlementer yang berkarakter liberal dijadikan pilihan, menggantikan demokrasi

presidensial. 35 Pilihan atas sistem demokrasi liberal menunjukkan keberanian

yang luar biasa dalam mengeksperimentasikan demokrasi pada negara baru dan miskin pengalaman dalam mengelola negara serta merebaknya antipati terhadap khazanah-khazanah tradisi dalam negeri. Sekalipun rata-rata anti kapitalisme, kemajuan Barat menjadi model ideal pembangunan negara-negara baru. Selain demokrasi, mereka mengapresiasi satu aspek fundamental lain yang menjadi bagian dari tata nilai Barat, sekulerisme yang dalam implementasinya di berbagai dunia Islam dihadapkan pada konsekwensi terjadinya benturan-benturan dengan kelompok pemegang tradisi, kalangan

agama. 36 Terlepas dari berbagai hal yang melatarbelakanginya, termasuk

penyelamatan Dwi-Tunggal, Soekarno-Hatta, dari ekses-ekses politik parlementariat seperti dinyatakan Hatta, para pendiri republik menempatkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai lembaga parlemen sementara, yang dijalankan dengan mengikuti pola dan mekanisme demokrasi liberal. Konsekwensi jatuh bangunnya kabinet yang berpotensi memperkeruh situasi politik dalam negeri menghadapkan pada kenyataan bahwa menerapkan demokrasi memang tidak sesederhana konsep demokrasi itu sendiri; pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. Berbagai

35 Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia VI, p. 123-4. 36 Pada kasus Turki, penerapan hukum positif dan tradisi sosial ekonomi modern

Barat yang turut menyertai apresiasi tersebut kadang mengharuskan norma-norma

keagamaan menyesuaikan dengan norma-norma baru. Simak Berkes, The

Development of Seculerism…, 499-0.

Menelusuri Jejak Politik Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru ISLAM DAN KEGAGALAN DEMOKRASI

BAB VI

persoalan muncul ketika demokrasi diterapkan. Di samping mengakibatkan pemerintahan tidak stabil, lemah dan tidak mampu memperbaiki kesejahteraan, demokrasi ternyata mempertajam fragmentasi sosial dari tingkatan elit sampai bawah. Demokrasi juga menjadi lahan persemaian yang subur bagi pengentalan ideologi sosial politik dengan tingkat dukungan rakyat yang mencapai derajat fanatik, di mana aliran ideologi menjadi batas perbedaan kelompok

sosial politik. 37 Persaingan Blok Barat dan Timur menciptakan iklim global

yang menawarkan dua model demokrasi yang sama-sama dominan, meski saling bertolak-belakang. Masing-masing mengklaim sebagai yang paling demokratis. Berlangsungnya perang dingin pada kurun awal kemerdekaan menghadapkan bangsa-bangsa baru pada dua pilihan besar, demokrasi komunis atau liberal. Negara-negara penganut paham liberal memandang demokrasi berbasis liberalisme sebagai pilihan terbaik. Negara komunis tidak kalah dalam mengklaim diri sebagai model paling demokratis dengan sebutan demokrasi rakyat. Persoalannya terletak pada model mana yang harus dipilih suatu negara ketika pada tataran global tersedia dua pilihan

yang relatif seimbang. 38 Kenyataan ini tidak dapat diabaikan peranannya sebagai

variabel yang turut mempengaruhi iklim sosial politik negara-negara baru. Bangunan iklim sosial politik global membentuk trend sikap dan perilaku, baik untuk memihak salah satu dari keduanya atau memilih

Pertumbuhan paham kebangsaan tersebar di kalangan bangsawan, intelektual didikan Barat, tokoh agama dan usahawan (pedagang) pribumi masih sederhana dalam pengertian – meminjam istilah Soekarno – “sini” dan “sana”. Simak Bennedict R.O‟G. Anderson, Imagined Community: Reflections on The Origins and

Growth of Nationalism, p. 111. 38 Perkembangan komunisme dengan tingkat kepercayaan diri yang besar

menimbulkan banyak keraguan di kalangan pengamat Barat. Barat hampir-hampir memahami demokrasi otoriter-komunis memang seolah sudah menjadi takdir Uni Sovyet, sebagaimana halnya Cina dan Vientam. Fukuyama, The End of History…, p. 30.

176 ISLAM DAN KEGAGALAN DEMOKRASI Menelusuri Jejak Politik Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru

SITUASI INTERNASIONAL DAN PERGULATAN POLITIK MASA REVOLUSI

menjaga jarak. Negara yang berafiliasi pada salah salah satu dari keduanya segera menemukan model pemerintahan yang mapan, sekalipun kadang tidak lepas dari pola-pola otoriter. Sedangkan negara yang independen pada terombang-ambing pada persoalan national-building. 39

Sisa-sisa nasionalisme revolusioner membuat negara-negara baru sering kali dibayang-bayangi kekhawatiran akan jatuh kembali di bawah neo-kolonialisme dan neo-imperialime, di mana kedua adi- daya dan kekuatan-kekuatan asing lainnya sering ditempatkan sebagai ancaman. Kecurigaan berlebihan terhadap ancaman kekuatan luar, di samping atmosfir sosial politik yang diliputi kobaran nasionalisme, stabilitas politik di dalam negeri yang lemah, serta praktik penerapan demokrasi yang tidak memuaskan mendorong negara-negara baru berupaya membangun sistem sosial politik

alternatif. 40 Situasi ini menyebabkan, pada kurun awal kemerdekaan,

demokrasi jatuh dalam ambiguitas besar, di mana meniru model yang ada dihadapkan pada resiko yang dilematis. Sementara itu eksperimentasi penerapan demokrasi liberal pada umumnya menghadapkan mereka pada berbagai paradoks, ketidakjelasan arah politik, buah penerapan demokrasi yang jauh dari yang diharapkan

39 Sejak kemerdekaan, Indonesia sebagai negara bangsa secara de facto sebenarnya belum dapat dikatakan lahir. Kalaupun sudah lahir, kondisinya masih sangat lemah untuk disebut sebagai negara. Birokrasi sipil belum tegak, tentara masih terpecah- belah oleh konflik dan perpecahan, yang menjadikan sosok negara masih sangat kabur bahkan tenggelam dalam kegaduhan masyarakat. Simak Bulkin “Nasib Republik…” p. 28.

40 Dalam banyak kesempatan tokoh-tokoh nasional, seperti Soekarno, Hatta, Soeharto dan tokoh-tokoh lain mengecam demokrasi liberal, komunis maupun

model-model teokrasi. Sebagaimana Soekarno yang mengecam demokrasi liberal, Hatta juga menyatakan demokrasi ideal untuk Indonesia bukan liberal tetapi juga bukan otoriter, bukan feodalisme ataupun neo-feodalisme. Simak Hatta, “Pengertian Pancasila”, p. 43. Simak pula Hatta dan Panitia Lima, Uraian Pancasila, p. 56-7.

Menelusuri Jejak Politik Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru ISLAM DAN KEGAGALAN DEMOKRASI

BAB VI

sebelumnya, atau mungkin juga tidak memuaskan kepentingan pribadi dan kelompok. Hal ini mendorong tokoh-tokoh negara baru berusaha melakukan reksperimen demokrasinya sendiri, yang pada dasarnya merupakan buah dari ketidakpuasan, keraguan dan mungkin juga ketidaksiapan menghadapi resiko penerapan salah satu

dari model yang ada, demokrasi liberal ataupun komunis. 41 Situasi internasional dan beragam persoalan yang dihadapi

bangsa-bangsa baru banyak menimbulkan keraguan pada model- model demokrasi yang telah berkembang masa itu. Banyak bangsa kecewa atas gagalnya demokrasi liberal Barat, dan di sisi lain, meragukan demokrasi komunis, yang membuat mereka berusaha membangun alternatif demokrasi ketiga, semisal Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Pancasila, demokrasi berbasis agama dan sebagainya. Sekalipun model-model tersebut merupakan pengembangan dari demokrasi sebagai gagasan dasar, namun keberadaannya sering kali ditempatkan seolah lepas dari model demokrasi yang lain dengan batas-batas ideologis dan beban

sentimen tersendiri. 42 Dunia Islam semula belum banyak menawarkan konsep

demokrasi yang dapat disepadankan dengan kematangan demokrasi liberal maupun komunis. Di dunia Islam umumnya baru berkembang wacana mendirikan negara Islam, dalam arti menempatkan hukum Islam sebagai hukum nasional, sedangkan sistem pemerintahan Islam dalam konteks yang lebih teknis belum cukup terkonseptualisasikan. Menyikapi kontroversi dan kebingungan tersebut, wacana demokrasi

Simak hujatan Soekarno atas demokrasi liberal dan komunis. Soekarno, Di

Bawah Bendera Revolusi, (Djakarta: Panitya Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi, 1963), p. 548, dan tentang kritiknya atas demokrasi komunis walaupun konsepsinya memiliki kemiripan dengan demokrasi Cina, India, Mesir, dan Turki. Ibid., p. 75.

42 Konseptualisasi demokrasi mengandung sentimen nasionalisme tersendiri. Pendirian demokrasi alternatif seolah hendak dibangun sebagai isme baru bagi

bangsanya. Simak gambaran nasionalisme yang ditawarkan di Indonesia dalam Soekarno “Indonesianisme dan Pan-Asiatisme” dalam Di Bawah Bendera Revolusi, p. 74.

178 ISLAM DAN KEGAGALAN DEMOKRASI Menelusuri Jejak Politik Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru

SITUASI INTERNASIONAL DAN PERGULATAN POLITIK MASA REVOLUSI

Islampun mengemuka di beberapa wilayah, sekalipun belum menyebar secara 43 massive ke berbagai kawasan.

Di tengah keraguan akan demokrasi Liberal Barat dan komunis serta munculnya berbagai tawaran demokrasi ketiga, kalangan Islam akhirnya dipaksa sejarah untuk mengajukan tawaran konsep demokrasi alternatif yang didasarkan pada prinsip-prinsip keagamaan. Di beberapa negara muncul tokoh-tokoh pencetus konsep demokrasi dengan corak keagamaan, yang sedikit banyak membukakan wacana alternatif lain. Lepasnya Pakistan dari India dan membentuk negara demokrasi Islam menginspirasi banyak tokoh

Islam untuk membangun hal yang sama di negaranya. 44 Di samping menentukan kebebasan setiap negara dalam

menentukan corak demokrasi atau sistem pemerintahannya, kuatnya independensi setiap negara sejak kemerdekaan menjadikan substansi diskursus Hak Asasi Manusia ( Human Right) praktis masih terbatas dalam pengertian hak setiap bangsa untuk merdeka secara politik dari penguasaan bangsa lain. Ratifikasi deklarasi PBB tentang HAM masih menempatkan isu HAM sebagai gagasan umum yang dapat diterjemahkan menurut garis ideologi politik masing-masing negara, dan belum banyak menyentuh ranah individual. Seiring menonjolnya isu kemerdekaan, konteks diskursus HAM juga masih berkisar pada hak menentukan nasib sendiri suatu komunitas bangsa, dan belum

menyentuh pembelaan terhadap hak-hak individu. 45

Ketidakrelaan tokoh-tokoh Islam atas penempatan syari‟ah di bawah hukum positif, akhirnya mengantarkan mereka pada demokrasi khas Islam. Hukum Tuhan ditempatkan di atas hukum negara, sekalipun dalam hal ini tidak membatasi hak- hak komunitas lain. Simak Aswab Bahasoan “Gerakan Pembaharuan Islam” dalam Prisma, Ekstra 1984, p. 116-7.

44 Kasus Indonesia, Wiranatakusumah cenderung menjadikan masa nabi dan empat khalifah Islam sebagai model demokrasi ideal yang perlu direaktualisasi.

Simak Wiranatakusumah, Demokrasi Islam, p. 20-1. 45 Pada kurun pasca kemerdekaan, negara-negara yang masih baru sekalipun

dapat dengan mudah mengambil sikap tidak bersahabat dengan PBB bilamana

Menelusuri Jejak Politik Indonesia Hingga Penghujung Era Orde Baru ISLAM DAN KEGAGALAN DEMOKRASI

BAB VI