Keterwakilan Perempuan di Pemerintahan

32 4. Sebagai Sosialisasi Politik Yaitu proses pembentukan dari orientasi politik para anggota masyarakat terhadap kehidupan politik yang berlangsung. Proses ini mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Proses sosialisasi ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal. Dengan demikian adanya sebuah partai politik dianggap sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja terutama dalam konteks nilai-nilai esensial sebuah demokrasi. Pada dasarnya mengatakan bahwa kedudukan partai politik dalam hubungan ini lebih condong mengarah kepada wacana sistem politik, dan sisi lain mengatakan bahwa kehadiran partai politik dilihat sebagai sarana untuk berpartisipasi. Sebagai sebuah organisasi, partai politik diharapkan mampu menjadi wadah yang mengartikulasikan kepentingan rakyat. Partai politik sebagai wadah dalam menanamkan pendidikan politik, sudah sewajarnya para anggota partai politik dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang telah menjadi program dari partai tersebut.

2.2. Keterwakilan Perempuan di Pemerintahan

Persoalan perempuan parlemen di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran perempuan dalam partai politik. Sebaliknya, sebuah diskusi mengenai partai politik tidak dapat dijalankan tanpa merujuk pada efektifitas partai-partai politik dalam parlemen. Dengan kata lain, pengaruh perempuan berasal dari kemanjuran lembaga-lembaga politik yang mewakilinya. Sedangkan proses politik di parlemen, banyak melibatkan proses negosiasi dimana berbagai kepentingan seharusnya bisa ditransformasikan dalam legislasi yang menguntungkan semua pihak. Dalam situasi tersebut, power relations sangat mengemuka, tidak saja diantara partai politik tetapi juga antar individu anggota parlemen. Universitas Sumatera Utara 33 Keterlibatan dan representasi perempuan dalam dunia politik dan kebijakan publik merupakan suatu keharusan, sebab akses, kontrol dan partisipasi politik perempuan dalam berbagai tingkatan pembuatan dan pengambilan keputusan merupakan Hak Asasi Manusia HAM yang tidak dapat dipungkiri perempuan secara demografis merupakan mayoritas, namun secara politis mereka menempati posisi minoritas. Wacana tentang perempuan dan politik mestinya diletakkan dalam konteks penghormatan terhadap martabat kemanusiaan kaum perempuan. Itulah sebabnya dalam agenda gerakan perempuan politik adalah seluruh idiom yang berhubungan dengan kehidupan perempuan baik diwilayah domestik maupun publik. Jadi, dialektika perempuan dan politik mestinya tidak hanya berbasis pada material partisipasi dan representasi melainkan seluruh aspek. Dalam tulisannya mengenai Teori Perwakilan Politik, Alfred de Grazio mengemukakan bahwa perwakilan diartikan sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil dengan terwakili dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan terwakili. 23 Perwakilan dalam pengertian bahwa seseorang ataupun sekelompok orang berwenang menyatakan sikap atau melakukan suatu tindakan baik yang diperuntukkan bagi, maupun yang mengatasnamakan pihak lain. 24 23 Arbi Samit, op.,cit, Jakarta: CV. Rajawali, 1985, hal 1 24 Arbi Sanit, Ibid., hal. 23. Keterwakilan politik political representativeness diartikan sebagai terwakilinya kepentingan anggota masyarakat oleh wakil-wakil mereka di dalam lembaga-lembaga dan proses politik. Kadar keterwakilan tersebut ditentukan oleh sistem perwakilan politik political representation yang berlaku di masyarakat. Universitas Sumatera Utara 34 Dalam sistem perwakilan politik, seorang warga negara mewakilkan dirinya sebagai yang berdaulat kepada seorang calon wakil rakyat atau partai politik yang dipercayai melalui pemilihan umum. Suatu keputusan dalam demokrasi ialah bagaimana menyelenggarakan pemilihan. Kajian akademis mengenai demokrasi mengenal dua kategorisasi pemaknaan besar, yaitu konsepsi minimalis dan maksimalis. 25 Oleh karenanya, di dalam sebuah negara yang demokrasi diperlukan keterwakilan yang demokratis pula, yaitu keterwakilan tanpa membedakan ras, agama, suku dan terutama gender menurut jenis kelamin. Menurut Anthony Giddens, sosiolog dari Inggris menyatakan bahwa demokrasi yang sudah berlangsung di berbagai negara sampai kini ternyata belum demokrasi. Masih dapat ditemukan adanya golongan dan lapisan masyarakat yang belum terwakili di lembaga-lembaga perwakilan, seperti anak- anak, warga miskin, golongan minoritas dan tentunya juga kaum perempuan. Demokrasi minimalis atau dalam wacana di Indonesia lebih dikenal dengan demokrasi prosedural dikenakan kepada sistem-sistem politik yang melaksanakan perubahan kepemimpinan secara regular melalui suatu mekanisme pemilihan yang berlangsung bebas, terbuka dan melibatkan massa pemilih yang universal tanpa pembedaan ras, agama, suku dan gender. Bagi konsepsi maksimalis pelaksanaan Pemilihan Umum saja tidaklah cukup bagi suatu sitem politik untuk mendapatkan gelar demokrasi, karena konsepsi ini yang di Indonesia lebih dikenal dengan demokrasi substantif mengisyaratkan penghormatan terhadap hak-hak sipil yang lebih luas dan penghargaan terhadap kaidah-kaidah pluralisme mendasar. 26 Secara konsepsional, keterwakilan politik berawal dari pemilihan umum. Artinya, pemilihan umum yang diadakan merupakan proses seleksi pemimpin akan menumbuhkan rasa keterwakilan politik dikalangan masyarakat luas. Dan untuk 25 Muladi, dkk., “pemilu dan Demokrasi”, dalam Jurnal DEMOKRASI DAN HAM, Pemilu 2004: Semakin Terkonsolidasikah Demokrasi Kita, Vol. 4, No. 1, Surabaya: THC, 2004, hal. Editor. 26 www.altavista.com Perempuan Dalam Politik, oleh Budi Rajab, Juli 2007 Universitas Sumatera Utara 35 menyalurkan aspirasi dan kepentingan warga negaramasyarakat maka dibentuk badan perwakilan rakyat yang berfungsi; membuat undang-undang, menyusun anggaran penerimaan dan belanja negara, mengawasi pelaksanaan undang-undang dan penerimaan serta penggunaan anggaran negara, memilih, menyetujui atau mengusulkan seorang atau lebih pejabat negara seperti yang dikehendaki oleh konstitusiundang-undang. Partai politik juga turut ambil andil di dalam proses keterwakilan, dalam merekrut, mencalonkan dan berkampanye untuk memilih pejabat pemerintah, menyusun program kebijakan untuk pemerintah jika mereka menjadi mayoritas; menawarkan kritik dan kebijakan alternatif jika mereka menjadi oposisi; menggalang dukungan bagi kebijakan umum diantara berbagai kelompok kepentingan; menyediakan struktur dan aturan debat politik masyarakat. Pemilihan Umum Pemilu merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari lembaga perwakilan dan partai politik. Pemilu sebagai salah satu cara pelaksanaan demokrasi, walaupun tidak sepenuhnya pendapat demokrasi bakal terwujud di dalam suatu negara yang melaksanakan proses pemilu tersebut. Sebagaimana yang diketahui pada zaman yang modern ini dapat dikatakan tidak ada satu negara pun yang dapat melaksanakan demokrasinya secara langsung. Hal ini disebabkan karena terlalu luasnya wilayah dan begitu besarnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, adapun demokrasi yang digunakan adalah demokrasi perwakilan, dimana hak-hak rakyat utnuk dapat ikut dalam menentukan haluan negara dilakukan oleh sebagian kecil dari selurruh rakyat menempati lembaga perwakilan yang disebut parlemen, yang dipilih melalui proses pemilihan umum. Universitas Sumatera Utara 36 Adapun pengertian pemilu itu sendiri menurut Ali Murtopo 27 Pandangan bahwa politik bukan wilayah bagi perempuan adalah pandangan yang selalu muncul sejak beberapa dekade lalu. Dengan adanya pandangan tersebut maka keterlibatan perempuan dalam aspek politik di seluruh wilayah juga dibatasi. Terminology politik dan privat yang erat kaitannya dengan konsep jender, peran serta , pemilihan umum pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi. Pemilu menurut Manuel Kaisepo memang telah menjadi tradisi penting dalam berbagai sistem politik di dunia, penting karena berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi yang dicari.

2.3. Jender dan Ranah Politik