94 4. Konsolidasi internal tentang organisasi, kaderisasi dan pengembangan sumber
daya manusia: mengingat tantangan masa depan dakwah begitu kompleks karenanya memerlukan kelincahan bergerak maka petlu segera mengambil
langkah-langkah konkret untuk menentukan kebijakan dasar tentang organisasi, kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia, yaitu :
a. Melakukan reorganisasi partai yang disesuai kan dengan tantangan ke
depan. b. Membangun pusat-pusat kaderisasi di setiap wilayah dan daerah.
c. Mengalokasikan secara proposional potensi sumber daya manusia partai
pada lembaga-lembaga strategis dan pusat-pusat perubahan. d. Menetapkan doktrin perjuangan dan prosedur disiplin organisasi bagi kader
untuk mengokohkan militansi ideologis, pemikiran dan gerakan.
b. Ekspansi Eksternal
1. Ekspansi eksternal melalui pengembangan syiar Islam dan pelayanan sosial
diantaranya : a.
Memperluas wilayah-wilayah jangkauan dakwah secara geografis dan demografis.
b. Mengoptimalkan peran media massa dan figur-figur massa dan lembaga- lembaga sosial yag dikelola.
c. Memperkuat sosialisasi simbol-simbol Islam melalui berbagai media
publikasi.
Universitas Sumatera Utara
95 2. Ekspansi eksternal untuk memperbesar basis sosial, yaitu :
a. Menata personil dakwah dan lembaganya dan emningkatkan aktifitas
pembinaan ke berbagai segmen strategis. b. Mengembangkan lembaga pendidikan Islam.
c. Meningkatkan kerja sama dakwah dengan berbagai lembaga, organisasi
maupun tokoh-tokoh dakwah. 3. Ekspansi eksternal untuk memperluas opini umum, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat akan bahaya media massa yang merusak.
b. Memberdayakan dan mengembangkan media massa internal. c. Mengefektifkan program-program munasharah dan informasi dunia Islam.
d. Menajamkan kegiatan-kegiatan nadawaat dan sejenisnya. 4. Ekspansi eksternal untuk memperkokoh dukungan politik, yaitu :
a. Menguatkan dukungan sosial dan politik.
b. Optimalisasi peran dan publikasi misi kerja sumber daya manusia yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif.
c. Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan mengembangkan
aksi-aksi advokasi sosial, hukum dan politik yang dihadapi masyarakat di berbagai daerah.
d. Mengefektifkan instrumen kekuatan politik mahasiswa dan kalangan profesi dalam memperjuangkan agenda reformasi secara berkelanjutan.
e. Melakukan kontrol sosial terhadap kekuasaan.
f. Membangun jaringan lobbi ke pusat-pusat kekuasaan dan kekuatan politik
yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
96 g. Mengefektifkan komunikasi dengan partai-partai Islam, partai-partai
reformis, ormas-ormas Islam maupun tokok masyarakat.
4.5. Struktur Organisasi Partai Keadilan Sejahtera
Strukutur organisasi meruapakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja sama antara sesama anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur
organisasi menyediakan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing-masing diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya.
Hubungan kerja dalam sebuah organisasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur
organisasi dimana merupakan gambaran sistematis dengan orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Adapun struktur organisasi Partai Keadilan Sejahtera terdiri dari : 1.
Struktur organisasi Partai Keadilan Sejahtera di tingkat pusat, yaitu : a. Majelis Syuro
b. Dewan Pimpinan Tingkat Pusat c. Majelis Pertimbangan Pusat
d. Dewan Pengurus Pusat e. Dewan Syari’ah Pusat
2. Struktur organisasi Partai Keadilan Sejahtera di tingkat provinsi, yaitu :
a. Majelis Pertimbangan Wilayah b. Dewan Pengurus Wilayah
c. Dewan Syari’ah Wilayah
Universitas Sumatera Utara
97 3.
Struktur organisasi Partai Keadilan Sejahtera di tingkat kabupatenkota, yaitu : a. Majelis Pertimbangan Daerah
b. Dewan Pengurus Daerah c. Dewan Syari’ah Daerah
4. Struktur organisasi Partai Keadilan Sejahtera di tingkat kecamatan adalah Dewan
Pengurus Cabang. 5.
Struktur organisasi Partai Keadilan Sejahtera di tingkat kelurahandesaatau sebutan lainnya adalah Dewan Pengurus Ranting.
6. Selain struktur organisasi di atas, Partai Keadilan Sejahtera membentuk unit
pembinaan dan perkaderan anggota.
4.5.1 Dewan Syariah Wilayah PKS Provinsi Sumatera Utara
Partai Keadilan Sejahtera adalah sebuah partai dakwah yang berasaskan Islam. Untuk itu pada tingkatan provinsis terdapat yang namanya Dewan Syariah Wilayah.
Dewan Syariah Wilayah ini berfungsi sebagai badan atau lembaga yang jika boleh disamakan dengan negara, meruapak yudikatifnya. Adapun tugas dari Dewan Syariah
Wilayah ini adalah menjaga Dewan Pengurus Wilayah PKS Provinsi Sumatera Utara agar terhindar dari pelanggaran-pelanggaran syariat Islam.
Untuk ditingkat Provinsi Sumatera Utara, yang menjadi Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS Provinsi Sumatera Utara masa bakti 2006-2010 adalah :
Ketua Dewan Syariah Wilayah Provinsi Sumatera Utara
• H. Muhammad Yusuf Fahmi Lc
Universitas Sumatera Utara
98
4.5.2 Majelis Pertimbangan Wilayah PKS Provinsi Sumatera Utara
Majelis Pertimbangan Wilayah jika dalam pemerintahan di Indonesia sama dengan sebuah badan legislasif. Walaupun dalam hal ini Majelis Pertimbangan Wilayah
PKS Provinsi Sumatera Utara tidak memiliki kewenangan dalam membuat hal perumusan Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga PKS, karena yang memiliki
kewenangan ini adalah Majelis Pertimbangan Pusat dan Majelis Syuro. Tetapi Majelis Pertimbangan Wilayah dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Dewan
Pengurus Wilayah terutama terkait dengan kebijakan-kebijakan yang akan diambil DPW.
Untuk ditingkat Provinsi Sumatera Utara, yang menjadi Ketua Majelis
Pertimbangan Wilayah PKS Provinsi Sumatera Utara masa bakti 2006-2010 adalah :
Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah Provinsi Sumatera Utara
• Sigit Pramono Asri, SE
4.5.3. DPW PKS Provinsi Sumatera Utara
DPW merupakan lembaga eksekutif yang berada di tingkat provinsi. Adapun dalam struktur DPW PKS terdiri dari seorang ketua umum, sekretaris umum, bendahara
umum, beberapa ketua bidang dan beberapa ketua-ketua deputi, struktur ini merupakan struktur eksekutif dari DPW PKS Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk jabatan
yang sifatnya teritorial terdiri dari beberapa ketua dewan dakwah. Dikarenakan Partai Keadilan Sejahtera merupakan partai yang sentralistik,
maka DPW harus menunggu program turunan dari Dewan Pengurus Pusat DPP. Namun, meskipun begitu sentralistik PKS tidak bersifat otoriter dan kaku dalam
pelaksanaan program-program kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh partai. Selain itu DPW juga mempunyai fungsi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas
Universitas Sumatera Utara
99 dari kegiatan korupsi dan mencetak kader-kader yang berkualitas dan membangun jati
diri para kader sehingga terciptanya kader-kader yang ”Bersih dan Peduli”
Meskipun kader-kader di DPW PKS Provinsi Sumatera Utara berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda namun terdiri dari orang-orang yang memiliki
keseriusan dan keaktifan mereka dalam menjalankan tugas yang telah diberikan. Sedangkan masalah pendanaan sendiri berasal dari iuran anggota juga berasal dari usaha
swadaya anggota secara bersama-sama yang pada akhirnya mampu menanggulangi pendanaan demi kelancaran program-program dari PKS yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk tingkatan provinsi selain terdiri dari struktur DPW PKS yang terdiri
dari jabatan eksekutif dan jabatan yang sifatnya teritorial, juga terdapat Majelis Pertimbangan Wilayah MPW Provinsi Sumatera Utara dan Dewan Syariah Wilayah
DSW Provinsi Sumatera Utara, yaitu : Sedangkan untuk struktur Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera
Provinsi Sumatera Utara masa bakti 2006-2010, terdiri dari : a. Struktur eksekutif
1. Pjs Ketua Umum
• Mustafa, SE
2. Sekretaris Umum
• Awilham Manurung, SP
3. Bendahara Umum
• Basyir, Amd
4. Ketua Bidang Pembinaan Kader
• Ir. Cecep Wiwaha
Universitas Sumatera Utara
100
5. Ketua Bidang Kewanitaan
• Hj. Nurazizah Tambunan, SS
6. Sekretaris Bidang Kewanitaan
• Reni Khaerany N, S.PdI
7. Ketua Deputi Kajian Wanita
• Siti Tienti Wahyuni Nasution, S.Sos
8. Ketua Deputi Jaringan Lembaga Wanita
• Erna Hestuti Daulay, S.Pd
9. Ketua Deputi Pemberdayaan Wanita
• Siti Aminah, A.Mp, S.Pd.I
10. Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat
• Andi Arba, S.Ag
11. Ketua Bidang Ekuintek
• H. Hidayatullah, SE
12. Ketua Deputi Kepanduan
• Taufik Hidayat
b. Struktur yang sifatnya teritorial
1. Koordinator Daerah Dakwah
• Abdul Malik Chalik
2. Daerah Dakwah I
• Abdul Malik Chalik
3. Daerah Dakwah II
• Zulkarnain, ST
Universitas Sumatera Utara
101
4. Daerah Dakwah III
• Ibnu Affan
5. Daerah Dakwah IV
• Amsal Nasution, B. Eng
6. Daerah Dakwah V
• Timbas Tarigan, Amd
4.6. Kebijakan Rekrutmen Partai Keadilan Sejahtera Terhadap Perempuan 4.6.1. Rekrutmen dalam Kepengurusan Partai
Rekrutmen dalam kepengurusan Partai Keadilan Sejahtera dilakukan dalam pentahapan dan salah satu pentahapan dimaksud pertama kali untuk diangkat menjadi
anggota partai adalah setiap warga Negara Indonesia dapat menjadi anggota partai sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia.
Syarat-syarat Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera adalah sebagai berikut: Setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera, dengan
syarat Pasal 1 dan 2 1.
Warga Negara Indonesia, laki-laki maupun perempuan. 2.
Berusia tujuh belas tahun ke atas, atau sudah menikah. 3.
Berkelakuan baik. 4.
Setuju dengan visi, misi, dan tujuan partai. 5.
Mengajukan permohonan menjadi anggota partai kepada Sekretariat Pusat melalui Dewan Pengurus Wilayah.
6. Melaksanakan dan disiplin dengan kewajiban-kewajiban keanggotaan.
7. Mengucapkan janji setia pada prinsip-prinsip dan disiplin partai, sesuai dengan jenis
atau jenjang keanggotaannya.
Universitas Sumatera Utara
102 Setelah mengikuti persyaratan sebagaimana dimaksud diadakan penilaian-
penilaian terhadap hasil dari pendidikan dan pelatihan kader partai, untuk kemudian selanjutnya diadakan penetapan pengurus partai yang baru oleh hasil rapat musyawarah
pengurus partai yang lama, atas dasar pertimbangan. Baik yang dilakukan dalam rapat selanjutnya di tingkat Majelis Pertimbangan Wilayah tingkat provinsi. Selanjutnya
Dewan Pimpinan Pusat berwenang mengesahkan komposisi dan Personalia DPW PKS Provinsi dengan memperhatikan hasil musyawarah Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah.
Dalam hal pengorganisasian, Partai Keadilan Sejahtera mempunyai mekanisme berbeda dengan partai lain. Dalam Partai Keadilan Sejahtera ada beberapa jenis dan
jenjang keanggotaannya, antara lain sebagai berikut: 1.
Anggota kader pendukung, yang terdiri dari: a.
Anggota Pemula yaitu mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota partai dan terdaftar dalam keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan
Pimpinan Cabang setelah lulus mengikuti Training Orientasi Partai. b.
Anggota Muda yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus perlatihan kepartaian
tingkat dasar satu. 2. Anggota Kader Inti, yang terdiri dari:
a. Anggota Madya yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian
tingkat dasar dua. b. Anggota Dewasa yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang
dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat lanjut.
Universitas Sumatera Utara
103 c. Anggota Ahli yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang
dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi.
d. Anggota Purna yaitu mereka yang terdaftar dalam kepengurusan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian
tingkat ahli. e. Anggota Kehormatan yaitu mereka yang berjasa dalam perjuangan partai dan
dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
4.6.2. Rekrutmen Calon Legislatif
Mekanisme calon legislatif, tetap mengacu kepada Undang-Undang secara substantif yang mengamanatkan bahwa rekrutmen calon dilakukan secara demokratis dan
terbuka dengan sistem skorsing dan penilaian. Model ini dimaksudkan untuk menghasilkan calon-calon anggota legislatif yang memiliki kualitas dan integritas yang
tinggi. Adapun proses rekrutmen yang dilakukan partai politik dalam proses
pencalonan anggota legislatif merupakan salah satu bagian penting. Dalam proses rekrutmen tersebut, mekanisme dan ukuran-ukuran yang digunakan menjadi sangat
relevan untuk melihat figur-figur seperti apa yang dihasilkan, termasuk kapabilitas mereka sebagai calon legislatif. Dalam konteks rekrutmen partai politik menerapkan
sistem penjenjangan dari bawah bottom up.
Universitas Sumatera Utara
104 Syarat terhadap Calon Legislatif caleg Partai Keadilan Sejahtera adalah
sebagai berikut: 1.
Telah menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera. 2.
Berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, adil, bertaqwa dan kuat dalam membela kebenaran, serius dalam kemaslahatan dan persatuan bangsa,
jauh dari fanalisme kepentingan pribadi dan golongan. 3.
Memiliki wawasan politik, hukum dan syari’at yang memungkinkannya melaksanakan tugas.
4. Telah mengikuti pendidikan dan Pelatihan Kader yang diselenggarakan Partai
Keadilan Sejahtera. 5.
Telah menjadi kader inti partai yang sekurang-kurangnya dengan status anggota dewasa.
6. Mempunyai prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas dan tidak tercela.
7. Mempunyai pengaruh dan dukungan yang luas di daerah.
8. Pendidikan minimal SLTA Sederajat.
Adapun tata cara sistem perekrutan calon legislatif yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera yaitu didalam PKS ada sebuah kelompok kecil pengajian yang
kemudian kelompok pengajian ini mengajukan calon legislatif yang mereka anggap berkompeten dan layak untuk dijadikan sebagai bakal calon legislatif yang kemudian
diajukan kepada tingkat atas dan selanjutnya dirumuskan dan dirapatkan di tingkat DPD Dewan Perwakilan Daerah, lalu selanjutnya diajukan kepada DPTD yang terdiri dari
Majelis Pertimbangan Daerah, Dewan Syariah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah. Hasil dari rangkuman rapat kemudian diajukan kepada Dewan Perwakilan Wilayah
DPW yang diusulkan kepada Dewan Perwakilan Pusat DPP. Setelah diverifikasi oleh
Universitas Sumatera Utara
105 DPP kemudian DPP mengajukan nama calon legislatif yang terpilih kepada KPU untuk
kemudian selanjutnya diverifikasi oleh KPU apakah calon legislatif yang diajukan oleh PKS layak atau tidak untuk ikut bertarung dalam pemilu calon legislatif.
Terhadap kebijakan dalam tubuh partai sendiri tentang tingkat keterwakilan perempua n, PKS memiliki KP-PKS sebagai organisasi perempuan yang merupakan sayap
partai dan merupakan organisasi masyarakat perempuan yang menyalurkan aspirasinya kepada Partai Keadilan Sejahtera merupakan badan strategi partai untuk menghimpun
kaum perempuan. Rekrutmen calon legislatif berdasarkan pada salah satu indikasi seperti yang dikemukakan diatas, terhadap keterwakilan itu harus ada indikasi, aktifitas
organisasi dan kualitas secara akademis. Salah satunya terhadap tingkat pendidikan calon legislatif itu sendiri.
4.7. Profil Informan 1.
Mustafa, SE
Alasan mengapa seseorang yang memilih berkecimpung di dunia politik, terutama yang ingin bergabung dengan salah satu partai politik, diantaranya adanya salah
satu keluarga yang merupakan anggota dewan di pemerintahan maupun anggota keluarga yang merupakan aktivis partai politik. Namun hal ini berbeda dengan Pak Mustafa
sendiri, sebagaimana yang dinyatakan beliau ”Saya berpolitik bukan karena adanya dorongan dari orang tua, namun ketika masa
kuliah dulu, sejak awal saya memang sudah terlibat langsung dengan kegiatan-kegiatan kampus yang sifatnya bergerak di bidang dakwah. Kemudian ketika era reformasi tiba
pada tahun 1998, beberapa kalangan mahasiswa kampus yang kegiatannya bergerak dibidang dakwah tersebut bersama-sama berkomitmen mendirikan sebuah partai politik
yang pada saat itu bernama Partai Keadilan, begitu didirikan dipusat selang waktu 1 bulan setelahnya dikarenakan adanya koordinasi sebelumnya, maka partai keadilan
tersebut langsung didirikan di Sumatera Utara. Jadi, saya memang sudah terlibat sejak awal pendirian partai terutama di Sumatera Utara sendiri, karena saat itu saya sangat
dekat dengan tokoh-tokoh PKS yang ada sampai sekarang.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
106 Partai Politik merupakan wadah yang penting untuk partisipasi politik dalam
negara demokrasi. Melalui partai politik, aktivitas rekrutmen dilakukan dan begitu pula dengan pendidikan politik kepada para anggota dan kadernya. Partai Keadilan Sejahtera
sendiri yang merupakan partai yang sudah 11 tahun lebih dikenal di masyarakat, juga memiliki struktur kepengurusan yang sama seperti partai politik lainnya yang ada di
Indonesia. Untuk kelengkapan struktur kepengurusan PKS secara umum, maupun DPW PKS provinsi Sumatera Utara secara khusus, melibatkan adanya salah satu bidang
kewanitaan, yang sifatnya lebih spesifik. Bidang kewanitaan ini sendiri sudah ada sejak Partai Keadilan berdiri. Hal ini memang menjadi sebuah kebutuhan, mengingat bahwa
jumlah kader perempuan PKS lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kader laki- laki. Adapun yang menjadi tugas dan peran dari bidang kewanitaan ini adalah pertama,
dari segi internal yaitu untuk menyelesaikan permasalahan internal perempuan di partai, kedua, untuk menyelesaikan permasalahan perempuan di luar partai, sekaligus
memberdayakan kaum perempuan maupun kaum ibu yang tidak bergabung di PKS. Permasalahan pembagian dan peran jender dalam masyarakat khususnya pada
keluarga selama ini umumnya didasarkan pada keyakinan bahwa perempuan memiliki tanggung jawab dalam membesarkan anak-anaknya dan mengelola semua hal di dalam
rumah, ini juga termasuk dalam mengurus suami, orang tua dan saudara. Kegiatan kalangan perempuan diluar itu seperti bekerja mencari uang, aktif di organisasi
komunitas atau bahkan di dunia politik dilihat sebagai tanggung jawab sekunder, sejauh mereka tidak melupakan tugasnya sebagai ibu, istri atau anak perempuan yang berada di
ranah privat. Untuk PKS sendiri tidak membedakan antara kader perempuan dan kader laki-laki, seperti yang dijelaskan oleh Pak Mustafa
Universitas Sumatera Utara
107 ”Perempuan merupakan pendidik utama bagi anak-anaknya, karena itu suatu hal yang
penting menitipkan serta mencetak generasi yang baik di masa yang akan datang. Untuk menjadi perempuan yang handal diperlukan skill maupun wadah untuk mengembangkan
serta mengapresiasikan kemampuannya, maka dengan memberikan ruang gerak yang terbuka seperti halnya sama dengan laki-laki adalah cara dari PKS untuk kadernya
sendiri, karena hal yang ditangani oleh kader perempuan di PKS adalah permasalahan anak-anak dan perempuan”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Sebagai seorang perempuan yang sama halnya mendapatkan hak seperti laki- laki, perempuan juga dapat memasuki lembaga-lembaga politik formal, seperti partai
politik, dewan perwakilan dan pemerintahan, dan terlibat di dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan politik yang dibuat disana. Dengan demikian aspirasi,
kepentingan atau perspektif perempuan akan dapat terwujud atau mewarnai berbagai aturan perundang-undangan dan kebijakan politik yang dihasilkan. Arena perpolitikan
yang lebih ramah terhadap perempuan dan produk politik yang lebih merefleksikan aspirasi, kepentingan dan keprihatinan perempuan diharapkan dapat diwujudkan jika
cukup jumlah perempuan yang hadir dan berperan serta di dalam lembaga politik formal. Partai Keadilan Sejahtera sebagai salah satu partai politik yang ada di
Indonesia, memberikan ruang gerak yang terbuka bagi perempuan untuk dapat mengapresiasikan potensi dan kemampuannya, hal ini terbukti melalui struktur DPW
PKS itu sendiri, kader perempuan tidak hanya menduduki jabatan pada bidang kewanitaan saya, tetapi juga menyebar dibidang-bidang lainnya, seperti pada Bidang
Deputi Ekonomi di ketuai oleh Ibu Riri Bertauhid, Amd, di Bidang Deputi Kesehatan di ketuai oleh Ibu Dr. Livia. Bahkan untuk jabatan strategis juga kader perempuan PKS
berhak memperolehnya, hal ini dibenarkan oleh Pak Mustafa ”Benar, dulunya saya menjabat sebagai Ketua Bidang Polhukam, namun setelah saya
menjadi Pjs ketua umum dari bapak Gatot Pujonugroho yang saat ini terpilih menjadi wakil gubernur provinsi sumatera utara, maka Ibu Chairani Sitompul lah yang saat itu
menjadi sekretaris bidang polhukam dan sekarang telah menjabat sebagai ketua bidang polhukam”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
108 Namun ternyata disisi lain, tidak mudah bagi seorang perempuan untuk terjun
dalam dunia politik, terdapat beberapa hambatan bagi perempuan yang ingin berkiprah di ranah politik, diantaranya budaya patriarkhi. Patriarkhi berarti budaya rule of father yaitu
aturan dari ayah. Dalam sistem patriarkhi laki-laki yang berusia lebih tua mengendalikan kekuasaan secara absolut terhadap pihak lain. Secara budaya, posisi perempuan
ditempatkan di urutan kedua setelah laki-laki. Budaya patriarkhi dan keluarga telah menciptakan ketergantungan yang besar bagi perempuan terhadap seluruh sektor
kehidupan. Budaya patriarkhi yang merupakan hambatan bagi perempuan untuk berkiprah di ranah politik, juga sejalan dengan ”Deklarasi dan Program Aksi Wina”
dalam Lembar Fakta, 1998 yang menyatakan bahwa kenyataannya dalam setiap masyarakat dan ruang lingkup kegiatannya, perempuan menjadi sasaran dari
ketidaksamaan dalam hukum, politik dan sebagainya. Keadaan ini disebabkan dan juga diperburuk oleh adanya diskriminasi dalam keluarga, masyarakat dan tempat kerja.
Walaupun sebab dan akibatnya dapat berbeda antara setiap negara. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kesempatan untuk memperoleh
hak yang sama antara laki-laki dan perempuan terutama dalam bidang pendidikan saat ini sudah sangat mudah, seperti pendidikan manajemen, ekonomi, sosial, budaya bahkan
teknologi juga perempuan dapat memperoleh hal tersebut. Sehingga hal ini menjadikan semakin mempermudah perempuan untuk berkecimpung di dunia politik dikarenakan
sudah memiliki keahlian-keahlian khusus yang sama seperti laki-laki, termasuk dalam hal peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen.
Sedangkan untuk kebijakan yang ada di Partai Keadilan Sejahtera terutama mengenai bagaimana meningkatkan keterwakilan perempuan di pemerintahan, Pak
Mustafa menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
109 ”Untuk kader perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif,
terlebih dahulu PKS akan memberikan pembekalan-pembekalan dalam rangka pemenuhan serta penambahan kapasitas mereka sebagai calon anggota dewan, bahkan
sebelum adanya pemilu, PKS sudah melaksanakan program-program seperti seminar, lokakarya yang sifatnya dalam rangka meningkatkan kapasitas serta skill kader
perempuan, atau kegiatan seperti halaqoh yang biasanya rutin dilakukan yaitu sekali dalam sepekan.”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Dalam tahapan pemilihan umum, partai keadilan sejahtera juga memiliki beberapa tahapan atau proses dalam hal pencalonan anggota legislatif , diantaranya
seperti yang dijelaskan Pak Mustafa ”Di PKS jika ada salah satu atau bahkan banyak dari kader perempuan yang ingin
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, perlakuan yang sama akan diberikan terhadap mereka. Tentunya hal ini melalui beberapa proses tahapan dimulai dari bakal
calon anggota dewan yang hal terssebut akan diseleksi dari anggota PKS sendiri, sampai kepada nama-nama calon anggota dewan yang akan disosialisasikan ke masyarakat”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Disisi lain adanya pembagian peran jender antara laki-laki dan perempuan merupakan hasil dari proses sosialisasi. Dalam dunia perpolitikan dapat dilihat dengan
adanya pensosialisasian perempuan menuju ranah politik bukan lagi suatu hal yang dianggap aneh dan perempuan relatif diterima dalam kehidupan publik. Sedangkan pada
masyarakat tradisional hal ini masih dianggap kurang pantas bagi perempuan, karena konstruksi sosial yang telah lama mengakar dalam masyarakat. Baik laki-laki maupun
perempuan berperilaku menurut jender yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan munculnya stereotipe jender yang berkembang
dimasyarakat yang berkaitan dengan masalah perempuan dan politik, khususnya dalam hal kepemimpinan politik memiliki dua kategori yakni perempuan tidak terlalu pantas
untuk masuk dalam dunia politik dan lebih khusus lagi duduk dalam posisi pengambil kebijakan dan tuntutan yang tinggi bahwa perempuan yang terlibat dalam kekuasaan dan
otoritas harus mampu menguasai segalanya, sebagaimana yang dikatakan dengan istilah “sindrom perempuan perkasa” wonder woman syndrome. Selain itu laki-laki dengan
Universitas Sumatera Utara
110 stereotipe perkasa, bertanggung jawab, berani, rasional, bekerja di ranah publik.
Sedangkan perempuan dengan stereotipe lemah, cantik, pemalu, emosional, bekerja di ranah privat. Hal ini semakin diperkuat dengan penuturan yang disampaikan Pak Mustafa
“Stereotipe itu kan bisa saja iya bisa saja tidak, dan itu sebenarnya sangat berpengaruh pada latar belakang orang yang memiliki stereotipe tersebut, tetapi jika kita
menempatkan dalam posisi netral, perempuan sama halnya seperti laki-laki yang memiliki akal dan hati, jadi wajar-wajar saja jika ada perempuan yang inging
berkecimpung di politik, namun perempuan yang ingin berkecimpung di dunia politik haruslah sadar dengan kapasitas yang dia miliki, terutama dia harus bisa menjadi
perempuan yang mampu menyelesaikan permasalahan domestiknya baik itu rumah tangga maupun anak, serta menjadi perempuan yang duduk sebagai anggota dewan yang
mampu merumuskan serta mengambil kebijakan” Sumber : Wawancara Desember 2009
Hal ini sejalan dengan pendapat Margaret Mead dalam studinya pada tahun 1955 dalam Borgatta, 1992 yaitu “seks dan tempramen dalam tiga masyarakat primitif”.
Studi ini menyimpulkan bahwa perbedaan tempramen antara laki-laki dan perempuan bukanlah fungsi perbedaan biologis, akan tetapi lebih kepada hasil perbedaan sosialisasi
dan budaya yang diharapkan. Sedangkan ketika ditanya mengenai permasalahan kuota 30 keterwakilan
perempuan, Pak Mustafa sebelumnya terdiam lalu kemudian menjelaskan ”Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu yaitu mengenai kuota 30
keterwakilan perempuan , PKS sudah melaksanakan dan memenuhi hal tersebut, yang secara tidak langsung hal ini menjadi sebuah kebijakan untuk keterwakilan perempuan
di partai politik, Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah kader perempuan PKS yang menjabat di dalam struktur kepengurusan DPW PKS Provinsi Sumatera Utara serta
ketika pemilu 2009 calon anggota legislatif perempuan untuk wilayah sumatera utara jumlahnya melebihi 30 data terlampir”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Dengan demikian setelah dikeluarkannya Undang-Undang Pemilu No. 12 Tahun 2003 mengenai kuota 30 keterwakilan perempuan, PKS termasuk salah satu
partai yang mendukung diberlakukannya Undang-Undang tersebut. Hal ini juga semakin memberikan peluang besar kepada perempuan untuk berpartisipasi di dalam
pemerintahan, tentunya sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan jika ada kader PKS
Universitas Sumatera Utara
111 yang terpilih sebagai anggota dewan, maka tidak ada aturan yang baku mengenai tidak
diperbolehkannya rangkap jabatan, kecuali untuk jabatan strategis seperti ketua umum, sekretaris umum dan bendahara umum, hal ini berdasarkan akan kebutuhan yang ada.
Sementara itu untuk jumlah kuantitatif anggota legislatif perempuan PKS yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan pemilu 2004, berikut penjelasan Pak Mustafa ”Dari segi peningkatan apa yang diharapkan terjadi, walaupun sebenarnya jumlah
tersebut kami harapkan bisa lebih, tetapi pada kenyataannya dalam proses pemilihan umum hasilnya belum mencapai target yang diharapkan”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Harapannya ke depan jumlah keterwakilan perempuan PKS di pemerintahan akan semakin meningkat, karena tidak ada hambatan yang bisa mengahalangi hal
tersebut, jika sumber daya manusianya terpenuhi dan tentunya mempunyai kapasitas yang sesuai dengan bidangnya.
2. Hj. Nur Azizah Tambunan, SS
Partai politik adalah kekuatan politik organisasi kekuasaan yang berfungsi untuk membela dan memperjuangkan nilai dan kepentingan rakyat, khususnya anggota
dan simpatisannya, melalui pengaruh atau kekuasaan atas otoritas negara, khususnya pemerintah. Secara universal dan demokratis, peran utama dari partai politik adalah
memegang kekuasaan negara, apabila mereka berhasil memperoleh suara mayoritas dalam pemilu, selain itu fungsi lainnya adalah menyiapkan kader-kader pemimpin,
pendidikan politik bagi rakyat, partisipasi politik untuk perempuan, komunikasi politik dan lain sebagainya.
Sebagai seorang perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan politik dari orang tua sejak dini, Ibu Nur Azizah tidak merasa canggung lagi dengan dunia
politik, apalagi partai politik, berikut penuturan Ibu Nur Azizah
Universitas Sumatera Utara
112 ”Ayah saya merupakan aktivis dari partai politik, meskipun bukan dari PKS, hanya saja
berkat beliau saya mengetahui pendidikan politik itu dari dulu, namun hal ini bukan menjadi sebuah kekuatan buat saya untuk dengan mudahnya melewati proses pencalonan
legislatif, semua proses yang saya lewati sama halnya dengan caleg-caleg yang ada” Sumber : Wawancara Desember 2009
Ada berbagai alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan mengapa kalangan perempuan memilih terjun ke arena politik dengan bergabung dalam partai. Alasan
mereka yang menonjol adalah karena mereka sebetulnya berasal dari organisasi yang secara tradisional berafiliasi dengan partai tertentu. Sebagian besar dari mereka pada
awalnya tidak memahami isu-isu keadilan dan kesetaraan jender; dan semata-mata berada di partai untuk membantu memenangkan suara dalam pemilu. Namun saat ini
kebanyakan dari perempuan menyadari pentingnya pemberdayaan perempuan dan upaya peningkatan keterwakilan perempuan. Hal ini sejalan dengan penuturan dari Ibu Nur
Azizah ”Dari SD sampai saya kuliah saya memang aktif dikegiatan-kegiatan ekstrakulikuler,
baik itu OSIS sampai kepada menjadi pengurus Musholla di fakultas yang sifatnya untuk berdakwah. Selain kegiatan-kegiatan tersebut saya juga pernah dilibatkan dalam
kepengurusan senat mahasiswa kampus atau sekarang disebut dengan PEMA yaitu dibagian kewanitaan, serta aktif di ikatan jurusan bahasa arab, bahkan ketika saya
menjadi pengurus BTM Fakultas saya menjabat sebagai ketua 3, makanya hal ini menjadi latar belakang saya untuk terus berlanjut aktif di partai politik, dikarenakan
adanya basic ketika kuliah dulu” Sumber : Wawancara Desember 2009
Ketika ditanya mengapa tertarik memilih untuk bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera diantara berpuluh-puluh pilihan partai politik yang ada di Indonesia,
Ibu Nur Azizah menjelaskan ”Saya tertarik untuk masuk ke PKS dikarenakan sejak awal visi dan tujuan dari PKS itu
sejalan dgn padangan saya, konsep pribadi saya yaitu dalam rangka untuk melakukakan reformasi poliitik di Indonesia khususnya di Sumatera Utara dan terlebih lagi karena yg
di dalamnya adalah orang-orang muda yang masih memiliki idealisme serta kami yg bergabung di PKS itu rata-rata aktifis kampus. Jadi, kloplah rasanya saya bergabung
bersama mereka. tentunya saya bergabung tidak serta merta bergabung begitu saja, saya tetap harus mengikuti aturan-aturan diberlakukan oleh partai, misalnya setiap kader
partai harus mengikuti program-program pembinaan kepartaian, dan lain-lain.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
113 Partai politik selain memiliki fungsi antara lain melakukan pendidikan politik
bagi rakyat dan arena partisipasi bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam partai politik, program aksi dan strategi juga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
dilakukan dalam rangka untuk tetap mendapatkan legitimasi dari konsituennya. Untuk itu Partai Keadilan Sejahtera juga memiliki beberapa program kerja ataupun kebijakan dalam
rangka menambah kapasitas kadernya khususnya untuk kader perempuan sehingga mereka layak dan mampu mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif. Segala
bentuk dari program kerja maupun kebijakan tersebut termaktub pada bidang kewanitaan di DPW PKS.
Ketika ditanya mengenai program-program apa saja yang dilakukan bidang kewanitaan selama ini, selaku ketua bidang kewanitaan DPW PKS Provinsi Sumatera
Utara menjelaskan ”bidang kewanitaan memiliki beberapa deputi diantaranya Deputi pemberdayaan
perempuan, adapun yang menjadi programnya adalah pendidikan politik bagi kaum perempuan, pos wanita keadilan yang dalam hal ini sasarannya adalah kaum perempuan
terutama kelompok ekonomi menengah ke bawah seperti ibu-ibu rumah tangga, kaum pekerja, para buruh, adapun program-programnya adalah sadar agamafokusnya
pemberantasan buta aksara al-quran dan taklim, sadar pendidikan, misalnya membantu dengan memberikan pendidikan alternatif seperti PAUD, TKA di DPC-DPC setiap pos-
pos wanita keadilan hal ini agar dapat membantu anak-anak yg kurang dari segi ekonomi tetapi ingin belajar,serta pemberantasan buta aksara, lalu sadar ekonomi titik
tekannya pada bagaimana penekanan ekonomi keluarga, pembekalan-pembekalan, seperti di sergei diajarakan membordir kain, di siantar bagaimana membuat mie telur,
itu sebagai salah satu upaya utk menambah income keluarga tanpa perempuan tersebut keluar jauh dari rumahnya, kemudian sadar kesehatan, seperti pelayann kesehatan-
kesehatan dalam rangka mengatasi gizi buruk pada anak, serta kesehatan reproduksi pada perempuan, yang terakhir sadar lingkungan, penyuluhan bibit tanamn, untuk
memanfaatkan pekarangan rumahnya, dengan harapan halaman rumah yg ada bisa dimanfaatkan untuk membantu menciptakan keseimbangan lingkungan, bisa juga hasilny
untuk dijual. Disamping itu bidang kewanitaan juga melakukan diklat-diklat seperti tanggal 12-13 desember kemarin dibuat seminar mengenai personality development.
Sedangkan untuk Deputi jaringan lembaga, tugasnya adalah membangun networking dengan partai-partai perempuan lainnya sepertia aisyiasah, wasliyah.Terakhir adalah
deputi kajian wanita, fokusnya mengkaji isu-isu hangat permaslahan yang terkait dengan perempuan, misalnya trafficking, kasus KDRT dan lain-lain”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
114 Disisi lain selain rendahnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif
disebabkan oleh adanya beberapa hambatan yang dialami kaum perempuan, diantaranya adanya pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Perempuan diidentikkan dengan
pekerjaan domestik, sedangkan laki-laki lebih diidentikkan dengan ranah publik. Selain itu, hambatan perempuan untuk berkiprah di dunia politik khususnya
lembaga legislatif, juga disebabkan oleh adanya anggapan rendahnya kualitas perempuan. Rendahnya kualitas perempuan berbanding lurus dengan rendahnya pendidikan
perempuan. Sosialisasi yang diterima dalam keluarga pada umumnya lebih mengajarkan perihal kepatuhan, mengabdi, tidak membantah. Dalam keluarga biasanya oenghargaan
yang tinggi diberikan pada anak laki-laki. Hal ini terlihat dalam pendidikan yang diberikan pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Dengan
pertimbangan bahwa perempuan lebih memprioritaskan perkawinan dan keluarga, dan hal ini merupakan alasan bagi orang tua belum memberikan kesempatan yang besar bagi
anak perempuannya. Apalagi jika mereka ingin memasuki dunia politik yang dianggap penuh intrik, kotor, persaingan yang tidak sehat sehingga hal ini mengakibatkan
perempuan tidak cocok untuk berpolitik. Hal ini sejalan dengan pendapat Broverman dalam Borgotta 1992:692. Peran
jender merujuk pada cara laki-laki dan perempuan bertingkah laku dalam tatanan masyarakat. Di Amerika Serikat misalnya secara tradisional laki-laki diharapkan untuk
bertingkah laku dalam cara-cara logis, kompetitif dan ambisious, sementara perempuan diharapkan berkelakuan dalam cara yang lemah lembut, sensitif dan hangat.
Melihat beberapa kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya, Ibu Nur Azizah berpendapat lain, jika seorang perempuan ingin memasuki dunia politik maka ia juga
harus bersedia meningkatkan kapasitasnya sehingga perempuan tersebut benar-benar
Universitas Sumatera Utara
115 layak untuk masuk dalam perpolitikan yang ada di Indonesia, seperti penuturan dari Ibu
Nur Azizah ”Untuk meningkatkan kapasitas kami sebagai perempuan yang ingin mencalonkan diri
sebagai anggota dewan khususnya di Sumatera Utara, PKS memberikan pembekalan- pembekalan bahkan sebelum adanya proses pemilu, menjelang pemilu sampai pada
setelah terpilihnya kami saya dan ibu Siti Aminah PKS tetap memberikan pembekalan- pembekalan tersebut. Hal ini dikarenakan kami yang duduk di dewan ini bukan hanya
faktor keberuntungan atau uang saja, tetapi karena kami memang memiliki kapasitas, dan agar kemampuan kami tidak berkurang bahkan harus bertambah terus, maka PKS
secara continiu memberikan pembekalan tersebut.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Sedangkan untuk proses dari tahapan pencalegan yang harus dilalui seorang calon legislatif dari partai keadilan sejahtera adalah sebagai berikut, berdasarkan
penjelasan dari Ibu Nur Azizah ”Jika ada kader yang ingin mencalonkan diri terlebih dahulu akan dimasukkan ke dalam
daftar bakal calon anggota dewan BCAD, setelah itu anggota dari PKS akan memilih daftar nama BCAD melalui mekanisme yang namanya pemilu internal PUI. Dari hasil
pemilu internal PUI kemudian dibahas oleh panjatiwil atau panitia penjaringan di tingkat wilayah jika pencalonannya di tingkat wilayah ditingkat nasional disebut
panjatinas, sedangkan untuk tingkat daerah disebut dengan panjatinas siapa-siapa saja yang berhak lulus ke tahapan berikutnya yaitu menjadi calon anggota dewan CAD
yang kemudian nama-nama tersebutlah yang disosialisasikan ke masyarakat” Sumber : Wawancara Desember 2009
Setelah melalui tahapan pemilu internal di tubuh partai, maka partai mulai menyusun urutan dari caleg tersebut, berikut penjelasan ibu Siti Bur Azizah
”Pada saat penyusunan nomor urut calon legislatif, partai memposisikan caleg perempuan tidak berdasarkan ’nomor urut sepatu’ tetapi memang pada nomor-nomor
yang memang sudah selayaknya” Sumber : Wawancara Desember 2009
Namun ternyata perjuangan perempuan untuk memasuki parlemen tidaklah mudah, karenanya perempuan masih harus berkompetisi dengan calon anggota legislatif
laki-laki agar dapat diajukan sebagai calon tetatp dari partai politiknya, dan selanjutnya perempuan juga masih harus bersaing dengan laki-laki untuk mendapatkan suara dalam
pemilu. Ketika ditanya mengenai Undang-Undang Pemilu No. 12 Tahun 2003 tentang keterwakilan perempuan, Ibu Nur Azizah menuturkan
Universitas Sumatera Utara
116 ”Sebelum Undang-Undang tersebut lahir, dari mulai struktur kepengurusan partai
komposisi untuk perempuan sudah melebihi 30, lalu ketika penyusunan kepanitian untuk tim pemenangan pemilu juga seperti itu, kader-kader perempuan dilibatkan di
dalamnya. Hal ini dilakukan untuk mengawal proses dari pelaksanaan UU tersebut. Dan setidaknya Undang-Undang itu akan mendorong kaum perempuan agar dia
meningkatkan kapasitas dirinya, apalagi Undang-Undang ini gak akan ampuh setelah keluarnya putusan MA, yang artinya bahwa nomor urut tidak berlaku lagi, karena yang
berlaku adalah suara terbanyak Sumber : Wawancara Desember 2009
Jika kita mengutip dari penjelasan Ibu Nur Azizah sebelumnya, berarti dalam proses pelaksanaannya Undang-Undang tersebut hanya untuk menghantarkan partai
politik untuk memasukkan perempuan dalam kepengurusan partai, serta dalam penyusunan daftar calon legislatif. Tetapi untuk finalnya tetap saja yang menentukan
adalah masyarakat itu sendirinya, dan Undang-Undang pemilu mengenai kuota 30 keterwakilan perempuan ini tidak memiliki sanksi bagi partai politik yang tidak
menerapkan aturan tersebut, hal ini semakin diperkuat dengan penjelasan Ibu Nur Azizah ”Undang-Undang ini hanya berlaku ketika pencalonan calon legislatif saja, didalam
daftar nomor urut calon harus disertakan keterlibatan perempuan juga sebanyak 30, tetapi untuk hasil pemilunya tidak berdasarkan pada nomor urut teratas, tetapi
berdasarakan pada suara terbanyak, dan ini berlaku sejak keluarnya keputusan Mahkamah Agung. Dikarenakan putusan akhir terletak pada suara terbanyak artinya
yang dituntun adalah kemampuan dari caleg tersebut atau caleg tersebut dikenal gak sama masyarakat. Jadi kuota ini tidak berlaku untuk jumlah anggota dewan yang
terpilih.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Meskipun partai politik menominasikan 30 perempuan sebagai calegnya, ini belum tentu hasil akhir dari pemilu akan menampilkan anggota legislatif perempuan
sebanyak 30 . Semuanya kemudian sangat bergantung kepada pemilih atau pemberi suara dalam pemilu, dan pada saat bersamaan ini sangat berkaitan dengan kualifikasi
caleg perempuan. Sistem kuota diperkenalkan untuk memastikan agar perempuan memiliki
jumlah kursi minimum di dewan legislatif. Berbagai peraturan yang menetapkan kuota di partai politik dan lembaga-lembaga pemerintahan dimaksudkan untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
117 perempuan mengatasi kendala rendahnya keterwakilan perempuan di forum-forum
pengambilan keputusan. Agar hasilnya efektif, penetapan program tindakan afirmatif dan penetapan kuota tersebut harus juga dibarengi dengan jadwal yang pasti dan sasaran yang
jelas. Pada Pemilu 2009 total calon anggota dewan perempuan dari Partai Keadilan
Sejahtera untuk wilayah DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupatenkota berjumlah 330 orang. Dari daftar calon sudah memenuhi kuota 30 keterwakilan perempuan, dan
pada hasil pemilu 2009, yang berhasil memperoleh suara terbanyak sebanyak 9 oarang untuk DPR RI, 37 orang untuk wilayah Provinsi, dan 284 orang untuk wilayah
kabupatenkota. Sedangkan untuk wilayah DPRD Sumatera Utara dari 11 orang calon anggota dewan yang terpilih hanya 2 orang yang mewakili perempuan. Hal ini sedikit
mengalami peningkatan dari pemilu 2004 lalu yang hanya mendapatkan 1 kursi untuk perempuan. Harapan dari Partai Keadilan Sejahtera sendiri untuk hasil pemilu 2009
adalah dapat memperoleh 20 kursi secara keseluruhan dan 7 kursi untuk perempuan, namun ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Sedangkan tingkat keterwakilan anggota dewan perempuan di DPRD Sumut secara umum, Ibu Nur Azizah berpandangan bahwa
”Secara kuantitas untuk tingkat keterwakilan perempuan di DPRD Sumut ada peningkatan yang tadinya 5,8 menjadi 16 , tapi kalau dari segi kualitas inikan baru
beberapa bulan, jadi belum bisa di uji sepenuhnya biarlah masyarakat yang mengujinya, menilai sepenuhnya”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Di era reformasi saat ini terbuka luas kesempatan untuk mendirikan partai politik. Gerakan reformasi yang bertujuan untuk menciptakan demokrasi di Indonesia
seharusnya juga dilihat sebagai upaya reformasi dalam mengubah hubungan jender dalam menciptakan gender equality kesetaraan jender dan gender justice keadilan jender
dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Partai politik memegang
Universitas Sumatera Utara
118 peranan penting untuk mengubah relasi jender tersebut ke arah kesetaraan dan keadilan
dalam masyarakat, pola rekrutmen yang ada harus dilandasu oleh kepekaan dan kesadaran jender, dan ini ditambah lagi dengan kemauan politik untuk melakukan
perubahan untuk memperkecil ketimpangan jender yang terjadi. Adanya pembagian jender antara laki-laki dan perempuan merupakan hasil
dari proses sosialisasi. Dalam politik dapat dilihat dengan adanya pensosialisasian perempuan menuju ranah politik bukan lagi suatu hal yang dianggap aneh dan perempuan
relatif diterima dalam kehidupan politik. Pada masyarakat tradisional hal ini masih dianggap kurang sesuai bagi perempuan, karena kontruksi sosial yang telah lama
mengakara dalam masyarakat. Baik laki-laki maupun perempuan berperilaku menurut jender yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketika perempuan terjuan ke parlemen, perempuan juga tidak mendapatkan posisi strategis sebagai pengambil kebijakan. Pada umumnya perempuan ditempatkan
pada posisi menengah dan bawah yaitu dengan posisi sebagai anggota. Kondisi seperti sulit bagi perempuan untuk memperjuangkan isu-isu perempuan akibat keterwakilan
perempuan yang rendah dalam politik khususnya parlemen di dominasi laki-laki yang disebut model politik maskulin Svedova Nadezhda, dalam Subono, 2003.
Sebelum mengakhiri proses wawancara dengan Ibu Nur Azizah, beliau memiliki harapan untuk anggota dewan perempuan yang saat ini menjabat di
pemerintahan terutama DPRD Sumut, berikut penuturan Ibu Nur Azizah ”Harapan saya untuk anggota dewan yang terpilih saat ini adalah karena yang memilih
kita adalah masyarakat, ya tentu sebagai mana harapan mereka yang telah mempercayakan kita sebagai wakilnya, kita harus bisa mewakilkan segala bentuk
aspirasi mereka, kehadiran kita di legslasi ini untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik, dan ini tidak hanya berlaku untuk masalah perempuan saja, karena yang
memilih kita adalah bukan hanya perempuan saja” Sumber : Wawancara Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
119 Sedangkan saran dari Ibu Nur Azizah adalah sebagai anggota dewan
khususnya perempuan haruslah menunjukkan kapasitasnya sebagai wakil rakyat terutama dalam hal memperjuangkan persoalan-persoalan keadilan bagi kaum perempuan
dan anak, kepada wakil perempuan di parlemen maupun eksekutif hendaklah bersuara vokal dalam menyampaikan hak-hak masyrakat yang terdzalimi dan tetap konsisten, serta
tidak terpengaruh oleh godaan-godaan maupun tantangan-tantangan yang membuat wakil rakyat tersebut kehilangan orientasinya diawal.
3. Siti Aminah, Amp, SPdI
Hambatan bagi seorang perempuan yang ingin memasuki dunia politik, diantaranya pada wilayah legislatif yaitu adanya pengaruh dari masih mengakar dan
membudayanya peran dan pembagian jender antara laki-laki dan perempuan tradisional yang pada akhirnya membatasi atau bahkan menghambat partisipasi perempuan di
politik, yang pada akhirnya memberikan efek terhadap rendahnya keterwakilan perempuan di pemerintahan baik itu pada posisi strategis maupun sebagai anggota dewan.
Namun hal tersebut tidak berlaku pada Ibu Siti Aminah, berikut penuturannya ”Ayah saya itu sudah 20 tahun menjadi anggota dewan, meskipun partainya berbeda,
beliau dari partai Golkar sedangkan saya di PKS, dikarenakan ayah saya memang anggota dewan jadi saya memang banyak belajar juga dari beliau tentang poliitk,
pemerintahan dan lain-lain, artinya saya sudah mendapatkan pendidikan politik sejak awal”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Saat ini sebagai anggota dewan yang juga masih menjabat di dalam struktur kepengurusan PKS, Ibu Siti Aminah merasa beruntung sebagai calon legislatif dari partai
PKS ketika pemilu 2009 lalu, karena kebijakan-kebijaka maupun program-program yang dilaksanakan partai dalam rangka peningkatan kapasitas perempuan tidak lain adalah
untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di pemerintahan, berikut penuturan dari Ibu Siti Aminah
Universitas Sumatera Utara
120 ”Sebelum anggota dewan memberikan pembekalan terhadap saya ataupun Ibu Nur
Azizah, PKS juga telah memberikan pembekalan terlebih dahulu terhadap kami,diantara pembekalan mengenai 3 tiga fungsi anggota dewan itu yaitu fungsi legislasi, fungsi
monitoring dan fungsi budgeting, sehingga kami mengetahui bagaimana menyusun anggaran dan lain-lain, dan pembekalan ini tidak hanya terjadi sekali. Proses tersebut
terjadi sampai sekarang, sekalipun kami telah terpilih sebagai anggota dewan untuk itu saya merasa beruntung di PKS ini, karena saya banyak mendapatkan ilmu”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Ketika ditanya tanggapan mengenai kuota perempuan, dimana Ibu Siti Aminah sangat setuju dengan adanya kuota perempuan tersebut. Sangat perlu
keterwakilan perempuan baik dilegislatif, eksekutif, dan bidang-bidang lainnya. Jika perempuan tidak didukung siapa lagi yang akan menyuarakan kepentingan perempuan?
”Memang benar kuota 30 ini memberikan celah bagi perempuan untuk bisa meningkatkan keterwakilannya, hanya saja kalau menurut saya kita tak perlu
memaksakan kuota tersebut, jika memang perempuan tersebut mempunyai kapasitas dan kemampuan bisa saja melebihi angka 30 dan itu apa salahnya, kita kan ingin sama nih
dengan laki-laki, tetapi yang perlu diingat jangan dipaksakan, karena ingin memenuhi 30 keterwakilan tersebut”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Meskipun sudah diberlakukannya undang-undang 30 keterwakilan perempuan, tetap saja perempuan sangat sulit terjun dalam ranah politik. Mereka
memiliki beberapa kendala diantaranya, kendala institusional yang dialami oleh perempuan untuk terjun ke ranah politik khususnya parlemen diantaranya, pertama
kendala struktural yang lebih disebabkan persoalan peluang yang diberikan terhadap perempuan. Peluang untuk mengisi posisi strategis masih diberikan kepada kaum laki-
laki. Peluang tersebut terbentur pada peraturan tidak tertulis, kedua kendala kultural yaitu adanya budaya patriarkhi yang menekankan perspektif laki-laki dalam melihat
permasalahan kurang kondusif terhadap berkiprahnya perempuan di bidang politik. Cara pikir patriarkhi tersebut bukan hanya monopoli laki-laki, kaum
perempuan pun sadar atau tidak sadar turut melanggengkan budaya tersebut. Hal ini disebabkan oleh pertama pendidikan politik dalam proses sosialisasi keluarga yang
menanamkan nilai-nilai bahwa politik itu keras, jahat, penuh persaingan tidak sehat,
Universitas Sumatera Utara
121 selain itu penanaman jender sejak kecil bahwa perempuan tempatnya di dapur saja,
emosional, lembut dan lain sebagainya. Sedangkan laki-laki selalu didorong untuk tampil berani, rasional, perkasa sehingga berpengaruh terhadap pembedaan peran laki-laki dan
perempuan dalam kontruksi sosial budaya yang ada di masyarakat. Adanya stereotipe jender berdasarkan kontruksi sosial juga sejalan dengan
pendapat Spence, Helmreich dan Stapp dalam Borgatta, 1992 yang menyatakan bahwa maskulinitas diukur berdasarkan item-item bipolar seperti sangat merdeka bukan semua
kebebasan, rasional, dan bisa mengambil keputusan dengan mudah. Feminitas diukur dengan sangat emosional dan sangat membantu orang lain. Adanya stereotipe yang
terbentuk, bila dikaitkan dengan partisipasi perempuan di parlemen, maka dalam anggapan banyak orang perempuan telah memasuki dunia laki-laki dan ”melawan”
kodrat keperempuanannya yang lembah lembut. Kedua soal keterbatasan waktu, khususnya bagi perempuan yang berkeluarga. Padahal berpolitik menuntut kesediaan
waktu yang tanpa batas. Politik tidak mengenal batas waktu apalagi bila harus melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah. Bila tidak ada dukungan dari suami dan keluarga
maka akan sulit bagi perempuan untuk menjalankan tugas dan tanggungjawabnya itu. Ketika ditanya mengenai jumlah anggota dewan perempuan yang ada di
DPRD Sumatera Utara saat ini, belumlah memenuhi apa yang dicita-cita oleh Partai Keadilan Sejahtera yang merupakan partai politik yang juga bergerak di bidang dakwah,
berikut penjelasan Ibu Siti Aminah ”Kalau di bilang sudah mencapai suatu cita-cita PKS, saya pikir belum. Dan kitakan
tidak boleh cepat puas, memang segitulah yang kita mampu saat ini. Selain kita harus bersaing dengan caleg dari PKS sendiri baik laki-laki maupun perempuan, tentunya kita
juga bersaing dengan caleg-caleg lain dari partai politik di luar PKS. Padahal rata-rata ketua-ketua deputi dari struktur DPW PKS Sumut merupakan calon anggota legislatif
pada pemilu 2009.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
122 Bukanlah merupakan sebuah pekerjaan kemudahan bagi setiap anggota dewan
yang secara bersamaan juga menjabat di dalam struktur kepengurusan partai politik, karena sebagai anggota dewan mereka harus fokus dengan permasalahan yang menjadi
tanggung jawab mereka. Dalam hal ini Ibu Siti Aminah menjelaskan bahwa “Sebenarnya kalaulah boleh kita pinginnya tidak usah lagi menjabat di dalam struktur
kepengurusan DPW PKS Sumut, kita jadi anggota saja, biar kita bisa fokus dengan tanggungjawab berdasarakan jabatan kita di dewan, namun tetap saja yang menentukan
strukutur kepengurusan tersebut adalah Dewan Pertimbangan Pusat dan Majelis Syuro.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Melalui wawancara yang dilakukan diketahui ternyata Ibu Siti Aminah merupakan anggota dewan dari komisi E, yang menangani permasalahan pemerintahan
bukan permasalahan perempuan. Namun untuk tingkat keterwakilan di DPRD Sumut secara umum, Ibu Siti Aminah berpandangan
”Saat ini memang tingkat keterwakilan perempuan di DPRD Sumut masih kurang, baru mencapai 16, tapi itulah tadi yang saya katakan kita bukan mengejar persennya, yang
penting bagaimana anggota dewan perempuan yang terilih bisa menyeimbangkan antara urusan rumah tangga dengan urusan di pemerintahan”.
Sumber : Wawancara Desember 2009
Jika dilihat dari bentuk perjuangan yang dilakukan oleh anggota dewan perempuan dalam memperjuangkan isu-isu perempuan seperti persoalan kekerasan
domestik, gizi anak, kesehatan reproduksi perempuan, pelecehan seksual dan sebagainya. Anggota dewan perempuan belum berbuat banyak terhadap persoalan ini, seperti
penuturan Ibu Siti Aminah ”Untuk periode yang sekarangkan saya tergolong masih baru, yang artinya harus
belajar banyak lagi. Kami kemarin baru melakukan rapat kerja, jadi untuk melihat bagaimana peran kami anggota dewan khususnya komisi E dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan perempuan saat ini memang belum bisa dilihat atau diukur oleh masyarakat”
Sumber : Wawancara Desember 2009
Komisi E adalah komisi yang membahas kesejahteraan rakyat seperti pendidikan, peranan wanita, kesehatan, sosial dan lain sebagainya. Di komisi E,
merupakan komisi yang baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
123 masalah perempuan, dimana cukup banyak permasalahan yang harus diselesaikan
anggota dewan perempuan, seperti menyelesaikan kasus TKI yang bekerja di luar negeri, yang para TKI sebagian besar adalah perempuan. Di bidang kesehatan seperti
menyalurkan makanan dari dinas kesehatan untuk anak-anak kurang gizi, di bidang pendidikan seperti melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah yang telah terdaftar dalam
proyek pemerintah, disini komisi E berperan sebagai pengawas fungsi monitoring, apakah pihak eksekutif telah menjalankan proyek tersebut apa belum, tujuannya untuk
melihat ada tidaknya penyimpangan yang dilakukan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD.
Selain itu komisi E juga akan bekerja sama dengan Biro Pemberdayaan Perempuan mengadakan seminar tentang kekerasan dalam rumah tangga KDRT, yang
bertujuan agar masyarakat mengerti dan menghindari terjadinya KDRT, apa-apa saja hak perempuan jika terjadi KDRT, kemana mereka harus melapor jika terjadi KDRT dan
sebagainya. Adapun yang menjadi harapan ke depan dari Ibu Siti Aminah terhadap tingkat
keterwakilan perempuan di pemerintahan adalah ”Saya berharap orang-orang duduk sebagai dewan, mereka masuk bukan dikarenakan
ada uang dan peluang, jikalau pada kenyataan sebenarnya ternyata kapasitas mereka masih dipaksakan, maka tentu saja hal ini akan merusak seluruh tatanan
kemasyarakatan. Saya berharap yang masuk di dewan mempunyai kapasitas yang besar untuk merubah perpolitikan yang ada di Indonesia secara umum dan di Sumatera Utara
secara khusus.” Sumber : Wawancara Desember 2009
Untuk mengakhiri proses dari wawancara ini, ketika di tanya mengenai saran yang berhubungan dengan keterwakilan perempuan di pemerintahan, Ibu Siti Aminah
menuturkan ”Bahwa perempuan yang terwakilkan harus sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya, karena memang siapa pun yang memegang suatu tampuk kekuasaan yang ternyata bukan keahliannya, maka akan timbul kehancuran, tetapi kalau kita
mampu apa salahnya, dan para wakil rakyat tersebut harus jadi pembelajar-pembelajar
Universitas Sumatera Utara
124 cepat mengingat situasi saat ini yang ada di Indonesia juga mengalami percepatan
dalam segala aspek” Sumber : Wawancara Desember 2009
4.8. Analisa Keterwakilan Perempuan dalam Partai Politik