Kerangka Konsepsi Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Teknik bimbingan yang dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan di Indonesia dilakukan melalui beberapa cara, antara lain 56 : 1 Memerintahkan terbimbing untuk datang ke Balai Pemasyarakatan untuk diberikan pengertian. 2 Diadakan kunjungan ke rumah terbimbing untuk melihat kemajuannya, serta situasi keluarga dan lingkungannya. 3 Mengadakan surat-menyurat demi terjalinnya hubungan baik yang bersifat kekeluargaan tanpa ada jurang pemisah.

2. Kerangka Konsepsi

Dalam upaya untuk tidak menimbulkan perbedaan penafsiran, maka dalam tesis ini diberikan definisi operasional tentang berbagai istilah yang dipergunakan, antara lain : a. Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 23 dua pertiga masa pidananya minimal 9 sembilan bulan. 57 b. Cuti menjelang bebas adalah proses pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan yang menjalani masa pidana atau sisa masa pidana pendek yang dilaksanakan setelah 56 Ibid., hal. 55-56. 57 Pasal 1 angka 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Warga Binaan Pemasyarakatan. Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 menjalani 23 dua pertiga dari masa pidananya dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir, paling lama 6 enam bulan. 58 c. Cuti bersyarat adalah proses pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan bagi Narapidana dan anak didk pemasyarakatan yang dipidana 1 satu tahun ke bawah, sekurang-kurangnya telah menjalani 23 dua pertiga masa pidana. 59 d. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. 60 e. Lembaga Pemasyarakatan atau yang biasa disebut dengan LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. 61 f. Pembinaan adalah suatu sistem yang terdapat dalam pemasyarakatan. Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas, yaitu 62 : 1 pengayoman; 2 persamaan perlakuan dan pelayanan; 3 pendidikan; 4 pembimbingan; 5 penghormatan harkat dan martabat manusia; 6 kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan; dan 7 terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. 58 Adi Sujatno, Op.Cit., hal. 12. 59 Pasal 1ayat 4 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat. 60 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsayarakatan. 61 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsayarakatan. 62 Pasal 5 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 g. Narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. 63

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya. 64 Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan di dalam gejala yang bersangkutan. 65 Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat ditentukan oleh metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada sekarang 66 ,berkaitan dengan Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai di Tinjau dari Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. 63 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. 64 Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek Jakarta : Rineka Cipta, 1997, hal. 2. 65 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1981, hal. 43. 66 Winarno Surakhmad, Dasar Dan Teknik Research Bandung: Tarsito, 1978, hal. 132. Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009 Dilihat dari pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris, yang didasarkan pada pertimbangan bahwa, penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan dengan melihat kenyataan yang terjadi di lapangan dan mengkaitkannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain pendekatan yuridis empiris, penelitian ini juga didukung dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian dan menganalisa terhadap masalah Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Tanjung Balai. Dan obyek penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai yang mengkaji atau mengalisis Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai di Tinjau dari Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

3. Metode Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pembebasan Bersyarat Dan Cuti Mengunjungi Keluarga Terhadap Perilaku Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

0 68 125

Analisis Pengaruh Kebijakan Pembebasan Bersyarat Dan Cuti Menjelang Bebas Terhadap Over Kapasitas Penghuni Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan

2 36 125

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas (CMB) Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan

3 35 128

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 12

PELAKSANAAN PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS DI DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN SEBAGAI UPAYA INTEGRASI SOSIAL NARAPIDANA (Studi Pada Balai Pemasyarakatan Klas 1 padang).

0 0 9

PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DALAM RANGKA PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PADANG.

0 0 9