b. Data Sekunder.
Untuk menghimpun data sekunder, maka dibutuhkan bahan pustaka yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder yang terdiri dari bahan hukum
primer, sekunder dan tertier.
4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yang dipergunakan adalah pedoman wawancara, kuesioner serta studi terhadap bahan-bahan dokumen lainnya.
a. Pedoman Wawancara.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak yang mengetahui tentang Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas
dan Cuti bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai di Tinjau dari Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Bahan-Bahan
Dokumen atau Bahan Pustaka. b. Data Sekunder yang terdiri atas :
1 Bahan hukum primer.
Sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini di antaranya adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, Kitab Undang-Undang Acara Pidana KUHAP dan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
2 Bahan hukum sekunder.
Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum dan
seterusnya, serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan Lembaga Pemasyarakatan.
3 Bahan hukum tertier.
Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia, indeks
kumulatif dan seturusnya.
5. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan
komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi keragaman.
68
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
69
Sedangkan metode kualitatif merupakan
68
Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 53.
69
Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 103.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
70
Data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan field research kemudian disusun
secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan dengan
menggunakan metode berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum untuk menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus dalam menjawab
segala permasalahan yang ada dalam penelitian.
70
Ibid., hal. 3.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
BAB II PELAKSANAAN PEMBEBASAN BERSYARAT, CUTI MENJELANG BEBAS
DAN CUTI BERSYARAT DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B TANJUNG BALAI
A. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai
Gedung Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai merupakan salah satu gedung bersejarah yang dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, didirikan
pada tahun 1906 yang pertama sekali difungsikan sebagai rumah sakit. Pada waktu itu Tengku Mansyur membangun Rumah Sakit di Jalan Utama Pulau Simardan yang
sekarang disebut sebagai “Komplek Perumahan Rumah Tahanan Tanjung Balai”, yang dilengkapi dengan 2 dua ruang dokter, 1 satu sal, 1 satu kamar gila dan 1 satu
kamar mayat serta kamar mandi atau toiletnya.
71
Bersamaan dengan pembangunan Rumah Sakit oleh Tengku Mansyur, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1906 juga membangunan rumah penjara yang berdampingan
langsung dengan Rumah Sakit yang dibangun Tengku Mansyur, pada tahun 1927 Rumah Sakit yang dibangun Tengku Mansyur dipindahkan ke lokasi Rumah Sakit
Umum Tanjung Balai di Selat Lancang. Sementara itu, bekas Rumah Sakit tersebut kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda dijadikan sebagai rumah penjara bersamaan
dengan rumah penjara yang telah dibangun pemerintah Hindia Belanda.
71
Rumah Tahanan Tanjung Balai, Sejarah Berdirinya Penjara Tanjung Balai Tanjung Balai : Rumah Tahanan Tanjung Balai, 1990, hal. 1.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Pada tahun 1930, bekas Rumah Sakit dan bangun penjara secara resmi difungsikan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai rumah tawanan dengan nama gevangenis
wixen, kemudian beberapa kali mengalami perubahan nama, sebagai berikut
72
: 1.
Tahun 1930 sampai dengan tahun 1945 dengan nama Gevangenis Wixen. 2.
Tahun 1945 sampai dengan tahun 1947 dengan nama Rumah Pendidikan Jiwa. 3.
Tahun 1947 sampai dengan tahun 1964 dengan nama Rumah Penjara. 4.
Tahun 1964 sampai dengan tahun 1984 dengan nama Rumah Tahanan Negara. 5.
Tahun 1984 sampai dengan tahun 2003 dengan nama Rumah Tahanan Negara. 6.
Tahun 2003 sampai dengan sekarang dengan nama Lembaga Pemasyarakatan.
B. Keadaan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai
Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai merupakan Lembaga Pemasyarakatan tipe Klas II B yang terdiri dari 7 tujuh blok hunia yang meliputi 6 enam blok pria dan
1 satu blok wanita dengan luas keseluruhan 6.333 M
2
enam ribu tiga ratus tiga puluh tiga meter persegi. Daya tampung Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai
terdiri dari 198 seratus sembilan puluh delapan orang. Namun pada awal Februari 2008 jumlah keseluruhan Narapidana dan Tahanan yang ditampung di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai sebanyak 614 tujuh ratus empat puluh delapan orang penghuni, dengan perincian sebagai berikut
73
: 1.
Narapidana pria dewasa sebanyak 297 orang.
72
Ibid.
73
Wawancara dengan Asih Widodo pada tanggal 12 Januari 2009, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
2. Narapidana wanita dewasa sebanyak 8 orang.
3. Narapidana anak sebanyak 17 orang.
4. Tahanan pria dewasa sebanyak 254 orang.
5. Tahanan wanita dewasa sebanyak 14 orang.
6. Tahanan anak sebanyak 24 orang.
Pada awal Tahun 2008 jumlah Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai sebanyak 614 enam ratus empat belas orang dengan persentase jenis
tindak pidana, sebagai berikut :
Tabel 1: Persentase Jenis Tindak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2008
No. Jenis Tindak
Pidana Jumlah
Persentase
1. Narkotika
158 25,73
2. Pencurian 137
22,31 3. Penganiayaan
65 10,58
4. Psikotropika 55
8,95 5. Kesusilaan
31 5,04
6 Perampokan 24
3,90 7. Pembunuhan
23 3,74
8. Pembakaran 17
2,76 9. Ketertiban
15 2,44
10 Penggelapan 15
2,44 11. Perjudian
14 2,28
12. Penipuan 12
1,95 13. Penculikan
7 1,14
14. Penadahan 4
0,65 15. Pemerasan
9 1,46
16. Lain-lain 28
4,56 Jumlah
614 100
Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2008
Berdasarkan tabel : 1 tersebut, maka dalam jenis tindak pidana yang tertinggi adalah Tindak Pidana Narkotika yang kemudian dilanjutkan dengan jenis Tindak Pidana
Pencurian. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yang berada di bawah garis kemiskinan, sehingga mereka bertindak nekat dalam memenuhi kebutuhanya. Di kota
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Tanjung Balai, tingkat pendidikan masyarakatnya dapat dikatakan masih minim atau rendah, sehingga dengan minimnya pendidikan tersebut maka upaya untuk
pengembangan diri menjadi terbatas yang mengakibatkan banyak masyarakat Tanjung Balai yang tidak memiliki pekerjaan. Hal tersebut akan membawa akibat semakin
tingginya tingkat pengangguran, sehingga banyak masyarakat yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan berbagai macam cara dan menyebabkan
banyaknya terjadi kasus pencurian. Sementara untuk tindak pidana dalam kategori lain- lain adalah tindak pidana Kepabeanan, Tindak Pidana Senjata Tajam, Tindak Pidana
Korupsi, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana Kehutanan, Tindak Pidana Traficcking, Tindak Pidana Perlindungan Anak dan Tindak Pidana Kekerasan Dalam
Rumah Tangga. Begitu banyaknya Narapidana dan Tahanan sebagai penghuni Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai tersebut yang tidak sebanding dengan daya tampung sebanyak 198 orang, maka berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto hal
tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain
74
: 1.
Faktor ekonomi yang diikuti dengan minimnya lapangan pekerjaan yang ada atau yang tersedia. Faktor ekonomi ini yang dapat menimbulkan kesenjangan atau
kecemburuan sosial yang ada di masyarakat seperti ada yang kaya dan ada yang miskin, yang miskin tergiur atau tergoda dengan apa yang dimiliki oleh si kaya,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana terhadap si kaya. Selain itu
74
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan NarapidanaAnak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
ditambah lagi dengan terjadinya krisis global yang terjadi diseluruh dunia yang juga membawa pengaruh kepada industri-industri di seluruh dunia dan termasuk di
Indonesia tanpa terkecuali. 2.
Faktor pendidikan yang minim pendidikan formal maupun non-formal dari pelaku tindak kejahatan sehingga tidak mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri
si pelaku. 3.
Faktor lingkungan. Faktor lingkungan disini dapat dilihat dari beberapa katagori, antara lain
75
: a.
Lingkungan keluarga. Dalam hal ini lingkungan keluarga juga paling banyak berperan di dalam pembentukan karakter seseorang bisa baik dan bisa juga
buruk. Karena keluarga adalah lingkungan yang pertama sekali dikenal seseorang sejak orang tersebut dilahirkan. Baik atau buruk seseoang tergantung
pada orang-tua ibu dan ayah membentuk karakter dari seseorang atau anaknya kejalan yang baik dan diinginkan setiap orang. Jika seorang ayah atau ibu
memperlakukan seorang anak dengan perlakuan yang buruk atau kasar, maka perlakuan dari ibu atau ayah tersebut pasti akan terbawa diusia dewasa dan
tuanya. Hal inilah sebagai salah satu faktor pemicu terjadinya tindak kejahatan atau tindak pidana.
b. Lingkungan Tempat Tinggal Pelaku Kejahatan
Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya kejahatan atau tindak pidana maksudnya bahwa lingkungan tempat tinggal tersebut dapat membawa pengaruh
75
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar Surabaya : Bina Ilmu, 1988, hal. 8-9.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
besar terhadap tingkah-laku seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal tersebut bisa juga dikatakan bahwa, lingkungan tempat tinggal yang dominan
orang-orangnya berprilaku jahat, maka perbuatan tersebut sedikit-banyak akan mempengaruhi seseorang. Namun jika kesemua hal yang buruk dari lingkungan
tersebut dapat dibentengi dengan pendidikan agama dan pendidikan di lingkungan keluarga yang baik dan disiplin.
c. Lingkungan Sekolah atau Pekerjaan Pelaku Tindak Pidana atau Kejahatan
Faktor lingkungan di sekolah atau di tempat pekerjaan sangat berperan membentuk karakter seseorang menjadi buruk atau baik tergantung di sekolah
atau di tempat pekerjaan menerapkan disiplin untuk membentuk karakter yang baik. Disamping itu, sekolah atau tempat kerja merupakan rumah kedua dalam
melakukan aktifitas yang terbilang lama dilakukan di luaran setelah di rumah atau di lingkungan keluarga.
4. Faktor residivis atau pengulangan tindak pidana, walaupun pernah menjadi
NarapidanaTahanan di Lembaga Pemasyarakatan, hal ini disebabkan pola pembinaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan tersebut tidak membawa kesan
yang positif atau efek jera bagi pelaku tindak pidana tersebut. Sebenarnya, kesemua faktor tersebut dapat dicegah jikalau adanya pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara baik dan benar oleh para pihak yang terlibat langsung dengan para pelaku tindak pidana tersebut, sehingga semua jenis tindak pidana yang ada
dapat dihindari atau tidak akan terpikirkan untuk dilakukan. Sebagai contoh, untuk
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
lingkungan keluarga dan sekolah maka pihak orang-tua dan guru diharapkan agar lebih pro-aktif terhadap semua aktifitas yang dilakukan oleh anak-anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Asih Widodo, batas wilayah penerimaan Narapidana maupun Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai
meliputi 2 dua wilayah administratif, antara lain
76
: 1.
Kota Tanjung Balai. 2.
Kabupaten Asahan. Khusus untuk Kabupaten Asahan meliputi Kecamatan Sei Kepayang, Kecamatan
Tanjung Balai, Kecamatan Air Joman, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Bandar Pulau dan Kecamatan Pulau Rakyat.
Sebagai bahan perbandingan, Petugas yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai pada Tahun 2007 tersebut sebanyak 42 empat puluh dua
orang, dengan posisi jabatan sebagaimana dapat dilihat pada tabel di berikut ini :
Tabel 2 : Jumlah PegawaiPetugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2007
No. Jabatan Jumlah
1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
1 Orang 2.
Kepala Seksi 4 Orang
3. Kepala Sub Bagian
7 Orang 4. Dokter
1 Orang
5. Bendahara 1
Orang 6. StafPetugas
11 Orang
7. Petugas Keamanan
22 Orang Jumlah
42 Orang
Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2007.
76
Wawancara dengan Asih Widodo pada tanggal 12 Januari 2009, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Sementara setelah tahun 2008, maka jumlah petugaspegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai mengalami penambahan sebanyak 5 lima
orang petugas menjadi 47 empat puluh tujuh orang petugas, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 3 : Jumlah PegawaiPetugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2008
No. Jabatan Jumlah
1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
1 Orang 2.
Kepala Seksi 4 Orang
3. Kepala Sub Bagian
7 Orang 4. Dokter
1 Orang
5. Bendahara 1
Orang 6. StafPetugas
11 Orang
7. Petugas Keamanan
27 Orang Jumlah
47 Orang
Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2008
Setelah mengalami penambahan petugaspegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai sebanyak 5 lima orang di bagian petugas keamanan dari 42 empat
puluh dua orang menjadi 47 empat puluh tujuh orang, juga tidak membawa perubahan yang sangat berarti dalam hal pembinaan NarapidanaTahanan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai. Hal tersebut dikarenakan memang jumlah NarapidanaTahanan yang melebihi kapasitas dari Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Tanjung Balai tersebut yang seharusnya hanya dihuni oleh 198 seratus sembilan puluh delapan orang penghuni. Dengan demikian, maka perbandingan antara jumlah
petugaspegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai dengan NarapidanaTahanan adalah 1 satu banding 13 tiga belas.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Setelah melihat jumlah petugaspegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai pada Tahun 2007 dan Tahun 2008, maka ada baiknya juga untuk melihat
struktur organisasi dan tata kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai pada bagan sebagai berikut ini :
Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Tahun 2008
Bagan 1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan KLAS II B Tanjung Balai
Kepala Urusan Umum
Kepala Urusan KepegawaiKeuangan
Kasi Adm KAMTIB
Kasi BINADIK
dan GIATJA Kepala Sub Bagian
Tata Usaha
Kepala Keamanan LP
Petugas Pengamanan
Kepala LAPAS Klas II B Tanjung Balai
STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B TANJUNG BALAI
Kasubsi Registrasi
Kasubsi Keamanan
Kasubsi Bimkemas
Perawatan Kasubsi Pelaporan
Tata Tertib Kasubsi
Bimker
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
C. Pengertian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
Sebelum berbicara tentang masalah pemberian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, maka ada baiknya untuk mengetahui tentang
pengertian-pengertian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku.
1. Pembebasan Bersyarat Ada beberapa pengertian tentang Pembebasan Bersyarat, antara lain :
a. Pembebasan Bersyarat menurut Pasal 15 ayat 1 KUHP menyebutkan bahwa,
“orang yang dihukum penjara boleh dilepaskan dengan perjanjian, bila telah lalu dua pertiga bagian dari hukumannya yang sebenarnya dan juga paling sedikit sembilan
bulan dari pada itu”. Pasal 16 ayat 1 KUHP menyebutkan bahwa, Keputusan pelepasan dengan perjanjian itu diambil oleh Menteri Kehakiman atas
usul atau setelah mendapat kabar dari pengurus rumah penjara di tempat adanya si terhukum itu dan setelah mendapat kabar dari Jaksa. Keputusan itu tidak akan
diambil sebelum Dewan Pusat urusan memperbaiki keadilan orang yang dilepas dari penjara, didengar, yang dipekerjakannya diatur oleh Menteri Kehakiman.
b. Pembebasan Bersyarat menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32
Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Warga Binaan Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa, “Pembebasan Bersyarat adalah Proses
pembinaan Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 23 dua pertiga masa pidananya minimal 9 sembilan bulan”.
c. Menurut Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10
Tahun 1999 Tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, yang menyatakan bahwa, “Pembebasan Bersyarat adalah Proses pembinaan
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan yang dilaksanakan berdasar Pasal 15 dan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Pasal 14, Pasal 22 dan
Pasal 29 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan”. d.
Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, yang menyatakan bahwa, “ Pembebasan Bersyarat adalah adalah Proses pembinaan Narapidana di luar Lembaga
Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 23 dua pertiga masa pidananya minimal 9 sembilan bulan”.
2. Cuti Menjelang Bebas
Ada beberapa pengertian tentang Cuti Menjelang Bebas, antara lain : a.
Menurut Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 1999 Tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas,
yang menyatakan bahwa, “Cuti Menjelang Bebas adalah proses pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan bagi Narapidana yang menjalani masa pidana atau sisa
masa pidana yang pendek”. b.
Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, yang menyatakan bahwa, “ Cuti Menjelang Bebas adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak Pidana di luar Lembaga
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Pemasyarakatan setelah menjalani 23 dua pertiga masa pidananya, sekurang- kurangnya 9 sembilan bulan berkelakuan baik”.
3. Cuti Bersyarat
Sedangkan pengertian tentang Cuti Bersyarat hanya disebutkan di Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04.10 Tahun
2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, yang menyatakan bahwa, “Cuti Bersyarat adalah proses pembinaan di
luar Lembaga Pemasyarakatan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang dipidana 1 satu tahun ke bawah, sekurang-kurangnya telah menjalani 23 dua pertiga masa pidananya”.
D. Pemberian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai 1.
Pemberian Pembebasan Bersyarat
Dalam melaksanakan sistem Pemasyarakatan yang dapat menciptakan warga binaan Pemasyarakatan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, hidup dan berkembang serta berinteraksi secara positif dan wajar di tengah- tangah masyarakat berdasarkan UUP yang telah mengatur beberapa hak dari Warga
Binaan Pemasyarakatan di Indonesia. Terhadap Pembebasan Bersayarat, tidak semua Warga Binaan Pemasyarakatan
diberikan Pembebasan Bersyarat Anak Sipil
77
tidak diberikan Pembebasan Bersyarat.
77
Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Pembebasan Bersyarat diberikan kepada Narapidana
78
, Anak Pidana
79
dan Anak Negara.
80
Kepada Anak Sipil tidak diberikan Pembebasan Bersyarat dikarenakan Anak Sipil tersebut keberadaannya di Lembaga Pemasyarakatan atau Lembaga
Pemasyarakatan Anak maupun di Balai Pemasyarakatan bukan untuk menjalani hukuman, malainkan hanya semata-mata menjalani pembinaan anak sebagaimana yang
diatur dalam UUP agar Anak Sipil tersebut dapat melakukan perbuatan yang positif di tengah-tengah masyarakat.
Ketentuan tentang Pembebasan Bersyarat secara umum diatur dalam Pasal 15 dan Pasal 16 KUHP, Pembebasan Bersyarat hanya dapat diberikan dengan beberapa syarat,
antara lain
81
: a.
Hanya dapat diberikan kepada mereka yang dihukum penjara dan bukan hukuman kurungan.
b. 23 dua per tiga atau sedikit-dikitnya hukuman telah dijalani selama 9
sembilan bulan. c.
Pembebasan dilakukan dengan perjanjian. d.
Bilamana Narapidana yang menjalani Pembebasan Bersyarat melanggar perjanjian yang telah dibuatnya, maka kepadanya ditarik kembali ke dalam
penjara untuk menyelesaikan masa hukumannya, dan masa Pembebasan Bersyarat yang telah dijalani tidak dihitung menjalani hukuman.
78
Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
79
Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
80
Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
81
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal Bogor : Politeia, 1996, hal. 44.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Pengaturan tentang Pembebasan Bersyarat sebagai hak dari Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan UUP hanya diatur dalam 1 satu Pasal dan ayat saja yaitu
Pasal 14 ayat 1 huruf k yang menyatakan bahwa, “ Narapidana berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat”. Pengaturan lebih lanjut, maka pelaksanaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan selanjutnya disebut PP No. 32
Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun 2006. Ada beberapa hal yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Pembebasan Bersyarat yang meliputi, antara lain : 1.
Pembebasan Bersyarat diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yaitu Anak Pidana dan Anak Negara, sedangkan untuk Anak Sipil
tidak berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat.
82
2. Pembebasan Bersyarat diberikan apabila memenuhi beberapa persyaratan, yaitu
83
: a.
Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan
bulan.
82
Pasal 43 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
83
Pasal 43 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9
sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana.
3. Pembebasan Bersyarat bagi Anak Negara diberikan setelah menjalani pembinaan
sekurang-kurangnya 1 satu tahun.
84
4. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika
dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap Negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan
Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, apabila telah memenuhi syarat antara lain
85
: a.
Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan
bulan. b.
Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa
pidana. c.
Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
84
Pasal 43 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
85
Pasal 43 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
5. Pemberian pertimbangan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
tersebut, wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum dan rasa keadilan masyarakat.
86
6. Pembebasan Bersyarat yang diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repulik Indonesia.
7. Pembebasan Bersyarat tersebut dapat dicabut sewaktu-waktu apabila Narapidana
atau Anak Didik Pemasyarakatan melanggar ketentuan tentang Pembebasan Bersyarat.
87
Selain dari PP No. 28 Tahun 2006 tersebut, maka untuk Pembebasan Bersyarat peraturan pelaksana lainnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan
Cuti Bersyarat selanjutnya disebut PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007. Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat bertujuan, antara lain
88
: a.
Membangkitkan motivasi atau dorongan pada diri Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kearah pencapaian tujuan pembinaan.
86
Pasal 43 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
87
Pasal 43 ayat 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
88
Pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Memberikan kesempatan pada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan untuk
pendidikan dan ketrampilan guna mempersiapkan diri untuk hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana.
c. Mendorong masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan
Pemasyarakatan. Menurut Madong Gorat pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan
Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat substantif dan syarat administratif, hal tersebut sesuai Pasal 5
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04- 10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
89
Syarat substantif yang diberikan untuk Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Pidana meliputi antara lain :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan
dijatuhi pidana.
90
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.
91
89
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
90
Pasal 6 ayat 1 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
91
Pasal 6 ayat 1 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang
bersangkutan.
92
d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak
Pidana yang bersangkutan.
93
e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman
disiplin untuk Pembebasan Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 9 sembilan bulan terakhir.
94
f. Masa pidana yang telah dijalani untuk Pembebasan Bersyarat adalah 23 dua per
tiga dari masa pidananya, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan.
95
Sementara untuk Anak Negara persyaratan substantif dalam pemberian Pembebasan Bersyarat meliputi, antara lain :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan
dijatuhi pidana.
96
92
Pasal 6 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
93
Pasal 6 ayat 1 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
94
Pasal 6 ayat 1 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
95
Pasal 6 ayat 1 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
96
Pasal 6 ayat 2 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.
97
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan
bersemangat.
98
d. Masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang bersangkutan.
99
e. Berkelakuan baik.
100
f. Masa pendidikan yang telah dijalani di Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk
Pembebasan Bersyarat sekurang-kurangnya 1 satu tahun. Persyaratan administratif yang dilakukan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat
untuk Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan melitputi yaitu : a.
Kutipan Putusan Hakim ekstrak vonis.
101
b. Laporan penelitian yang dibuat pembimbing kemasyarakatan atau laporan
perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang bersangkutan.
102
97
Pasal 6 ayat 2 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
98
Pasal 6 ayat 2 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
99
Pasal 6 ayat 2 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
100
Pasal 6 ayat 2 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
101
Pasal 7 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
102
Pasal 7 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Pembebasan
Bersyarat terhadap Narapidan dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang bersangkutan.
103
d. Salinan register F daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang
dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil selama menjalani masa pidana atau pendidikan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau
Kepala Rumah Tahanan Negara.
104
e. Susunan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan
lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara.
105
f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, seperti pihak keluarga, sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh pemerintah daerah setempat serendah-
rendahnya Lurah atau Kepala Desa.
106
103
Pasal 7 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
104
Pasal 7 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
105
Pasal 7 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
106
Pasal 7 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
g. Terhadap Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat
tambahan yang meliputi antara lain
107
: 1
Surat Jaminan dari Kedutaan BesarKonsulat Negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan tidak
melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Pembebasan Bersyarat.
2 Surat Keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status
keimigrasian yang bersangkutan. Perhitungan Pembebasan Bersyarat berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH.01.PK.05.06 Tahun 2008 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti
Bersyarat antara lain : Dasar Perhitungan yang lama : 23 dari Hukuman – Remisi yang didapat.
contohnya : Cuhay ditahan sejak tanggal 28-08-2005. Masa pidana atau hukuman 3
tahun. Remisi yang didapat keseluruhan Cuhay 5 bulan, jadi Hukuman 3 tahun – Remisi 5 bulan = 2 tahun 7 bulan. 23 dari 2 tahun 7 bulan = 1 tahun 8 bulan 20 hari.
107
Pasal 7 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Terhitung sejak 28-08-2005 + 1 tahun 8 bulan 20 hari. Jadi tanggal 23 masa pidana Cuhay = 15-05-2007.
Dasar Perhitungan yang baru : 23 dari Hukuman – Remisi yang didapat. contohnya
: Cuhay ditahan sejak tanggal 28-08-2005. Masa pidana atau hukuman 3 tahun. Remisi yang didapat keseluruhan Cuhay 5 bulan. 23 dari hukuman 3 tahun = 2
tahun- Remisi 5 bulan = 1 tahun 7 bulan. Terhitung sejak 28-08-2005 + 1 tahun 7 bulan. Jadi tanggal 23 masa pidana Cuhay = 26-03-2007.
Sementara itu, menurut Madong Gorat wewenang dalam pemberian Pembebasan Bersyarat tersebut ada pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
yang pelaksanaannya didelegasikan kepada setiap Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Haksasi Manusia Republik Indonesia, dan untuk Lembaga Pemasyarakatan
Klas II B Tanjung Balai didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah Sumatera Utara.
108
Dan hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 10 PerMen No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa tahapan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat yang meliputi, antara lain
109
: a. Tim Pengamat Pemasyarakatan selanjutnya disebut TPP Lembaga Pemasyarakatan
atau TPP Rumah Tahanan Negara, setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan,
108
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
109
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
mengusulkan pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.
110
b. Apabila Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara
menyetujui usulan dari pihak TPP Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, maka usulan tersebut diteruskan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat
111
untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara. c.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui usulan pemberian Pembebasan Bersyarat setelah
mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.
112
d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
menolak tentang Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, memberitahukan penolakan itu
110
Pasal 11 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
111
Pasal 11 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
112
Pasal 11 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
beserta dengan alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara yang bersangkutan.
113
e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyetujui tentang usulan Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, meneruskan usulan
tersebut kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
114
f. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menolak tentang usulan Pembebasan
Bersyarat tersebut, maka dalam jangka waktu 14 empat belas hari terhitung sejak tanggap penetapan memberitahukan penolakan tersebut beserta alasannya kepada
Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara setempat.
115
g. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui tentang usulan Pembebasan
Bersyarat, maka Direktur Jenderal Pemasyarakatan menerbitkan Keputusan tentang Pembebasan Bersyarat.
116
Keputusan mengenai Pembebasan Bersyarat tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
113
Pasal 11 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
114
Pasal 11 huruf h Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
115
Pasal 11 huruf i Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
116
Pasal 11 huruf j Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Republik Indonesia.
117
Selanjutnya, sebelum Pembebasan Bersyarat tersebut dilaksanakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan
Negara, maka ada beberapa hal yang wajib dilakukan antara lain : a.
Memberikan petunjuk agar Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan berprilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan.
118
b. Menandatangani surat untuk menjalani Pembebasan Bersyarat berdasarkan
Keputusan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
119
c. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani
Pembebasan Bersyarat kepada Kejaksaan Negeri setempat.
120
d. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani
Pembebasan Bersyarat kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan yang disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting lainnya.
121
Pada tahap selanjutnya menurut Madong Gorat adalah masalah pengawasan. Untuk pengawasan terhadap Narapidana dan Anak Pidana yang sedang menjalani Pembebasan
Bersyarat dilakukan oleh pihak Kejaksaan Negeri setempat dalam hal ini Kejaksaan
117
Pasal 12 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
118
Pasal 17 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
119
Pasal 17 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
120
Pasal 17 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
121
Pasal 17 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Negeri Tanjung Balai dan BAPAS setempat, hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 18 ayat 1 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.
122
Sedangkan untuk pengawasan terhadap Anak Negara yang sedang menjalani Pembebasan Bersyarat, hanya dilakukan oleh BAPAS, hal ini juga sesuai dengan yang
disebutkan dalam Pasal 18 ayat 2 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.
123
Setelah mengetahui beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, maka ada baiknya untuk melihat Pembebasan Bersyarat yang telah diberikan
oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil dalam tabel berikut ini :
122
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai
123
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Tabel 4 : Jumlah Penerima Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai tahun 2004 sd 2008
No. 1.
2. Tahun
2004
2005 Jumlah
4 Orang
4 Orang 3. 2006 6 Orang
4. 2007 9 Orang 5. 2008 140 Orang
Jenis Tindak Pidana
1. Pencurian : 2 Kasus. 2. Perjudian : 2 Kasus.
1. Psikotropika : 1 Kasus. 2. Pencurian : 2 Kasus.
3. Penadahan : 1 Kasus. 1. Psikotropika : 1 Kasus.
2. Pembunuhan : 1 Kasus. 3. Perampokan : 1 Kasus.
4. Narkotika : 1 Kasus. 5. Pencurian : 2 Kasus.
1. Psikotropika : 4 Kasus. 2. Penggelapan : 1 Kasus.
3. Pencurian : 2 Kasus. 4. Penipuan : 2 Kasus.
1. Psikotropika : 55 Kasus. 2. Perjudian : 15 Kasus.
3. Penggelapan : 15 Kasus 4. Penipuan : 15 Kasus.
5. Narkotika : 25 Kasus. 6. Pencurian : 15 Kasus.
Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai 2004-2008
Setelah melihat tabel 4 di atas, maka dapat dikatakan bahwa untuk tahun 2004 dan 2005 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai memberikan Pembebasan
Bersyarat dengan jumlah masing-masing 4 empat orang pada tahun tersebut atau dengan kategori intensitas yang masih kecil jumlahnya karena menurut Madong Gorat,
para Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil masih dalam tahap penyesuaian memenuhi kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
124
Sementara untuk tahun 2006 Pembebasan Bersyarat diberikan kepada 6 enam orang, untuk tahun 2007 diberikan kepada 9
sembilan orang dan untuk tahun 2008 diberikan kepada 140 sertus empat puluh orang. Pada tahun 2008 tersebut diberikannya Pembebasan Bersyarat dengan jumlah
124
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
yang sangat signifikan kepada para Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dibandingkan dengan tahun 2004, tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007, hal tersebut
dikarenakan menurut Madong Gorat, pemberian Pembebasan Bersyarat tersebut mempunyai dwi-fungsi yaitu
125
: 1. Peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tersebut, merupakan
suatu hal yang mempermudah Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
2. Merupakan kebijakan dari pemerintah untuk mengantisipasi over kapasitas atau
kelebihan penghuni di setiap Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia, terutama Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sebagaimana yang telah diutarakan di atas, maka pemberian Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Berdasarkan Undang-
Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti
Bersyarat
125
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
2. Pemberian Cuti Menjelang Bebas