Pemasyarakatan setelah menjalani 23 dua pertiga masa pidananya, sekurang- kurangnya 9 sembilan bulan berkelakuan baik”.
3. Cuti Bersyarat
Sedangkan pengertian tentang Cuti Bersyarat hanya disebutkan di Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04.10 Tahun
2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, yang menyatakan bahwa, “Cuti Bersyarat adalah proses pembinaan di
luar Lembaga Pemasyarakatan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang dipidana 1 satu tahun ke bawah, sekurang-kurangnya telah menjalani 23 dua pertiga masa pidananya”.
D. Pemberian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai 1.
Pemberian Pembebasan Bersyarat
Dalam melaksanakan sistem Pemasyarakatan yang dapat menciptakan warga binaan Pemasyarakatan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, hidup dan berkembang serta berinteraksi secara positif dan wajar di tengah- tangah masyarakat berdasarkan UUP yang telah mengatur beberapa hak dari Warga
Binaan Pemasyarakatan di Indonesia. Terhadap Pembebasan Bersayarat, tidak semua Warga Binaan Pemasyarakatan
diberikan Pembebasan Bersyarat Anak Sipil
77
tidak diberikan Pembebasan Bersyarat.
77
Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Pembebasan Bersyarat diberikan kepada Narapidana
78
, Anak Pidana
79
dan Anak Negara.
80
Kepada Anak Sipil tidak diberikan Pembebasan Bersyarat dikarenakan Anak Sipil tersebut keberadaannya di Lembaga Pemasyarakatan atau Lembaga
Pemasyarakatan Anak maupun di Balai Pemasyarakatan bukan untuk menjalani hukuman, malainkan hanya semata-mata menjalani pembinaan anak sebagaimana yang
diatur dalam UUP agar Anak Sipil tersebut dapat melakukan perbuatan yang positif di tengah-tengah masyarakat.
Ketentuan tentang Pembebasan Bersyarat secara umum diatur dalam Pasal 15 dan Pasal 16 KUHP, Pembebasan Bersyarat hanya dapat diberikan dengan beberapa syarat,
antara lain
81
: a.
Hanya dapat diberikan kepada mereka yang dihukum penjara dan bukan hukuman kurungan.
b. 23 dua per tiga atau sedikit-dikitnya hukuman telah dijalani selama 9
sembilan bulan. c.
Pembebasan dilakukan dengan perjanjian. d.
Bilamana Narapidana yang menjalani Pembebasan Bersyarat melanggar perjanjian yang telah dibuatnya, maka kepadanya ditarik kembali ke dalam
penjara untuk menyelesaikan masa hukumannya, dan masa Pembebasan Bersyarat yang telah dijalani tidak dihitung menjalani hukuman.
78
Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
79
Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
80
Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan.
81
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal Bogor : Politeia, 1996, hal. 44.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Pengaturan tentang Pembebasan Bersyarat sebagai hak dari Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan UUP hanya diatur dalam 1 satu Pasal dan ayat saja yaitu
Pasal 14 ayat 1 huruf k yang menyatakan bahwa, “ Narapidana berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat”. Pengaturan lebih lanjut, maka pelaksanaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan selanjutnya disebut PP No. 32
Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun 2006. Ada beberapa hal yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Pembebasan Bersyarat yang meliputi, antara lain : 1.
Pembebasan Bersyarat diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yaitu Anak Pidana dan Anak Negara, sedangkan untuk Anak Sipil
tidak berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat.
82
2. Pembebasan Bersyarat diberikan apabila memenuhi beberapa persyaratan, yaitu
83
: a.
Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan
bulan.
82
Pasal 43 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
83
Pasal 43 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9
sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana.
3. Pembebasan Bersyarat bagi Anak Negara diberikan setelah menjalani pembinaan
sekurang-kurangnya 1 satu tahun.
84
4. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika
dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap Negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan
Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, apabila telah memenuhi syarat antara lain
85
: a.
Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan
bulan. b.
Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa
pidana. c.
Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
84
Pasal 43 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
85
Pasal 43 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
5. Pemberian pertimbangan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
tersebut, wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum dan rasa keadilan masyarakat.
86
6. Pembebasan Bersyarat yang diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repulik Indonesia.
7. Pembebasan Bersyarat tersebut dapat dicabut sewaktu-waktu apabila Narapidana
atau Anak Didik Pemasyarakatan melanggar ketentuan tentang Pembebasan Bersyarat.
87
Selain dari PP No. 28 Tahun 2006 tersebut, maka untuk Pembebasan Bersyarat peraturan pelaksana lainnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan
Cuti Bersyarat selanjutnya disebut PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007. Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat bertujuan, antara lain
88
: a.
Membangkitkan motivasi atau dorongan pada diri Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kearah pencapaian tujuan pembinaan.
86
Pasal 43 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
87
Pasal 43 ayat 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
88
Pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Memberikan kesempatan pada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan untuk
pendidikan dan ketrampilan guna mempersiapkan diri untuk hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana.
c. Mendorong masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan
Pemasyarakatan. Menurut Madong Gorat pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan
Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat substantif dan syarat administratif, hal tersebut sesuai Pasal 5
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04- 10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
89
Syarat substantif yang diberikan untuk Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Pidana meliputi antara lain :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan
dijatuhi pidana.
90
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.
91
89
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
90
Pasal 6 ayat 1 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
91
Pasal 6 ayat 1 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang
bersangkutan.
92
d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak
Pidana yang bersangkutan.
93
e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman
disiplin untuk Pembebasan Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 9 sembilan bulan terakhir.
94
f. Masa pidana yang telah dijalani untuk Pembebasan Bersyarat adalah 23 dua per
tiga dari masa pidananya, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan.
95
Sementara untuk Anak Negara persyaratan substantif dalam pemberian Pembebasan Bersyarat meliputi, antara lain :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan
dijatuhi pidana.
96
92
Pasal 6 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
93
Pasal 6 ayat 1 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
94
Pasal 6 ayat 1 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
95
Pasal 6 ayat 1 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
96
Pasal 6 ayat 2 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.
97
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan
bersemangat.
98
d. Masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang bersangkutan.
99
e. Berkelakuan baik.
100
f. Masa pendidikan yang telah dijalani di Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk
Pembebasan Bersyarat sekurang-kurangnya 1 satu tahun. Persyaratan administratif yang dilakukan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat
untuk Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan melitputi yaitu : a.
Kutipan Putusan Hakim ekstrak vonis.
101
b. Laporan penelitian yang dibuat pembimbing kemasyarakatan atau laporan
perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang bersangkutan.
102
97
Pasal 6 ayat 2 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
98
Pasal 6 ayat 2 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
99
Pasal 6 ayat 2 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
100
Pasal 6 ayat 2 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
101
Pasal 7 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
102
Pasal 7 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Pembebasan
Bersyarat terhadap Narapidan dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang bersangkutan.
103
d. Salinan register F daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang
dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil selama menjalani masa pidana atau pendidikan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau
Kepala Rumah Tahanan Negara.
104
e. Susunan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan
lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara.
105
f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, seperti pihak keluarga, sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh pemerintah daerah setempat serendah-
rendahnya Lurah atau Kepala Desa.
106
103
Pasal 7 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
104
Pasal 7 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
105
Pasal 7 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
106
Pasal 7 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
g. Terhadap Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat
tambahan yang meliputi antara lain
107
: 1
Surat Jaminan dari Kedutaan BesarKonsulat Negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan tidak
melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Pembebasan Bersyarat.
2 Surat Keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status
keimigrasian yang bersangkutan. Perhitungan Pembebasan Bersyarat berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH.01.PK.05.06 Tahun 2008 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti
Bersyarat antara lain : Dasar Perhitungan yang lama : 23 dari Hukuman – Remisi yang didapat.
contohnya : Cuhay ditahan sejak tanggal 28-08-2005. Masa pidana atau hukuman 3
tahun. Remisi yang didapat keseluruhan Cuhay 5 bulan, jadi Hukuman 3 tahun – Remisi 5 bulan = 2 tahun 7 bulan. 23 dari 2 tahun 7 bulan = 1 tahun 8 bulan 20 hari.
107
Pasal 7 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Terhitung sejak 28-08-2005 + 1 tahun 8 bulan 20 hari. Jadi tanggal 23 masa pidana Cuhay = 15-05-2007.
Dasar Perhitungan yang baru : 23 dari Hukuman – Remisi yang didapat. contohnya
: Cuhay ditahan sejak tanggal 28-08-2005. Masa pidana atau hukuman 3 tahun. Remisi yang didapat keseluruhan Cuhay 5 bulan. 23 dari hukuman 3 tahun = 2
tahun- Remisi 5 bulan = 1 tahun 7 bulan. Terhitung sejak 28-08-2005 + 1 tahun 7 bulan. Jadi tanggal 23 masa pidana Cuhay = 26-03-2007.
Sementara itu, menurut Madong Gorat wewenang dalam pemberian Pembebasan Bersyarat tersebut ada pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
yang pelaksanaannya didelegasikan kepada setiap Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Haksasi Manusia Republik Indonesia, dan untuk Lembaga Pemasyarakatan
Klas II B Tanjung Balai didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah Sumatera Utara.
108
Dan hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 10 PerMen No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa tahapan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat yang meliputi, antara lain
109
: a. Tim Pengamat Pemasyarakatan selanjutnya disebut TPP Lembaga Pemasyarakatan
atau TPP Rumah Tahanan Negara, setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan,
108
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
109
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
mengusulkan pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.
110
b. Apabila Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara
menyetujui usulan dari pihak TPP Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, maka usulan tersebut diteruskan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat
111
untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara. c.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui usulan pemberian Pembebasan Bersyarat setelah
mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.
112
d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
menolak tentang Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, memberitahukan penolakan itu
110
Pasal 11 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
111
Pasal 11 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
112
Pasal 11 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
beserta dengan alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara yang bersangkutan.
113
e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyetujui tentang usulan Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, meneruskan usulan
tersebut kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
114
f. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menolak tentang usulan Pembebasan
Bersyarat tersebut, maka dalam jangka waktu 14 empat belas hari terhitung sejak tanggap penetapan memberitahukan penolakan tersebut beserta alasannya kepada
Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara setempat.
115
g. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui tentang usulan Pembebasan
Bersyarat, maka Direktur Jenderal Pemasyarakatan menerbitkan Keputusan tentang Pembebasan Bersyarat.
116
Keputusan mengenai Pembebasan Bersyarat tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
113
Pasal 11 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
114
Pasal 11 huruf h Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
115
Pasal 11 huruf i Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
116
Pasal 11 huruf j Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Republik Indonesia.
117
Selanjutnya, sebelum Pembebasan Bersyarat tersebut dilaksanakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan
Negara, maka ada beberapa hal yang wajib dilakukan antara lain : a.
Memberikan petunjuk agar Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan berprilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan.
118
b. Menandatangani surat untuk menjalani Pembebasan Bersyarat berdasarkan
Keputusan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
119
c. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani
Pembebasan Bersyarat kepada Kejaksaan Negeri setempat.
120
d. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani
Pembebasan Bersyarat kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan yang disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting lainnya.
121
Pada tahap selanjutnya menurut Madong Gorat adalah masalah pengawasan. Untuk pengawasan terhadap Narapidana dan Anak Pidana yang sedang menjalani Pembebasan
Bersyarat dilakukan oleh pihak Kejaksaan Negeri setempat dalam hal ini Kejaksaan
117
Pasal 12 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
118
Pasal 17 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
119
Pasal 17 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
120
Pasal 17 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
121
Pasal 17 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Negeri Tanjung Balai dan BAPAS setempat, hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 18 ayat 1 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.
122
Sedangkan untuk pengawasan terhadap Anak Negara yang sedang menjalani Pembebasan Bersyarat, hanya dilakukan oleh BAPAS, hal ini juga sesuai dengan yang
disebutkan dalam Pasal 18 ayat 2 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.
123
Setelah mengetahui beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, maka ada baiknya untuk melihat Pembebasan Bersyarat yang telah diberikan
oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil dalam tabel berikut ini :
122
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai
123
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Tabel 4 : Jumlah Penerima Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai tahun 2004 sd 2008
No. 1.
2. Tahun
2004
2005 Jumlah
4 Orang
4 Orang 3. 2006 6 Orang
4. 2007 9 Orang 5. 2008 140 Orang
Jenis Tindak Pidana
1. Pencurian : 2 Kasus. 2. Perjudian : 2 Kasus.
1. Psikotropika : 1 Kasus. 2. Pencurian : 2 Kasus.
3. Penadahan : 1 Kasus. 1. Psikotropika : 1 Kasus.