tersebut dikarenakan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan Cuti Menjelang Bebas.
175
Sebagaimana yang telah diutarakan di atas, maka dalam
p
emberian Cuti Menjelang Bebas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Berdasarkan
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti
Bersyarat.
3. Pemberian Cuti Bersyarat
Cuti Bersyarat diatur dalam peraturan pelaksana dari UUP. Dan untuk pengaturan lebih lanjut, maka pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 32 Tahun1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan selanjutnya disebut PP No. 32 Tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun 2006.
175
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, ada beberapa hal yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Cuti Bersyarat yang meliputi, antara
lain
176
: a.
Setiap Narapidana dan Anak Negara dapat diberikan Cuti Bersyarat apabila telah memenuhi persyaratan antara lain :
1 Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan
ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan bulan.
177
2 Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9
sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana.
178
3 Lamanya Cuti Bersyarat sebesar remisi terakhir, paling lama 6 enam bulan.
179
b. Bagi Anak Negara yang tidak mendapatkan Pembebasan Bersyarat akan diberikan Cuti Bersyarat, dengan ketentuan sekurang-kurangnya telah mencapai usia 17 tujuh
belas tahun 6 enam bulan dan berkelakuan baik selama menjalani pembinaan. c. Terhadap Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme,
narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap Negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, Cuti
176
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan NarapidanaAnak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
177
Pasal 42A ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
178
Pasal 42A ayat 1 huruf b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
179
Pasal 42A ayat 1 huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Bersyarat dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, apabila telah memenuhi syarat antara lain
180
: 1
Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 sembilan
bulan. 2
Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa
pidana. 3
Lamanya Cuti Bersyarat sebesar remisi terakhir, paling lama 3 tiga bulan. 4
Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan. d.
Pertimbangan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan tersebut, wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum dan rasa keadilan
masyarakat.
181
e. Pemberian Cuti Bersyarat tersebut ditetapkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
182
f. Terhadap Cuti Bersyarat tersebut dapat dicabut apabila Narapidana atau Anak Didik
Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil melanggar ketentuan Cuti Bersyarat.
183
180
Pasal 42A ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
181
Pasal 42A ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
182
Pasal 42A ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
183
Pasal 42A ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Selain dari PP No. 28 Tahun 2006 tersebut, maka untuk Pembebasan Bersyarat peraturan pelaksana lainnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan
Cuti Bersyarat selanjutnya disebut PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007. Menurut Madong Gorat pemberian Cuti Bersyarat sama halnya dengan pemberian
Cuti Menjelang Bebas kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat substantif dan syarat
administratif, hal tersebut sesuai Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
184
Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa syarat substantif yang diberikan untuk Cuti Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Pidana
meliputi antara lain
185
: a.
Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.
186
184
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
185
Wawancara pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
186
Pasal 6 ayat 1 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.
187
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang
bersangkutan.
188
d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak
Pidana yang bersangkutan.
189
e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman
disiplin untuk Cuti Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 6 enam bulan terakhir dan .
190
f. Masa pidana yang telah dijalani untuk Cuti Bersyarat, 23 dua per tiga dari masa
pidananya dan jangka waktu cuti paling lama 3 tiga bulan dengan ketentuan apabila selama menjalani cuti melakukan tindak pidana baru, maka selama di luar Lembaga
Pemasyarakatan tidak dihitung sebagai masa menjalani pidana.
191
Sementara untuk Anak Negara persyaratan substantif dalam pemberian Cuti Bersyarat meliputi, antara lain :
187
Pasal 6 ayat 1 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
188
Pasal 6 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
189
Pasal 6 ayat 1 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
190
Pasal 6 ayat 1 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
191
Pasal 6 ayat 1 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan
dijatuhi pidana.
192
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.
193
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan
bersemangat.
194
d. Masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang
bersangkutan.
195
e. Berkelakuan baik.
196
f. Masa pendidikan yang telah dijalani di Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk Cuti
Bersyarat sekurang-kurangnya 6 enam bulan.
197
192
Pasal 6 ayat 2 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
193
Pasal 6 ayat 2 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
194
Pasal 6 ayat 2 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
195
Pasal 6 ayat 2 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
196
Pasal 6 ayat 2 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
197
Pasal 6 ayat 2 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, persyaratan administratif yang dilakukan dalam pemberian Cuti Bersyarat sama halnya dengan Cuti Menjelang Bebas
untuk Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang meliputi yaitu
198
: a.
Kutipan Putusan Hakim ekstrak vonis.
199
b. Laporan penelitian yang dibuat pembimbing kemasyarakatan atau laporan
perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang bersangkutan.
200
c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Pembebasan
Bersyarat terhadap Narapidan dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang bersangkutan.
201
d. Salinan register F daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang
dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil selama menjalani masa pidana atau pendidikan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau
Kepala Rumah Tahanan Negara.
202
198
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan NarapidanaAnak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
199
Pasal 7 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
200
Pasal 7 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
201
Pasal 7 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
202
Pasal 7 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
e. Susunan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan
lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara.
203
f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil, seperti pihak keluarga, sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh pemerintah daerah setempat serendah-
rendahnya Lurah atau Kepala Desa.
204
g. Terhadap Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat
tambahan yang meliputi antara lain
205
: 1
Surat Jaminan dari Kedutaan BesarKonsulat Negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan tidak
melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Pembebasan Bersyarat.
2 Surat Keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status
keimigrasian yang bersangkutan.
203
Pasal 7 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
204
Pasal 7 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
205
Pasal 7 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pemberian Cuti Menjelang Bebas, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan
Cuti Bersyarat tidak diberikan kepada
206
: a.
Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil yang kemungkinan akan terancam jiwanya.
b. Narapidana yang sedang menjalani pidana penjara seumur hidup.
c. Warga Negara Asing yang dimasukkan dalam daftar pencegahan dan penangkalan
CEKAL pada Direktorat Jenderal Imigrasi. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat wewenang
dalam pemberian Cuti Bersyarat tersebut ada pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang pelaksanaannya didelegasikan kepada setiap Kepala
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Haksasi Manusia Republik Indonesia, dan untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai didelegasikan kepada Kepala
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah Sumatera Utara.
207
Dan hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 10 PerMen No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa tahapan dalam pemberian Cuti Bersyarat yang meliputi, antara lain
208
:
206
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan NarapidanaAnak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
207
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
208
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
a. Tim Pengamat Pemasyarakatan selanjutnya disebut TPP Lembaga Pemasyarakatan
atau TPP Rumah Tahanan Negara, setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan,
mengusulkan pemberian Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.
209
b. Apabila Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara
menyetujui usulan dari pihak TPP Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, maka usulan tersebut diteruskan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat
210
untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara. c.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui usulan pemberian Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat setelah
mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.
211
d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
menolak tentang Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, maka dalam jangka
209
Pasal 11 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
210
Pasal 11 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
211
Pasal 11 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
waktu 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, memberitahukan penolakan itu beserta dengan alasannya kepada Kepala Lembaga
Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara yang bersangkutan.
212
e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyetujui tentang usulan Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menerbitkan Surat
Keputusan tentang Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
213
Sebagaimana halnya dengan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, maka Keputusan mengenai Cuti Bersyarat tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur
Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
214
Selanjutnya, sebelum Cuti Bersyarat tersebut dilaksanakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara, maka ada beberapa hal
yang wajib dilakukan antara lain : a.
Memberikan petunjuk agar Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan berprilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan.
215
212
Pasal 11 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
213
Pasal 11 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
214
Pasal 12 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
215
Pasal 17 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
b. Menandatangani surat untuk menjalani Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
berdasarkan Keputusan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
216
c. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani Cuti
Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan yang disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting
lainnya.
217
Pada tahap selanjutnya menurut Madong Gorat adalah masalah pengawasan. Untuk pengawasan terhadap Narapidana dan Anak Pidana yang sedang menjalani Cuti
Bersyarat dilakukan oleh BAPAS setempat, hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 19 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.
218
Setelah mengetahui beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Cuti Bersyarat, maka ada baiknya untuk melihat Cuti Bersyarat yang telah diberikan oleh
Lembaga Pemasyarakatan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dalam tabel berikut ini :
216
Pasal 17 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
217
Pasal 17 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
218
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Sri Asmaniah : Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Balai Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, 2009
Tabel 6 : Jumlah Penerima Cuti Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai tahun 2004 sd2008
No. Tahun 1. 2004
Jumlah Tidak ada
2. 2005 Tidak ada 3. 2006 Tidak ada
4. 2007 13 Orang 5. 2008 170 Orang
Jenis Tindak Pidana Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
1. Psikotropika : 5 Kasus. 2. Pencurian : 5 Kasus.
3. Perampokan : 1 Kasus. 4. Penggelapan : 2 Kasus.
1. Psikotropika : 55 Kasus. 2. Pencurian : 35 Kasus.
3. Penggelapan : 30 Kasus. 4. Perjudian : 30 Kasus.
5. Perampokan : 20 Kasus.